Assalamualaikum Sobat Steemian!
Salam sejahtera buat sobat yang dirahmati Tuhan yang maha kuasa. Pada kesempatan ini saya mau berbagi cerita tentang keluarga yang tinggal di gubuk reyot. Senin, 8 Januari 2018 kami Tim Cet Langet Rumoh (CLR) mengujungi kesalah satu keluarga rumah yang tidak layak huni.
Keluarga yang dimaksud adalah bernama Nurlela, S.Pd berusia 32 tahun, seorang guru yang mengajar sukarela (bakti sekolah) disalah satu Sekolah SMP di Lhoksukon dan suaminya bernama Muhammad berusia 34 tahun bekerja sebagai petani. Warga Desa Seunebok Dalam Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh. Pasangan keluarga Muhammad dan Nurlela dikarunia 2 orang putri kembar yang lucu bernama Alfia Rahma dan Alfia Rahmi, kedua putrinya masih berusia 4 tahun.
Muhammad dan Nurlela berada di ayunan putri kembar
Nurlela sudah 7 tahun menjadi guru, sampai sejauh ini ia masih sebagai status guru bakti sekolah. Namun, demikian Nurlela tetap semangat menjadi guru sebagai pendidik generasi bangsa. Walaupun dirinya dan keluarganya tinggal ditempat yang tidak layak huni, tidak pernah bosan mengabdi untuk dan bangsa. Selain dari bekerja juga harus mengatur waktu untuk mengurus 2 buah hatinya. Ketika Nurlela pergi mengajar suaminya yang menjaga anaknya, giliran pulang kerja suaminya pergi kesawah. Kebanyak guru pada zaman now pergi kerja mengendarai sepeda motor, beda dengan Nurlela pergi kerja tetap semangat mendayung sepeda butut. Tidak ada istilah menyerah baginya, kisah Nurlela patut dicontohkan oleh guru-guru lainnya.
Kondisi keadaan dalam rumah
Potred peliputan keadaan rumah keluarga Muhammad dan Nurlela bisa teman-teman lihat disini. Rumah ini adalah warisan dari orang tua Muhammad suami Nurlela, sampai sekarang belum mampu membangun rumah yang layak. Sebagian besar dindingnya terbuat dari pelepah rumbia, lantai dari tanah, dan atap dari daun rumbia terlihat sudah mulai bocor. Ketika musim hujan tidak jarang pula membanjiri area lingkungan rumah dan bahkan kedalam rumah menjadi becek. Beginilah kenyataan potred Keluarga si Kembar Tinggal di gubuk Reyot. Masyarakat pada umumnya memasak menggunakan kompor gas pada zaman sekarang, beda dengan kekuarga ini masih menggunakan dapur tradisional.
Dapur tradisional tempat memasak Nurlela setia hari.
Demikian potred "Keluarga Si Kembar Tinggal di Gubuk Reyot." Semoga catatan singkat ini menjadi inspirasi buat kita semua, pantang menyerah dalam berbuat kebaikan dan dalam keadaan apapun.
Terima kasih kepada Curator Indonesia @aiqabrago dan @levycore yang hampir selalu mensuppot postingan saya.
Bagaimana cara bisa membantu ibu ini?
Biasanya kami sering menerima sumbangan dari para donatur untuk menyampaikan kepada orang-orang yang kami posting. Jika mau menyumbang bisa kami bantu atau kalau mau tinjau langsung siap kami dampingi langsung ketempat.
Sangat memperihatinkan,,,Kehidupan seorang pencerdas bangsa masih jauh dari kesejahteraan. Ini harus jadi perhatian pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat
Ya, karena itu harus kita informasikan biar ada yang peduli.
Hmm...
Di negeri yg kaya & melimpah sumberdaya alam.. Sumberdaya manusianya masih kurang memadai dalam kehidupan kesehariannya.. Sedih ntah kapan negeri ini makmur masyarakatnya...?