Kerak Peradaban Aceh (Book Review Acehnologi Vol 3)

in #indonesia6 years ago

pd.jpg

Source

Melanjutkan edisi sebelumnya. Review ini sudah mencapai pada vol ketiga dari buku Acehnologi karya Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D. pada vol sebelumnya merupakan bagian keempat dimana fokusnya pada pembidangan ilmu dalam Acehnologi. Sedangkan pada vol ini tersendiri memiliki dua bagian lanjutan. Bagian kelima ialah Fondasi Peradaban Aceh yang terbagi pada lima sub bab. Sementara itu bagian keenam adalah Tradisi Intelektual Acehnologi yang tersebar dalam enam sub bab.

Postingan ini akan mengawali bagian dari Fondasi Peradaban Acehnologi pada bab Kerak Peradaban Aceh. Bab ini dibuka dengan penuturan penulis mengenai tujuannya untuk menguak kembali kesadaran masyarakat Aceh, tentunya mengenai Peradaban Aceh. Dalam perjalanan sejarah Aceh selalu diwarnai dengan serpihan konflik dan tragediberdarah, sehingga apa yang terjadi di Aceh menjadikan sesuatu yang susah dilupakan dalam perjalanan peradabannya. Dalam hal ini penulis menawarkan pemaparan kerak peradaban Aceh. Aceh memang tidak bisa ditaklukkan oleh penjajah namun apa yang terjadi di Aceh merupakan penghilangan secara sistematis terhadap kesadaran peradaban. Begitulah kira-kira singgungan dari penulis pada awal bab ini.

Bab ini kemudian berlanjut dengan penyajian apa yang terjadi pada peradaban dunia. Beliau disini memberikan kutipan dari sumber yang telah ditelaah. Dimana dunia tetap akan di dominasikan oleh peradaban Barat hingga tahun 2100. Nah kemudian paparan ini semakin berlanjut sehingga mencapai berbagai fase atau tahap dalam peradaban masa depan. Seperti peradaban yang akan menggunakan tenaga matahari, bintang, yang tentunya tidak lagi berpatok pada tenaga energi bumi. Saya rasa paparan disini ingin menegaskan rasa kesadaran pemikir barat pada abad 21 terhadap peradaban yang saat ini juga yang akan menanti. Dalam permasalahan ini, penulis juga memberikan penekanan bahwa kesadaran manusia bangkit karena perbedaan kekuatan spirit yang terbatas dengan yang tidak terbatas. Nah di aceh sendiri pencarian spirit lebih banyak pada kajian keislaman.

Kemudian paparan dalam bab ini semakin menarik dimana mengumbris perjalanan peradaban. Dimulai dengan bahwa Aceh pernah berjaya peradabannya pada abad 16 dan 17 Masehi. Kemudian runtuhnya pada abad 17 yang dilanjutkan dengan bagaimana keadaan ketika telah bergabung dengan NKRI. Tentunya disini tidak terlepas dengan pembahasan sebelumnya mengenai kekuatan spirit kosmik pada masyarakat Aceh. Dari sini terlihat jelas bagaimana peradaban Aceh yang mulai berbeda ketika telah bergabung dengan NKRI. Disini pula terdapat garis bawah yang kemudian berlanjut dengan penjabarannya yaitu Aceh sebelum datang penjajah memiliki tiga tumpuan. Kekuatan Aceh ditopang oleh Islam, budaya, dan ilmu pengetahuan(h.746).

Tiga tumpuan di ataslah yang kemudian mulai dijabarkan oleh penulis dalam bab ini. Sehingga memperoleh titi terang dimana penyatuan ketiga aspek ini menjadikan jati diri orang Aceh. Dan disinilah penulis menyinggung kembali bahwa sudah hampir tiga abad lebih, spirit yang mendorong kesadaran serta jati diri orang Aceh telah hilang dalam pribadi orang Aceh.

Semakin berlanjut bab ini dengan penyuguhan hubungan antara Aceh dengan pemerintah Indonesia. Pada bagian ini semakin menarik ketika kita menelaahnya, belum lagi kenytaan dan berbagai fakta berdasarkan sumber yang disurat disini. Sehingga akhir dari bab ini penulis menegaskan bahwa inilah saatnya untuk kembali membangkitkan peradaban Aceh. Tidak hanya itu penulis juga memberikan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menemukan kembali Peradaban Aceh. Akhirnya inilah review singkat mengenai bab Kerak Peradaban Aceh yang kemungkinan pada postingan selanjutkan akan menyuguhkan kembali review lanjutan dari bab ini. Semoga bermanfaat.