Ohh, gitu ya pak. Saya rasa tidak masalah, asalkan para peserta didik fokus membahagiakan orang tuanya, tujuan utamanya yang penting lulus, tidak perlu lebay cari IP, biji, nilai, dan juara. Jika mainsetnya membahagiakan orang tua bakal selamat, karena mendapat doa, diridhoi tuhan. Sementara ngalah dulu ngikuti sistem, manut dosen karena kalau terhanyut sistem yang sedang berlaku khawatirnya pikirannya kaku di bidangnya, angkuh, tidak mau kalah dengan keilmuannya, maunya ingin dipahami, dan cederung jadi tukang merendahkan orang, karena para peserta didik yang sudah baper dan terlena dengan sistem yang berlaku sekarang tidak diajari belajar "manusia", tidak diarahkan mengenal dirinya, dan tidak menyadarkan dirinya sebagai pemegang titah tuhan di alam, bukannya malah menjadi faktor memancar cahaya kebaikan di alam yang ada malah di paksa jadi faktor industri/bisnis/mesin golobalisasi.
Pada dasarnya sistem itu mencekoki manusia dengan software tertentu agar tidak menjadi manusia. Cara yang digunakan tidak ubahnya seperti pola doktrin. Dengan begitu ketika manusia tidak sadar sebagai manusia, mereka yang elit dengan mudah mengendalikan manusia di muka bumi ini.
Salah satu kengkuhan mahasiswa gitu pak. dapat pemahaman dikit aja langsung ingin menyaingi dosen, lupa kalau dia masih disubsidi orang tua. rebellion kok minta duit sama orang tua.
Pikiran mereka sudah diracuni sistem pendidikan autis pak. masa pelajaran moral, akhlak ujiannya ujian tulis pak. pelajaran agama dipersempit menjadi pelajaran syariat saja. Disipilin atribut ditingkatkan disiplin akhlak diperlonggar.