SAYA agak terkejut membaca “keluhan” sejumlah Steemians di grup diskusi. Frasa keluhan sengaja saya buat dalam tanda petik karena sesungguhnya, mereka tidak benar-benar mengeluh dalam pengertian negatif. Mereka hanya menganggap postingan “kuliner nusantara” yang menjadi tema Steemit IndonesiaChallenge8 kali ini adalah tema bagi perempuan. Para lelaki tidak punya ide sama sekali dan menganggap akan sulit mengalahkan perempuan.
Benarkah?
Sebuah restoran yang menyajikan kuliner Nusantara di Yogyakarta. Restoran ini sering didatangi para pesohor Indonesia dan dunia, yang terlihat dari tanda tangan dan pesan mereka pada piring keramik yang dipajang di dinding.
Bukan dominasi perempuan
Secara tradisi di Indonesia—bahkan di banyak negara—menganggap masalah kuliner adalah wilayah kekuasaan perempuan. Menyangkut seluruh permasalahan dari kuliner, mulai dari menyiapakan alat dan bahan, memasak, menata (menghidangkan), menilai kualitas makanan atau minuman, sampai membereskan piring-piring kotor, adalah pekerjaan perempuan. Lelaki hanya menikmati saja.
Tapi itu pandangan kuno yang sudah ketinggalan zaman. Kuliner bukan hanya ranah perempuan. Kalaupun lelaki tidak bisa memasak, tidak masalah. Setiap manusia—lelaki atau perempuan—adalah penyicip makanan. Sejauh memiliki lidah dan mempunyai selera makan, apalagi kalau memiliki sedikit pengetahuan tentang dunia kuliner, berarti bisa membuat postingan kuliner.
Kalau menelusuri kembali acara kuliner di televisi—sejak Bondan Winarno yang memopulerkan istilah “maknyuuss” dan menjadi titik awal acara kuliner di Indonesia—sampai sekarang, kita akan banyak menemukan chef lelaki. Sebut saja William Wongso, Edwin Lau, Arnold Poernomo, Wlliam Ghozali, Andrian Ishak, semuanya lelaki. Pengetahuan mereka tentang kuliner bahkan bisa melampaui perempuan. Di Lhokseumawe, kalau menikmati tomnyang di Azahwa di Jalan Tgk Chik Ditiro, kita juga akan melihat kepiawaian chef lelaki meracik makanan. Tapi tomnyang tidak termasuk kuliner Nusantara.
Sebuah tulisan di Kompas, Minggu 23 Juli 2017, yang menyajikan tentang sup yang kaya akan rempah-rempah. Makanan tersebut bukan hanya lezat, tetapi juga menyehatkan. Para penikmat kuliner kini memang semakin kritis dalam menilai makanan.
Bukan sekadar resep
Sejak awal ketika ditawari @aiqabrago menjadi juri IndonesiaChallenge8 dengan tema “kuliner nusantara”, saya langsung mengingatkan perlunya pemberitahuan mengenai tipe postingan. Mendengar kata kuliner, pikiran lelaki langsung mengasosiasikan tentang resep masakan.
Frasa kuliner memang tidak kita temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi 3.1. Namun, di sana ada frasa tentag tata boga yang artinya teknik meramu, mengolah, dan menyediakan serta menghidangkan makanan dan minuman. Sedangkan dalam buku Tesamoko, Tesaurus Bahasa Indonesia Edisi Kedua karya Eko Endarmoko, kuliner merupakan sinonim dari masak-memasak, tata boga, makanan, masakan, hidangan, dan santapan.
Jadi, pemahaman kuliner sudah lebih luas karena proses menyantap sudah termasuk di dalamnya. Apakah lelaki tidak pernah bersantap? Lelakilah penyantap makanan nomor satu. Eko Endarmoko menganggap kuliner masuk dalam ilmu gastronomi yang oleh KBBI diterjemahkan sebagai seni menyiapkan hidangan yang lezat-lezat; tata boga.
Kini, definisi kuliner sudah lebih luas. Tidak hanya menyentuh sisi makanan, minuman, bumbu, cara masak, cara penyajian, juga sudah menyentuh sisi budaya karena makanan merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya. Kuliner juga menyangkut gengsi, gaya hidup (lifestyle), kelas sosial, ideologis, dan sebagainya. Kita juga mengenal kuliner ekstrem yang dulu barangkali kita anggap bukan bagian dari kuliner. Atau definisi ekstrem bagi satu kelompok masyarakat menjadi tidak esktrem bagi masyarakat lain. Saya kaget melihat sajian kuliner di sebuah stasiun TV yang menganggap makan sate belalang sebagai kuliner esktrem, padahal sejak kecil saya sering makan belalang meski digoreng oleh nenek. Kalau kemudian ada yang menikmati belatung, nah, bagi saya itu baru super esktrem karena membayangkannya saja sudah membuat mual, apalagi katanya rasanya agak juicy (berair). Huweeeek….
Adanya sedikit penjelasan di pengumuman Steemit IndonesiaChallenge8 bahwa postingan diarahkan kepada tulisan reportase atau berbentuk feature tentang kuliner, setidaknya mendorong peserta untuk membuat postingan tentang kuliner secara luas. Bentuk postingan dimaksud sudah sering saya baca, misalnya tentang kari kambing aceh rayeuk, atau makanan khas di daerah tertentu. Yang penting masuk dalam kuliner nusantara, bukan makanan dari restoran waralaba seperti KFC, Pizza Hut, CFC, dan sejenisnya.
Namun, kalau memang memposting resep masakan khas nusantara juga tidak diharamkan. Ini untuk mengakomodir Steemians yang sering memposting resep khas nusantara seperti mie aceh, rujak manis aceh, payeh (pepes) bilis, dan sejenisnya. Kelemahannya, postingan tentang resep agak sulit mendorong imajinasi pembaca menikmati kuliner karena cenderung monoton.
Semua penikmat kuliner
Tidak ada yang tidak menyukai kuliner. Kita memiliki selera masing dan itulah keberagaman dalam kuliner. Jenis tulisan pun akan beragam sesuai dengan selera masing-masing. Dalam mata kuliah penulisan feature dulu, saya selalu menugaskan mahasiswa menulis feature kuliner yang khas. Saya kaget karena pengetahuan mereka sangat dalam tentang kuliner, dan sebagian besar adalah cowok. Hanya saja, masih terdapat beberapa kelemahan dalam penyajiannya.
Menulis itu juga seperti memasak. Meski sudah cukup alat, bahan, dan bumbu nomor satu, tetapi ketika cara memasaknya keliru, maka masakannya tidak maknyuuus. Alat, bahan, bumbu cukup, cara memasak sudah benar oleh chef ternama, tetapi cara penyajiannya tidak sesuai, maka makanannya juga bisa tidak sedap. Alat, bahan, bumbu, cara masak benar, disajikan juga dengan cara menawan, tetapi penikmatnya tidak dalam suasana hati yang menyenangkan, juga bisa membuat makanannya terasa hambar. Jadi, persoalan kuliner demikian kompleks, bukan semata teknik memasak, tetapi juga menyangkut suasana hati. Semuanya menjadi kesatuan yang bersinergi dalam menikmati kuliner, bukan semata masalah fisik yang terlihat.
Sebegitu menariknya feature tentang kuliner sampai-sampai semua koran menyediakan rubrik khusus kuliner, atau bahkan ada majalah yang khusus membahas kuliner. Di Kompas cetak, tulisan tentang kuliner setiap Ahad bisa dibaca. Tidak hanya satu tulisan, terkadang sampai tiga tulisan seperti yang saya baca pada Kompas, Minggu 30 Juli 2017. Tiga tulisan dalam tiga halaman, berarti menyamai jumlah halaman yang disedikan bagi olahraga.
Sahabat Steemians, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam postingan kuliner antara lain sebagai berikut:
Rasa
Kita harus memiliki sedikit (hanya sedikit saja) tentang rasa makanan atau minuman yang ingin kita tulis. Kalau tidak mengetahuinya, bisa mencari dari berbagai sumber di internet atau bertanya pada kawan yang punya pengalaman tentang kuliner.
Saya dulu bukan penikmat kopi karena ada masalah lambung. Ketika sanger mulai dikenal di Aceh, saya mencobanya dan langsung menyukainya. Saya punya definisi sendiri sanger yang nikmat itu seperti apa; tidak ada aroma susu, sedikit pahit di ujungnya, kental aroma kopi. Orang lain belum tentu sependapat dengan kriteria ini. Tidak masalah. Dalam makanan, selera kita boleh berbeda. Saya bertanya kepada beberapa sanger mania di Lhokseumawe dan Aceh Utara bagaimana menurut merek cita rasa sanger yang nikmat dan di mana bisa menikmatinya. Jawaban yang saya dapatkan sangat beragam.
Menyangkut jenis kuliner yang ingin Anda tulis, pilihlah makanan atau minum yang paling Anda sukai. Ini akan membuat tugas Anda lebih menyenangkan karena menulis sesuatu yng kita sukai. Sahabat Steemians juga sudah memiliki pengetahuan yang memadai mengenai objek tulisan.
Bahan dan cara memasak
Tanyakan sedikit saja bahan apa saja yang dibutuhkan untuk memasak makanan tersebut. Apa yang membuatnya berbeda dengan makanan sejenis di tempat lain. Misalnya, kalau menikmati rujak di sebuah tempat yang rasanya sangat berbeda—katakanlah pedasnya berbeda—tanyakan saja cabai apa yang mereka gunakan, berapa banyak, atau cabainya dicampur dengan apa, atau sejenisnya. Itu bisa ditanyakan sambil lalu, tidak perlu wawancara secara khusus yang menyita waku mereka.
Ciri khas
Setiap restoran, setiap warung, pasti memiliki ciri khas tersendiri yang terkadang abai dari amatan kita. Untuk itulah, kita harus teliti melihat setiap perbedaan. Saya makan kari kambing di Jalan Stadion, Lhokseumawe, sejak pertama buka karena mendapat undangan khusus. Namun, tidak tahu apa yang membuat mereka berbeda, meski rasa kuah karinya memang sedap dan dagingnya empuk. Pertanyaan gampangnya, apakah ditaburi biji ganja yang kabarnya bisa membuat daging jadi empuk.
Ternyata bukan itu. Ketika makan dengan @masriadi, sambil lalu ia bertanya tentang daging yang empuk dan jawabannya mengejutkan, mereka menceburkan dua sendok dalam belanga yang sedang membara. Mereka percaya bahwa itu membuat daging menjadi empuk. Saya bertanya-tanya bagaimana jika dilihat dari sisi kesehatan karena air dari logam bercampur dengan kuah dan masuk ke tubuh manusia.
Lebih lanjut mengenai berita kulier @masriadi di Kompas online tersebut, bisa dilihat pada tautan berikut ini:
http://travel.kompas.com/read/2016/01/29/121700327/Mitos.Sendok.di.Kari.Kambing.Aceh.
Sahabat Steemians melihat tangan saya di sana, kan? Heheheehehe….
Interior dan suasana
Kalau duduk di sebuah kafe, lihat juga bagaimana interiornya. Terkadang, kuliner di kafe tersebut biasa saja. Tapi pengunjung menjadi betah karena interiornya menarik. Ada sudut yang indah untuk dijadikan tempat selfi, katakanlah demikian. Atau ada lokasi khusus buat perokok, dan ada lokasi khusus yang bebas asap rokok.
Tulis saja beberapa paragraf tentang interiornya dan jangan lupa memotret sudut yang menarik tersebut. Telitilah pada sisi uniknya.
Harga
Jika dianggap perlu untuk menjadi pedoman bagi pembaca, boleh juga mencantumkan harga makanan atau minuman yang menjadi objek tulisan. Tidak perlu semua harga dicantumkan seperti di daftar menu. Sebutkan saja dalam narasi harga makanan yang menjadi objek tulisan kita.
Perbandingan
Kalau punya pengalaman dengan kuliner serupa di daerah lain, boleh juga dibandingkan agar pembaca memiliki gambaran yang tepat. Ketika menikmati bubur gumbo di New Orleans, Lousiana, Amerika Serikat, saya membandingkan dengan kuah masam keueng (asam manis) yang dicampur nasi di Aceh. Bukan karena rasanya sama, melainkan bentuknya dan warnanya yang sama.
Laporan Kompas, Minggu 30 Juli 2017, tentang kuliner yang menjadi gaya hidup kaum urban yang mementingkan rasa sekaligus menyehatkan, menjadi sisi bisnis yang bisa diandalkan.
Saya baru pulang dari Yogyakarta dan menikmati kuliner di beberapa restoran dan angkringan di sana. Beberapa jenis makanan di sana, terasa manis termasuk rendangnya. Jadi, satu jenis makanan bisa jadi memiliki rasa berbeda di daerah berbeda.
Lokasi
Letak sebuah warung kopi atau kios atau kafe atau restoran perlu dicantumkan lokasi yang lengkap juga untuk pedoman bagi pembaca. Dalam banyak postingan di IndonesiaChallenge sebelumnya, banyak sahabat Steemians tidak lengkap dalam menyebutkan lokasi. Misalnya, dalam menyebutkan lokasi wisata, hanya menyebutkan lokasi besarnya saja, misalnya di Aceh Besar. Padahal, Aceh Besar itu sangat luas.
Jadi, cantumkan yang lengkap, misalnya, martabak durian di Geudong Kecamatan Samudera, Aceh Utara itu persisnya terletak di mana sehingga pembaca mengetahuinya dengan jelas.
Sejarah singkat
Terkadang, sebuah tempat makan dan minum yang legendaris memiliki sejarah panjang. Saya pernah diajak makan oleh sahabat saya di sebuah warung yang agak jauh di pedalaman Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada Januari 2017 lalu. Menu andalan mereka adalah ayam goreng dengan bumbu khusus.
Sahabat saya, Hj Siti Wahidah, menyebutkan awalnya ibu penjual ayam goreng itu marah kepada suaminya yang suka judi sabung ayam. Karena perilaku buruk tidak berhenti, ia memilih menyembelih ayam tersebut dan digoreng dengan bumbu racikannya. Ternyata nikmat sekali dan itu memberikan inspirasi untuk membuka warung dengan menu utama ayam goreng berbumbu khas.
Kalau ada sejarah menarik seperti itu, tidak ada salahnya jika dijadikan angle utama dan menjadi judul dari postingan. Tapi kalau memang tidak ada, ya, jangan dipaksakan.
Liputan Kompas, Minggu 30 Juli 2017, tentang kuliner Jepang di sebuah restoran di Jakarta. Di sini penulisnya menggambarkan bagaimana chef bekerja dan jenis serta rasa makanan yang disajikan. Penulis juga menjelaskan sedikit teknik memasak kepada pembaca.
Foto-foto menarik
Jangan lupa mengambil beberapa foto tentang kuliner dari sudut menarik. Satu postingan harusnya didukung empat lembar foto dari berbagai sudut, misalnya foto yang menyorot makanan dari dekat, kafe dari jauh, sudut yang menarik, atau foto baristanya yang manis seperti postingan saya tentang barista cewek satu-satunya di Lhokseumawe.
Foto yang biasa saja kalau dilihat dengan mata telanjang, bisa menjadi menarik bila mengambilnya dari sudut yang tepat. Jadi, gunakannya mata kamera untuk menghasilkan foto indah yang bisa dilakukan dengan telepon selular, syukur-syukur kalau ada kamera SLR.
Jadi, masih mengaku sulit membuat postingan kuliner?
Liputan lainnya di Kompas, Minggu 30 Juli 2017 tentang sauto tauco di Tegal, Jawa Tengah. Bahkan dalam lead-nya langsung dijelaskan bahwa lokasi warung makan Moro Tresno H Caup Gendut terletak 12 kilometer dari pintu keluar Tol Brebes Timur atau lebih dikenal Brexit. Dicantumkan juga sedikit sejarah bahwa warung ini dirintis oleh Muhammad Gufron Ridho atau akrab disapa Caup Gendut, pada tahun 1978.
“Berikan seseorang semangkuk nasi dan Anda akan memberinya makanan untuk sehari. Ajarkan dia memelihara padi dan Anda akan memberinya makanan seumur hidup.”
- Konfusius, filsuf Tiongkok, 551 SM – 479 SM.
Saleum kreatif:
@ayijufridar
Artikel yang sangat berguna bagi saya dan semua pembaca yang ada di steemit khususnya #ksi.
Terimakasih pak @ayijufridar masukan yang sangat bagus untuk kami para peserta challenge semoga kedepan penulisan kami semua jadi lebih baik lagi.
Salam persaudaraan
Steemit IndonesiaChallenge merupakan kesempatan dan tempat kita saling mengasah keterampilan menuat postingan bermutu. Kita bisa sama-sama belajar dan saling mengoreksi @owner99.
Benar sekali pak @ayijufridar dan saya sangat mengapresiasikan niat tulus bapak dalam memberikan masukan agar semua steemian dapat menulis dengan benar dan menghasilkan karya yang bermutu.
Terima kasih pak, saya sangat senang akhirnya bisa menulis komentar dan dapat ilmu dari bapak tentang #steemit.
Sangat bermanfaat tulisan.
Tapi kuliner kebanyakan itu masalah perempuan.
Tetapi tidak apa-apa.
Kaum adam akan beraksi kali ini dengan segala kemampuan bg @ayijufridar.
Apalagi abg sudah membagi jurus jitu dan bisa jadi kuliner andalan kaum adam kali ini.
Semoga para kaum adam berhasil dan mengalahkan kaum hawa.
Terima kasih telah berbagi bg @ayijufridar
Sekarang justru banyak lelaki yang terlibat. Pembuat mie aceh hampir semuanya laki-laki @amryksr. Lagipula, kita bukan sedang menggelar lomba memasak. Ini lomba menulis kuliner. Tidak bisa masak, asal bisa makan dan minum, pasti bisa menilai suatu makanan dan minuman. Mie bieng lancok jeut cit, hehehehehe....
Iya bg.
Semoga saja berhasil
Saya bahkan ikut berpartisipasi membuat masakan khas kuliner...khusus keluarga..khak
Bukannya cowok lebih pintar soal masak dan masakan ya? 😁😁
Tidak semuanya @rahmanovic. Saya sendiri hanya bisa masak air dan masak Indomie saja. Tapi suka menikmati kuliner di mana pun.
Makasih juga untuk tips menulisnya. Semoga banyak bacaan seru dari indonesiachallenge8 ini
Surprais juga @rahmanovic, sebab saya sudah menemukan beberapa postingan yang sesuai dengan tips, padahal lebih dulu postingan lomba yang muncul. Artinya, postingan peserta sudah bermutu, kok. Postingan bermutu itu, bisa menjadi obat bagi lelah saat membaca postingan yang jumlahnya bisa seratus lebih.
Cowok yang bisa masak kebanyakan chef resto mie aceh bu @rahmanovic, dan hasil karya masakan mereka jelas lebih enak dibanding ibu-ibu pada umumnya. Aceh luar biasa...
Bang @ayijufridar dan @owner99 hehe.. saya komen gitu karena kebetulan di sekitar saya mayoritas pada bisa masak, enak pula.. kadang suka minder kalau harus masak buat mereka 😁😁
Saya suka dan kagum dengan lelaki yang pinter masak @rahmanovic dan @owner99. Bagi saya, lelaki yang pintar masak pastilah romantis dan perasaannya lembut. Meracik bumbu saja ia hebat, pastilah bisa meracik hati perempuan juga. Saya tidak bisa masak, tapi penikmat kuliner dan semua jenis makanan, sejauh halal, bisa diterima perut saya. Sushi, makanan Jepang, dan ikan mentah lainnya bisa masuk dan tidak mual.
thanks atas tipsnya bg @ayijufridar
Terima kasih kembali @klen.civil. Jangan lupa kirim postingannya tentang kuliner. Ini dunia lelaki dan perempuan, bukan daerah jajahan perempuan semata. Seorang pengamat tidak perlu harus mahir mengocek bola, begitu juga dalam hal kuliner. Tidak bisa memasak bukan berarti tidak bisa menulis tentang kuliner.
oke bg
Like this.. Tq info nya bg :)
Terima kasih @kakilasak. Tangannya juga harus lasak dan menulis postingan kuliner. Sambil hunting foto alam, pasti ada gagasan yang menarik dalam menulis kuliner.
Haha.. Iya bg, siap hunting :)
Ditunggu, @kakilasak
Sangat menginspirasi, mudah-mudahan saya smpat menulis dalam lomba kali. Thank you bang ayi.
Semoga @atafauzan79. Banyak kuliner menarik di sekitar kita.
Terimakasih atas pencerahannya bang @ayijufridar
Terima kasih kembali @zulkarnain. Ditunggu postingan terbaiknya tentang kuliner.
https://steemit.com/indonesia/@zulkarnain/nikmatnya-rujak-batee-iliek-tak-tersisa-sampai-tetesan-terakhir-2017730t19055925z
Mohon kritik dan sarannya bang
Terima kasih @zulkarnain. Kalau postingan untuk lomba, tidak etis saya komentari sekarang untuk menghindari conflict of interest dengan peserta lain. Insya Alah, nanti setelah lomba atau dalam postingan catatan penjurian. Akan ada ulasan menyeluruh.
Siap guru
Terima kasih atas keramahannya
Saban-saban @zulkarnain... Tabek.
Kehabisan ide saya bg..
Jangan sampai habis @daiky69, hehehe... Sejauh masih dan minum, ide takkan habis.
Hahaha masih bingung bang kuah pliek juga tidak tau apa namanya dalam bahasa Indonesia .. kuah patarana
Hahahaahaha, lucu juga @daiky69. Untuk jenis makanan dan minuman, tidak perlu mencari artinya dalam bahasa lain. Tetap menggunakan bahasa Aceh, hanya perlu penjelasan sedikit agar orang lain mengerti. Sudah ada yang posting kok, kuah pliek-nya.
Haha oke bg.
Itu punya saya kuah pliek kan bg @ayijufridar
Thank...paling tidak jd contoh...salam
Betul @zufrizal. Tidak perlu bahasa Indonesia untuk jenis masakan, pakai bahasa Aceh saja. Trims @zulfizal.
Seharusnya demikian..spt nama2 tempat di Aceh jg..ribet bila di Indonesia kan..
Betul mas, kuliner itu luas kalau mau dijabarkan bukan hanya masalah makanan tapi juga melibatkan unsur budaya juga, misalnya makanan khas di Macau ternyata perpaduan bumbu masak unsur timur Dan barat juga ada sejarah yang melatarbelakanginya:)
Sepakat @happyphoenix. Bahkan kalau kita makan di KFC pun ada sejarah perjuangan pendirinya, Kolonel Sanders, yang mantan veteran Amerika Serikat. Suatu hari, ketika menerima uang pensiun, ia merasa terhina karena menjadi beban negara. Kemudian, ia berpikir untuk mencari uang hasil keringatnya sendiri.
Lalu ia membuat ayam goreng dan menitipnya di toko. Tapi tidak ada yang mau menerimanya. Sekitar 1.800 tempat ia tawari semuanya menolak. Kolonel Sanders tidak patah arang, ia terus menjual ayam goreng. Sekarang, KFC ada di hampir semua negara.
Betul.... Cerita Kol. Sanders juga menginspirasi saya kecuali ketika makan ayam goreng KFC, jadi lupa ceritanya karena saking enaknya makan....he..he..! :)
Di korea banyak sekali makanan yang unik dan enak...mudah-mudahan saya bisa menulis artikel seperti tulisan diatas...terima kasih buat tipsnya..
Nah, temanya itu Kuliner Nusantara lho, @wibseoul. Jadi, kalau menulis tentang kimchee (beneran begini tulisannya?), tidak termasuk dalam Kuliner Nusantara. Tapi kalau ada restoran Indonesia atau restoran Korea yang memasak masakan Indonesia, bolehlah dikirim ke lomba. Ini akan memberi warna lain...
Berkualitas bg @ayijufridar
Terima kasih @mushtafakamal.
Ibarat kata bijak: sekali perahu didayung 2 sampai jutaan pulau terlewati...