Setiap manusia bebas menentukan hidupnya, bebas memilih dan bebas membuat keputusan. Mungkin ketika kita tidak menyukai terhadap sikap atau keputusan seseorang, lalu kita berkeinginan sekali untuk merubah orang tersebut menjadi seperti yang kita inginkan atau kita yakini benar.
Akan tetapi untuk merubah sikap seseorang kita tidak bisa serta merta melakukannya dengan ucapan. Perlu adanya tindak lanjut berupa perilaku baik yang hendak kita ingin tunjukkan kepadanya. Ini akan terlihat sulit, karena belum tentu apa yang kita perlihatkan itu mendapat nilai baik dari orang lain, kembali lagi, manusia berhak membuat keputusan termasuk dengan penilaiannya.
Disinilah perlunya pondasi yang baik dari seseorang, yaitu kemampuannya membuat keputusan dalam hidup. Ya, kita bisa saja memilih hidup seperti Firaun dan Karun dengan keangkuhan dan kesombongannya, dan itu adalah hak manusia dengan ikhtiar yang telah disematkan padanya.
Namun, jika analoginya adalah menanam, akan indah bila seandainya kita memilih menyemai padi, bukan rumput. Kenapa harus memilih padi? Ya, padi menjadi pilihan yang tepat karena dengan menyemai padi, barangkali rumput akan tumbuh dengan sendirinya. Namun bisa dipastikan bila seandainya pilihan kita adalah menyemai rumput niscaya padi tidak akan pernah tumbuh sama sekali.
Sekarang pilihan kembali pada pribadi kita masing-masing. Satu hal yang mesti selalu kita ingat bahwa Tuhan tidak pernah memandang bulu dari mana kita berasal, apa pekerjaan dan pangkat yang kita sandangkan. Siapa pun kita, kita akan kembali dijumpakan dengan satu kotak yang sama. Ya, kuburan menjadi akhir dari manis dan pahitnya kisah hidup seseorang.
Pada kondisi normal, seharusnya kita tidak bisa dibutakan oleh dunia. Karena dari hati nurani kita yang paling dalam, semua manusia sadar dan mengenal pilihan yang baik dan benar untuknya. Namun saat dihadapkan dengan kondisi tertentu, manusia kembali dilupakan dengan kebenaran, keadilan, bahkan cendrung melangkah ke arah kesesatan.
Diakui atau tidak, beginilah manusia dengan segala kebejatannya. Masih layak kah kita harus mengeluh, dengan kata-kata seakan kita tidak beruntung, anak yang malang dan berbagai keluhan lainnya menjadi bentuk sikap penolakan terhadap keputusan Tuhan dan jelas sekali kita tidak tegolong kepada golongan orang-orang yang bersyukur.
Seharusnya kita sadar bahwa untuk bahagia tidak harus tampil berbeda, cukup menjadi diri sendiri dengan segala keputusan baik yang kita pilih, bukan sebuah keputusan sesuai kebiasaan banyak orang. Belum tentu sebuah kebiasaan adalah benar, alangkah lebih baik jika kita membiasakan yang benar.
Posted from my blog with SteemPress : http://ayuramona.epizy.com/2018/12/08/mari-bijak-menggunakan-kebebasan/
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by ayuramona from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.