arrrgh......
ku mulai dengan suara yang tidak jelas, yang keluar tanpa makna, seorang pemuda yang berasal dari Aceh, tepatnya di kabupaten Bireuen. setahun yang lalu, ia memberanikan dirinya untuk hijrah ke tanah Yogyakarta, tempat yang disebut sebagai kota pelajar.
sebelum ia hijrah dari kampung halamannya, katakanlah ketika masih duduk di bangku Madrasah, ia begitu geram ketika melihat orang orang yang rela menghabiskan waktu yang berharganya itu dengan mengikuti Pramuka, ia sempat berkata kepada teman temannya yang telah resmi menjadi angota Pramuka dari gugus depannya masing masing.
" kalian ikut-ikut pramuka, gunanya apa sih..? bikin capek doang malahan, dan nyanyi nyanyi seperti orang gak jelas eeuuh palak li dah ".
singkat cerita, pemuda itu adalah aku..!! terkejut, biasa aja kalee cut mas, cut mbak.
lain waktu kita bicaraka tentang perjalanannya dalam Pramuka gugus depan, kali ini langsung dengan cerita sesuai judulnya.
langkah demi langkah, ku berjalan mencari keseragaman diantara orang orang yang berbeda. Dari anggota penggalang hingga penegak, dari anggota unit Pramuka peduli hingga anggota Racana resmi, dari kampus pariwisata ke kampus tetangga.
tak peduli betapa sulitnya aku untuk menemukan sisa sisa perjuangan pahlawan, menghargai jasa para syuhada Aceh hingga Indonesia.
terbaringnya aku tatkala memikirkan cara masuk menjadi anggota dari keluarga kampus tetangga, menjadi angota pramuka racana . ya, memang aneh bin ajaib, di mana aku terus membangga banggakan hijaunya rumput tetangga, ketimbang rumput di halaman ku sendiri. bahkan aku sempat mengucapkan sumpah janji setia untuk menjunjung tinggi, ketika nanti aku resmi menjadi bagian dari keluarga tetanga.
terdengar suara teriakan sangat keras, hampir saja gendang telinga ku pecah. setelah terdengar teriakan itu semua, calon anggota berlarian menuju lapangan, dengan tatapan kosong aku pun ikut berlari dengan mereka. Sinarnya bulan dimalam hari terus menyinari tanah dan pohon pohon di tengah hutan belantara itu, duduk di atas tanah dingin yang masih disalupi oleh embun embun kenangan.
seiring berjalannya waktu, bulan pun enggan untuk memberikan sinarnya terus terpancar, namun sinar matahari pagi setia untuk mebagikan sedikit sinarnya kepada semua makhluk yang ada di bumi, termasuk aku dan calon angota yang sebentar lagi dilantik menjadi angota yang resmi dari keluarga tentangga.
aku merasakan kehangatan sinar matahari yang terus menerus membakar tubuh ku yang agak putih bersih sedikit, (kinclong lah kira kira) sedikitnya lagi ya, hitam kecoklat coklatan hampir sama seperti baju pramuka lah. setelah adat dan tradisi selesai ku kerjakan, tibalah waktu yang sangat ditunggu tunggu.
pelantikan, seolah pelantikan pun menjadikan ku sabagai pamuda yang sedang dimabukkan cinta, hati dag dig dug tak karuan, tubuh terasa ada getaran, bibir pecah pecah, dan lain sebagainya. (uhyee)
Dengan seragam pramuka lengkap, patahan baret kanan, sudah merasa tidak ada yang paling keren selain diriku ini. Di samping itu, aba aba persiapan pelantikan pun terdengar, kurang lebih hampir 30 manusia di sana berbaris dengan teraturnya di dalam sungai dengan kedalaman kurang dari satu meter.
siap grak.... ucap pemimpin upacara, ucapnya sekali lagi " upacara telah dilaksanakan, laporan selesai. Satu persatu dari senior berjalan bersama menuju ke arah ku, dan juga teman teman yang lain, maksud dan tujuan dalah memberi ucapan selamat, selamat yang telah resmi menjadi angota dari Racana.
tiba tiba aku mengeluarkan air mata, entah aku menangis atau bukan, yang pasti aku tidak menyebutkan itu sebegai sebuah tangisan, semua mata tertuju ke arah ku, ada yang tertawa kecil melihat kejadian yang terjadi pada diri ku sat itu.
semua menyampaikan ucapan selamat, kecuali kepada ku, mereka (senior) tidak lagi menyampaikan ucapan yang sama seperti yang disampaikan kepada teman teman yang lain, tetapi yang merekan ucapkan pada ku adalah " sudahlah jangan engkau menangis lagi, sudahlah diam saja, kami tau kamu sedih karena pelantikan ini, dan kami tau kalau kamu itu terharu, masak nangis kayak anak kecil saja kamu ini, ah"
kala ini aku sangat malu, sangat sangat esmenenis dan sangat meulempapis, namun aku menemukan cara supaya mereka menggangap kalau aku tidak menangis/terharu akibat pelantikan itu, lalu aku berkata kepada mereka " saya tidak menangis akibat terharu, tapi kaki ku di gigit kepiting sungai, akibat terlalu lama berdiri di dalam air, dan aku tidak berani mengatakannya karena upacara pelantikan sedang berlangsung. "
setelah mengatakan itu, aku pun merasa telah mengelabui mereka dengan trik trik nya syaikh muhammad al Abiet al bireueni.
ah sudahlah, lebik baik kita akhiri saja ocehan ku ini....
terimakasih untuk semua senior dan angota Racana.