Bagi warga Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dan sekitarnya, objek wisata alam ini memang tak asing lagi. Namun bagi warga di luar kawasan itu, barangkali masih banyak yang belum mengetahuinya.
Memang, sebenarnya tak ada yang spesial atau unik di Pantai Jilbab. Hanya saja orang-orang yang baru mendengarnya penasaran dengan namanya itu, termasuk saya dan kawan-kawan yang mengunjunginya pada Minggu petang, 12 Februari 2018.
Menurut warga setempat, diberi nama Pantai Jilbab karena kaitannya dengan awal-awal penerpan Syari'at Islam di Provinsi Aceh. Saat itu konon bagi kaum hawa yang berkunjung ke pantai berpasir putih ini, diimbau untuk menutup auratnya atau berjilbab, sehingga lama kelamaan kata 'jilbab' populer di telinga masyarakat dan disebutlah Pantai Jilbab.
Nah, jika Anda pergi atau sekadar melewati kawasan Abdya, tidak ada salahnya berkunjung ke Pantai Jilbab. Ya, barangkali ingin menghilangkan suntuk atau bingung mencari tempat wisata.
Pantai Jilbab hanya berjarak sekitar 500 meter dari Lintas Barat - Selatan Aceh, persisnya di Kecamatan Susoh, Abdya. Hematnya kita ke pantai ini, tak ada biaya masuk seperti karcis atau biaya parkir kendaraan. Biasanya hari Minggu atau hari libur lainnya lebih ramai, yakni mencapai ratusan pengunjung.
Lalu, seperti apa Pantai Jilbab ini?
Ketika mulai memasuki kawasan pantai ini, Anda akan melihat jejeran pondok dan kafe warga yang diselimuti rimbunnya pohon-pohon pinus. Di bawahnya juga disediakan tempat bersantai sehingga dapat menikmati suasana laut sambil makan atau minum yang harganya pun terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Di kawasan Pantai Jilbab juga ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Sejauh mata memandang, terlihat belasan boat nelayan yang bersandar di balik tanggul pemecah ombak (breakwater). Warna-warni sejumlah boat tersebut pastinya juga menambah keindahan pantai ini.
Sementara breakwater di pantai berpasir putih ini, selain menjadi proteksi sejumlah bangunan bibir pantai dan melindungi boat nelayan dari terjangan ombak, juga dimanfaatkan para pengunjung untuk memancing atau menikmati suasana laut yang lebih terasa. Breakwater tersebut memiliki panjang sekitar 200 meter dari bibir pantai.
Di sisi lain, pesona pantai ini adalah ketika matahari terbenam (sunset) tiba. Saat itu para pengunjung pastinya disuguhkan dengan senja merah jingga. Sesekali burung-burung laut dengan rapi terbang melewati. Sementara ombak terlihat memukul-mukul breakwater. Menyisakan riak air laut berbuih yang menjilat-jilat bibir pantai.
Hanya saja satu hal yang membuat kita kurang nyaman, yakni sampah sisa makanan dan minuman berserakan di pantai ini, sehingga merusak pemandangan di sekitarnya. Ini menandakan tingkat kesadaran masyarakat kita dalam menjaga kebersihan lingkungan masih sangat minim. Tak hanya di kawasan Pantai Jilbab saja, namun hal ini juga terjadi di kebanyakan objek wisata alam.
Karenanya, sudah seharusnya kita jaga alam sekitar kita tetap bersih, sebagai salah-satu bentuk syukur kepada-Nya yang telah memberikan nikmat pemandangan alam yang indah. Sementara kepada pemerintah setempat juga sudah seharusnya menjaga kawasan objek wisata bebas dari sampah. Hal ini bisa dilakukan salah-satunya dengan cara memberdayakan warga setempat untuk menjaga kebersihan objek wisata.
Blangpidie, 14 Februari 2018
Salam hangat,
Mukhlis Azmi
Follow: @azmi.mukhlis
Luar biasa, saya baru tau kalau daerah Aceh bagian barat itu ada yang namanya pantai jilbab. Waktu pertama saya lihat postingan pada bagian judulnya, saya pikir pantainya tertutup. Makanya disebut jilbab.
Saya ingat kata-kata yang satu ini "do not interpret the title of the cover. but, peel the inside contents"
Salam.....
Hahaha..... Terimakasih ka neubaca 🤗
Seb bereh ka jeut keu warga Barat selatan 😊🙏
Warga sementara waktu 😄
ajib sekali pemandangan nya....
ingin mengatakan wwwoooowowww keren.
Hahaha.... Bereh tasantai seupot inan sira tangopi 🤗
perfect
Terimakasih telah membacanya.
keren kali tulisan abang ni ada
Hehe... Tapi tak sekeren aksi Sigupai Membaco @nitajuniartiks 🤗