Memaparkan materi menulis bagi santri di Dayah Al-Muslimum, Lhoksukon
Membumikan literasi tentu saja tidak hanya berlaku bagi mahasiswa dan akademisi, tapi juga bagi santri. Tanpa tebang pilih, Forum Aceh Menulis (FAMe) memberi perhatian besar untuk membumikan literasi di kalangan santri. FAMe Chapter Lhokseumawe misalnya, sudah beberapa kali mengunjungi dayah tradisional dan terpadu untuk mengisi pelatihan menulis bagi santri. Kunjungan pertama FAMe adalah ke Dayah Cot Trueng di Kecamatan Muara Batu. Saat itu kami pergi bertiga, Yarmen Dinamika (Redaktur Serambi Indonesia sekaligus Pembina FAMe), Dr. Adli Abdullah (Dosen FH Unsyiah), dan saya sendiri selaku Koordinator FAMe Chapter Lhokseumawe.
Kunjungan kedua masih di dayah yang sama. Kelas menulis diisi langsung oleh Bapak Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, penulis buku Acehnologi sekaligus Dosen di UIN Ar-Raniry dan salah satu kampus di Thailand tersebut. Kepakaran beliau tidak diragukan lagi. Namun di tengah jam terbangnya yang tinggi, beliau masih bersedia untuk mengisi kelas menulis di dayah. Kehadiran orang-orang hebat di bidang literasi ini ke dayah menunjukkan bahwa FAMe memberi perhatian khusus bagi santri.
Pak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad saat mengisi kelas menulis di Dayah Cot Trueng, Aceh Utara.
Kunjungan ketiga, FAMe mendapat undangan dari Dayah Al-Muslimum, Lhoksukon untuk mengisi pelatihan menulis bagi santri tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Pelatihan menulis tersebut diisi oleh Tim FAMe Chapter Lhokseumawe. Kedatangan Awak FAMe disambut penuh semangat oleh santri. Di pelatihan tersebut, mereka sangat aktif bertanya. Mulai dari bagaimana mencari ide, menghasilkan tulisan yang menarik, hingga tips mengatasi rasa putus asa karena banyaknya tulisan yang sudah ditulis tapi tidak ada yang membacanya.
Mengunjungi dua dayah tersebut membuat kita melihatnya dalam pandangan yang berbeda. Jika selama ini ada anggapan bahwa santri hanya paham ilmu agama dan berkutat dengan kitab-kitab, maka itu keliru. Nyatanya kemampuan literasi santri lebih dari itu. Dua kali mengisi pelatihan menulis bagi santri, saya melihat potensi luar biasa yang dimiliki mereka. Di Dayah Cot Trueng misalnya, ada santri yang sudah menerbitkan novel dan kini sedang merampungkan buku keduanya. Begitu juga santri di Dayah Al-Muslimum, ada seorang santri yang duduk di bangku Aliyah (setingkat SMA) yang sudah menuliskan banyak tulisan dan siap untuk dibukukan.
Ini tentu potensi yang luar biasa. Tidak hanya belajar kitab, sebagian dari santri juga sudah memulai untuk menuliskan buku. Tidak hanya itu, bahkan akun Steemit, platform kekinian yang disebut-sebut sebagai simbol bagi mereka yang melek teknologi dan literasi juga dimiliki oleh santri. Maka keliru jika menganggap bahwa santri tidak melek teknologi dan literasi. Karena nyatanya, mereka sangat antusias dalam hal tersebut.
Foto bersama santri usai pelatihan menulis bagi santri di Dayah Al-Muslimum
Terlepas dari itu semua, membumikan literasi bagi santri juga harus menjadi perhatian penting. Karena melalui menulis, berapa banyak surah kitab yang bisa dituliskan dalam bahasa yang lebih sederhana untuk kemudian disebarkan untuk banyak orang melalui canggihnya teknologi. Santri bukan pelajar kelas kedua yang kemudian harus dipinggirkan dari ilmu literasi. Nyatanya, kita tidak bisa menampik bahwa banyak penulis yang berasal dari pesantren. Seperti, Abuya Muda Wali, HAMKA, Ali Hasjmy, Gusmus, dan lainnya. Karena literasi bagi santri adalah bagian untuk membangun peradaban negeri.
luar biasa.
Terima kasih banyak Tgk Mawardi
Mtplah smga sukses sll..
Terima kasih Pak Muhsin ☺
Mantap Asma.. Tp lbih mntap lagi klo alur ceritanya ber ending di rujak Nibong, hehe
Hehe...Tulisan gak boleh campur sari. Tergantung bagaimana angle yg diambil. Kalau rujak Nibong bisa dibuatkan tulisan khusus 😂
lon sabe galak materi KBA, apalagi jika beliau uraikan tentang wahdatul wujud, han troek ileumei tanyoe keunan...
Masalah jih, lon meusigoe gohlom deungo presentasi gobnyan 😭
#NasibKamoeYangKuliahDiGampong
Luar biasa semangat menulisnya para santri
Benar Bang Andi. Mereka memang luar biasa