Ternyata Rumput Sendiri Lebih Hijau daripada Rumput Tetangga

in #indonesia7 years ago

IMG_20151003_202909.jpgSelama ini kita kerap mendengar kalimat bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri. Tapi nyatanya tidak selalu demikian.Tidak selamanya rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Karena dalam beberapa kondisi, rumput sendiri lebih hijau dibandingkan rumput tetangga. Kadar kehijauan tersebut tergantung dari mana kita melihatnya.

ll.jpg,

Dalam karya sastra misalnya. Saat berkunjung ke Banca Aceh beberapa waktu lalu, saya diskusi sastra dengan Redaktur Budaya surat kabar Harian Serambi Indonesia, Bang Azhari Aiyub. Sebagai seorang penulis sekaligus redaktur di sebuah media, beliau meyebutkan bahwa di Aceh, penulis sastra yang aktif menerbitkan karya itu banyak berasal dari Lhokseumawe. Saya sedikit terkejut mendengar pernyataan tersebut karena itu diakui oleh seorang redaktur budaya.

Contoh kedua tentang steemit. Saat pertama kali bergabung di steemit, saya mengikuti acara meet up KSI di Banda Aceh karena kebetulan sedang berkunjung ke sana. Acara yang dihadiri oleh dua kurator steeemit serta puluhan steemians senior dan junior itu memberi warna yang berbeda. Steemians senior, Mbak @mariska.lubis, bahkan didatangkan dari Bandung. Saat itu, dua kurator dan steemians senior memaparkan banyak hal tentang steemit. Mulai dari awal mula hadirnya steemit di Aceh hingga cerita sukses steemians Aceh yang berhasil mendulang dolar tinggi. Sebagai seorang newbie, tentu saya hanya menjadi pendengar budiman di tengah semua cerita kesuksesan itu.

Namun usai acara, ada hal menarik yang disampaikan oleh kurator Bang @aiqabrago. Sang kurator menyebutkan bahwa awal mula hadirnya steemit adalah di Lhokseumawe. Beberapa waktu lalu Bang @levycore dalam postingannya juga menuliskan bahwa komunitas steemit pertama kali dibentuk di sebuah caffe di Lhokseumawe yaitu Coffee Time, sebuah tempat yang sangat familiar bagi warga Pasee. Namun di tengah gegap gempitanya pergerakan steemit di Lhokseumawe, saya malah tahu hal tersebut di Koetaradja hanya untuk kemudian mendapat kabar bahwa sejarah cikal bakal steemit bermula di Lhokseumawe. Kasihan.

Dua situasi di atas hanyalah sebagian contoh dari gambaran perilaku kita yang kerap melihat bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau dibandingkan rumput sendiri. Di luar sana juga masih banyak pandangan serupa. Nyatanya dalam banyak hal kita kerap memandang demikian. Kita kerap memandang orang lain lebih cantik/tampan, lebih kaya, pintar, negara orang lebih kaya, beruntung, dan lain sebagainya yang seolah semakin mengukuhkan bahwa kita memang seseorang yang bernasib malang.

Hal tersebut tentu keliru. Nyatanya dalam banyak hal, rumput yang kita pandang lebih hijau itu ternyata malah menyukai dan memuji rumput yang kita miliki. Ketika memandang kehijauan rumput tetangga, kita kerap terpaku dan lupa menyiram rumput sendiri agar mempunyai kadar hijau yang sama. Maka dari itu, menemukan mutiara dalam diri tentu lebih bagus dibandingkan hanya bercita-cita memiliki mutiara orang lain.

Selamat menemukan mutiara diri

Sort:  

Mari merawat rumput masing-masing, kapan harus di rapikan, bahkan kapan harus dibabat habis.

Benar.
Melihat rumput tetangga lebih hijau, mungkin karena kita kurang bersyukur.

Itu lah mata kita saat ini. Mata yang benar tapi di tempatkan pada yang slaah. Semoga kedepannya kita jadi benar eehehe

Heheh...
Benar. Kita harus belajar utk melihat bahwa rumput sendiri memang lbih hijau drpd rumput tetangga