Ahmad dan Amin merupakan sahabat lama namun mereka sudah cukup lama tidak bertemu, Amin orangnya sangat cerdas namun kurang beruntung secara finansial. Sedangkan Ahmad orangnya biasa saja, namun orang tuanya merupakan orang berada dan merupakan orang yang terpandang di kampungnya. Sehingga sangat mendukung karirnya.
Namun tanpa disangka dan di duga keduanya bertemu di sebuah Masjid yang sangat megah dan indah mempesona.
Awal Kisah ...
Ahmad merupakan seorang manager kelas menegah. Orangnya sangat necis dan perlente, namun dia merupakan orang yang saleh.
Kebiasaannya yaitu singah, di setiap Masjid yang menjadi tempat tujuannya yaitu untuk memperbaharui wudhuk dan shalat sunnah.
Sesampai di Bogor seperti biasanya dia mencari Masjid, kebetulan dipingir jalan dia menemukan sebuah Masjid kemudian dia memarkirkan mobilnya dan masuk ke Masjid tersebut.
Ahmad tidak menyangka bahwa dia berjunpa dengan Amin sahabat lamanya satu SMP dulu, dia tahu pula bahwa sahabat lamanya tersebut biarpun berasal dari keluarga miskin orangnya sangat pintar.
Ahmad tidak menyangka sama sekali bahwa sahabat lamanya tersebut seorang merbot Masjid...
“Maaf,” katanya menegor sang merbot. “Kamu Aminkan? Amin kawan SMP saya dulu?”.
Yang di tegurpun sangat mengenal sahabatnya tersebut. Lalu keduanya berpelukan.
“Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Ahmad terlihat masih dalam keadaan memakai dasi. Lengan yg digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Amin. “Ah, biasa saja…”.
Ahmad menaruh iba. Amin dilihatnya sedang memegang kain pel. Khas merbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidatnya yang lebar terlhat jelas.
“Min… Ini kartu nama saya…”.
Amin melihat. “Manager Area…”. Wuah, bener-bener keren."
“Min, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.
Amin tersenyum simpul waktu mendegar
kata-kata Ahmad tersebut, dan Amin
mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… Silahkan ya. Yang nyaman”.
Dalam hati Ahmat bertanya-tanya dan tidak habis pikir megapa Amin orang yang begitu pintar, namun pekerjaanya cuma menjadi merbot Masjid Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan.
Cermin Kesederhanaan
Ahmad sangat menyesalkan kondisi negeri ini yang tidak berpihak kepada orang-orang yang pintar namun tidak mampu di segi ekonomi
Sekali lagi Ahmad melewati Amin yang sedang bebersih. Andai saja Amin mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “office boy”.
Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Ahmad. Sepertinya sama-sama shalat sunnah.
Ya, Ahmad sudah shalat fardhu di masjid sebelumnya.
Amin sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Amin…”, gumamnya.
Ahmad menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Amin “Pak,” tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.
“Iya dek..?”
“Pak, Bapak kenal emangnya sama bapak Insinyur Haji Amin…?”
“Insinyur Haji Amin…?”
“Ya, insinyur Haji Amin…”
“Insinyur Haji Amin yang mana…?”
“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”
“Oh… Amin… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”
“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun ini masjid…”.
Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Ahmad… semenjak dulu sudah haji… sebelum beliau bangun masjid ini.... Anak muda ini kemudian menambahkan, “Bapak Amin orang hebat Pak. Tawadhu’. Sebenarnya sayalah yang merbot asli masjid ini. Saya bekerja pada beliau. Pak Aminlah yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakaf dia sendiri. Bapak Amin yang membangun Masjid indah ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat. Bapak lihat mall megah di bawah sana? Juga hotel indah di seberangnya? … Itu semua milik Bapak Amin... Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya memakmurkan Masjid ...
Subhanallah.....
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Hahaha, bang juh ka jidrop le puelisi konten
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://priendah.wordpress.com/2015/10/08/sang-marbot-masjid-kisah-nyata-dari-masjid-puncak-bogor/
Bereh that lageo
Sangat berbaya bagi akun kita kalou kedatangan chtah..
Bereh that nyan