Pulau Madura adalah dataran sempit memanjang yang tidak terlalu datar. Pada bagian tengah pulau kontur geografisnya agak meninggi walaupun tidak terlalu tinggi. Berdiri di ketinggian itu kadangkala kita bisa memandang pulau-pulau kecil yang terserak di lautan bagian selatan dan tenggara Madura. Dari pulau-pulau kecil yang hanya dihuni oleh beberapa puluh keluarga saja hingga pulau besar yang ditempati oleh satu warga satu kecamatan. Kabarnya rerata pulau itu sepi karena ditinggal pergi oleh para pemudanya yang merantau ke berbagai daerah hingga ke mancanegara.
Diantara sekian banyak pulau itu beberapa diantaranya merupakan surga tersembunyi buat pecinta pantai. Pasir putih dan suasana sunyi sepi di pulau kecil adalah dambaan para petualang yang mencari ketenangan alam. Contohnya saja pulau Gili Iyang yang kabarnya merupakan pulau dengan udara dan kandungan oksigen terbaik se Indonesia, bahkan nomer dua terbaik sedunia. Selain itu ada pulau Gili Labak yang saban pekan disinggahi oleh kapal pesiar mewah dalam rute trip wisata mereka ke Bali. Juga ada Gili Genting, pulau kecil dengan pantai landai berombak tenang yang sangat menentramkan.
Beberapa pekan yang lalu, dalam kebosanan kami menghadapi rutinitas pekerjaan di proyek, dengan tanpa direncanakan kami terdampar di pantai Sembilan Pulau Gili Genting. Saya katakan tanpa rencana karena tujuan awal saya dan seorang rekan serta seorang atasan saya adalah menuju pantai Lombang yang terkenal dengan rerimbunan cemara udang. Entah kenapa pada sebuah pertigaan jalan di Saronggi, kami malah kesasar hingga sampai di tanjung dengan pelabuhan penyeberangan tradisional kecil dan sebatang mercusuar milik pertambangan minyak bumi. Saat kami tiba disana terdapat beberapa bus berbadan besar yang sedang terparkir. Urunglah kami melanjutkan lagi perjalanan menuju Lombang, pilihan dadakan adalah ikut memarkirkan mobil dan segera berhambur menuju pelabuhan penyeberangan.
Dengan membayar tiket penyeberangan sepuluh ribu rupiah perorang beberapa menit berikutnya kami sudah terombang ambing dalam perahu kayu kecil menyeberangi selat. Dalam setengah jam kami telah tiba di jeti kecil pelabuhan pulau Gili Genting.
Dari jeti terlihat jelas pantai dengan pasirnya yang putih dan deretan bungalow yang menanti di ujung perjalanan kami pada siang hari yang panas itu.
Jejeran lazy bed menandakan bahwa pantai ini dikelola dengan baik, disediakan khusus untuk pengunjung berleha-leha sepuas mereka.
Hall panggung kayu beratapkan jerami tempat pergelaran live musik. Hall ini sangat menarik difoto dengan latar belakang sunset. Sayangnya kami tidak akan menginap dipulau ini menanti turunnya sunset.
Bungalow bertarif 300-750 ribu permalam. Fasilitasnya lumayan komplit buat yang pasangan muda yang hendak berbulan madu di pulau ini. Atau ketika anda memilih hari liburan penuh bersama keluarga disini.
Kapal terakhir hari itu meninggalkan pulau pada jam empat petang. Cuaca masih cerah namun matahari tak lagi terlalu menjerang udara pantai. Seorang lelaki tengah baya memanggil pengunjung yang tak hendak menginap di pantai. Kami bergegas menuju jeti, air laut sedang surut. Dengan hati-hati namun cekatan nakhoda perahu mengarahkan kapal kayunya agar tidak menabrak karang. Saya melihat ikan-ikan kecil berkejaran disisi lambung perahu. Kami sedang menjauh meninggalkan pulau.
Sementara dalam hati saya mematri niat, suatu saat saya akan kembali membawa keluarga kecil saya dan menginap di pulau ini.
seru kli kepantai ni
Posted using Partiko Android
Congratulations @ayie77! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!