Salam steemian, ini merupakan lanjutan Kisah Nyonya Belanda yang sebelumnya saya posting. Untuk rulesnya masih seperti diawal atau silahkan buka postingan
#KisahNyonyaBelanda_Part1-2
PART 3
BUNGA ANGGREK DIHALAMAN DEPAN
Berambut pirang dan agak di blow , tingginya semampai, wajahnya khas Belanda, umurnya sekitar 23 - 27 tahun (biar lebih mudah steemian bayangkan saja wajah artis Asmiranda : photo), mungkin Nyonya Belanda itu agak mirip atau sedikit lebih cantik. Namun, secantik apapun hantu ya dia tetaplah hantu. Bagi saya lebih baik melihat perempuan yang biasa-biasa saja tapi berwujud manusia, ketimbang cantik tapi berwujud makhluk halus.
Kalau sepintas dilihat Nyonya Belanda itu lebih pantas dipanggil noni ya, daripada Nyonya, karena berparas cantik, masih muda, dan pastinya masih mulus. Memakai topi bundar, gaun putih panjang, perhiasan, dan tak lupa sarung tangan khas noni belanda kaya.
"Mungken karena bentuk jieh yang paleng get dan paleng lagak dibandeng jen jen laen, jeut lon peugah lon galak kalon jieh. Walau pih, agak kiban-kiban rasa jieh kalon penampilan jieh yang beda, paling rapi, gleeh, pokok jieh mantap-mantap meunan lah,"
"(Mungkin karena bentuknya yang paling baik dan paling cantik dibanding hantu-hantu lain, bisa dikatakan saya paling suka melihatnya. Walaupun, agak gimana-gimana rasanya melihat penampilan dia yang beda, paling rapi, bersih, pokoknya dia itu paling mantap gitulah)," kata Rahmad kembali melanjutkan ceritanya tentang Kisah Nyonya Belanda.
Ilustrasi : Rumah Belanda
Menurut Rahmad, noni belanda itu paling menyukai bunga anggrek milik ibunya yang ada dihalaman depan rumah. Sampai-sampai katanya, kalau bunga anggrek itu sedang bermekaran, maka tak lain tak bukan, kuncup bunga anggrek itupun akan dihirup wanginya.
"Mangat meuseu ka takalon Inoeng nyan watee di meuen-meuen ngon bungoeng anggrek mak lon. Sampek lon biengoeng, kok jeut na jen meunan" (Suka sekali kalau sudah melihat perempaun itu waktu bermain-main dengan bunga anggrek ibu saya. Sampai-sampai saya bingung, kenapa sampai ada hantu yang begitu)," ungkapnya.
Bagi Rahmad, disaat semua makhluk halus diam pada tempatnya masing-masing, hanya noni belanda yang paling suka jalan-jalan keliling rumahnya, lalu berhenti untuk melihat-lihat bunga anggrek tersebut. Seperti seakan-akan bahwa noni Belanda itulah yang menanam bunga-bunga anggrek itu. Kejadian itu terus dilakukannya setiap hari selama bunga anggrek itu bermekaran.
"Mungken kon, watee jieh udep na ditanom bungoeng anggrek cit lagee mak lon. Maka jieh, kadang jieh galak keu bungoeng nyan" (Mungkin kan semasa hidup, dia (noni Belanda) juga menanam bunga anggrek seperti yang dilakukan ibu saya. Makanya, kadang dia suka sama bunga itu)," cerita Rahmad sambil menunjuk ke arah bunga anggrek.
Selain bunga anggrek ternyata ada hal yang lain yang membuat Rahmad janggal dan merinding. Yaitu ketika noni belanda itu sedang bernyanyi dengan suara yang lemah dan samar-samar sambil duduk terdiam dikursi ruang tengah rumahnya.
"Phon wate lon deungo cit ka i beudoh bulee kudok lon. Sang basa Belanda, tapi watee lon mita-mita info tentang lagu nyan lebeh kureng seperti nyoe" (Pertama kali saya dengar memang sudah berdiri bulu kuduk saya. Sepertinya bahasa Belanda, Tapi waktu saya mencari-cari info tentang lagu itu, lebih kurang seperti ini liriknya),"
Dengan nyanyian ini aku sampaikan
Bahwa diriku tak ingin sendiri seperti ini
Sungguh bisu hidupku disini sejak kau pergi
Memecah keheningan malam
Kadang aku mendengar tangisan dia yang sudah tiada
Berubah menjadi jeritan pilu seakan meminta tolong
Aku hanya bisa diam seribu kata
Menahan jutaan rasa penasaran
Dan sedikit ketakutan ketika ku tau kau telah tiada
Aku tau ini akan terjadi sampai bertahun-tahun lamanya
Ketika waktu melewati tengah malam
Aku berharap kau akan datang dan duduk disampingku
Jujur saya katakan, ketika Rahmad coba mengatakan lirik terjemahan dari lagu yang dinyanyikan noni Belanda itu, seakan-akan noni belanda itu sedang bernyanyi disamping saya. Seperti terdengar suara tangisan sedih dan jeritan yang ingin meraung-meraung, namun tetap tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya air mata yang keluar dari noni belanda itu. Jeritan dan tangisan itu sungguh menyayat hati saya dan membuat saya merinding.
~Dia menjerit dengan lantang, seperti sedang marah tapi tetap diam. Dan menangis dengan sedihnya seperti sedang pilu dirundung duka mendalam~
Sejak saat itu, Rahmad semakin penasaran dengan noni belanda itu bahkan sampai ada niat untuk berkenalan dengannya. Sampai akhirnya Rahmad mencoba memberanikan diri untuk berkenalan, walaupun rasa was-was dan takut itu tetap ada.
"Watee nyan lon teungoh beulajar. Tiba-tiba inoeng nyan ka teudoeng disampeng leumari" (Waktu itu saya sedang belajar, tiba-tiba saja perempuan itu sudah berdiri disamping lemari)," ungkap Rahmad sambil terkejut dengan kehadiran noni Belanda itu.
Ketika dirinya perhatikan wajah perempuan belanda itu, yang biasanya terlihat cantik dan enak dilihat, maka malam itu wajah cantiknya berubah menjadi menyeramkan. Ada tetesan darah yang mengalir disisi kiri keningnya dan sapu tangannya yang biasanya putih bersih, kini berubah menjadi merah karena darah.
"Aleuh pakon lagee nyan, lon pih hana meuphom. Watee nyan teutap lon seunyum, bah pih bulee kudok ka di beudoh cit" (Entah kenapa bisa seperti itu, saya pun tidak mengerti. Waktu itu saya tetap tersenyum, walaupun bulu kuduk sudah berdiri," kata Rahmad sampai tertawa mengingat saat itu.
Waktu itu, perempuan Belanda yang sedang berdiri disamping lemari melambai seperti sedang memanggil dirinya. Bermodal karena niat ingin berkenalan, maka waktu itu Rahmad mencoba untuk mendekatinya. Dan semuanya berubah ketika dirinya mulai dekat dengan noni Belanda itu.
"Mandum berubah watee lon jak toe inoeng Belanda nyan. Teumpat eeh, tika, leumari mandum gadoh. Sampek lon pikee, lon ka di ba lam dunya gaib" (Semuanya berubah waktu saya mulai mendekat dengan perempuan Belanda itu, Tempat tidur, tikar, lemari semuanya hilang. Sampai saya berpikir, bahwa saya sudah dibawa ke dunia gaib)," ujar Rahmad.
Sesaat berada dan melihat sekeliling, ternyata dirinya masih berada dirumahnya sendiri. Namun, semua barang-barang milik rumahnya berubah menjadi barang-barang jaman dulu serta warna cat rumahnya juga ikut berubah.
"Lon ka bingoeng keudroe watee nyan, tapi dari jeuoh lon kalon inoeng nyan, geu seunyum keu lon" (Saya udah bingung sendiri waktu itu, tapi dari kejauhan saya melihat bahwa perempuan itu tersenyum kepada saya)," tambahnya kepada saya.
"Mungkin bagi siapapun yang melihat senyuman noni Belanda waktu itu pasti akan mengagumi kecantikannya," kata saya dan Rahmad mengiyakannya.
To be continue!
nyan Fahri neu pakat pajoh bu disinan di rumohnyan bah pijut bacut