The history of the life of aceh tsunami December 26, 2004 [memory]

in #indonesia7 years ago

12-26-2004, Sunday is the day that many good people a lot of school students, employees. Day of the week is a day for vacation and unwind for all circles. A good night's sleep is the chosen thing when the day comes. When I wake up from sleep and rush to take a bath first, after the body is finished the body feels so fresh. I was 12 years old at that time, of course the thing I liked the most was watching doraemon. When again fun watching it, there was the sound of knocking the door from the outside. And when I opened it my sister was bringing rice for our breakfast. And my sister and I both shared breakfast together, because seriously watching tv I forgot to clean up the breakfast equipment that was in front of me, and the spoon for breakfast was still in my hands.

It was time, a very big event and able to write an unforgettable history, such as the explosion and the floating floor, then all began to shake so hard. A huge earthquake ensued, and we rushed down to the first floor and headed to a place far from the building. All the neighbors leave their homes, screaming hysterically and some in shout. The atmosphere was so dramatic, every building we saw shook and collapsed one by one. That adds again to our concerns. And in our minds that there is the earth is doomsday. The earthquake happened so great and we felt this earthquake happened for so long. This trial is so hard for us to live, but behind it all we remain concerned no victims from our family this.

After the vicious quake had stopped, all eyes looked at each other with confusion, many of the buildings that had been standing erect were now flattened to the ground. Masyaallah ,,,, we began to feel uneasy about losing shelter. And the second quake happened again, it felt like there was a broken out of the bottom of the earth and fell so strong. But it just happened instantly, and everyone started to panic and traumatized by the first quake.

There was a shouting voice that was heard from the direction of the big road, "run .................. sea water rises ,,,,,,,,,,,,,,,," . And we panicked it all, and ran for high ground, my family and I were picked up by our brother-in-law, and we boarded the car he was driving. Along the way I only saw the sadness, the buildings flat with the ground, people running, all looking so scared and panicked. Finally, we reached the great jantho-aceh. Feelings of confusion and wonder about what I feel this. In myself only the clothes used and the scoop of breakfast that is still in my hands, as well as pets that we save cats. The first week there was still a small earthquake that happened, the earthquake that led to the tsunami was so devastating, not only the buildings were severely damaged, thousands of people died and disappeared, as well as many families who experienced trauma so profoundly lost.

We understand living in a state of hunger and clothes are not replaced. Access to transportation and communication is very difficult due to damage caused by earthquake and tsunami. Power outages, all paralyzed. This is such a great and unforgettable disaster in my life. After living in jantho for a few weeks, we finally decided to return temporarily to Lhokseumawe to see the state of our family there. Because in the first week the unavailability of transportation at the time. So we can not go back for a quick time.

Alhamdulillah circumstances in lhokseumawe not as bad as banda aceh. The building does not collapse but there is not so bad damage. Everyone was thrilled to welcome us, we went home safely.

This story continues to be recalled in this life, and will never be forgotten. If someday I am not possible this simple writing can remind about the disaster of Des 26,2004 that is so devastating to the next generation.

 Special thank for support my last post, for :  hr1, ronimm, svashta, bryangav, rajag234, fitinfun, arunava, ttalk, ninjamike, unfixable, araquex, therid, salman.wali92, geeb, angelsmith, cryptonewslife, bisma, woland76, nedlarimer, aritmethos, arkhan412002, loker-aceh, reserve04, crypto570, layarkaca21, pujangga, iamflow, oduduokopide, mr-awesome, zeptonus, nissa, roycecoolidge, markusmichael, maylilo, leader1971, btcsam, kupi, cryptomoneymade, vik3, richgang, millerava, mhshadhin, kbakadave  without you I am nothing  

 “You have not to choose the choice, life is not choice, but story!” 

Image Source 1,2,3,4,5

 BAHASA INDONESIA

Sejarah hidup aceh tsunami 26 Desember 2004 [memori] 

12-26-2004, hari minggu merupakan hari yang ditunggu banyak orang baik itu murid sekolah, karyawan. Hari minggu merupakan hari untuk berlibur dan melepas lelah untuk semua kalangan. Tidur yang nyenyak merupakan hal yang dipilih ketika hari ini tiba. Ketika saya bangun dari tidur dan bergegas untuk mandi terlebih dahulu, setelah selesai mandi badan terasa begitu segar. Usia saya kala itu 12 tahun, tentu saja hal yang paling saya sukai kala itu adalah menonton doraemon. Ketika lagi asyiknya menonton itu, ada suara ketukan pintu dari arah luar. Dan ketika saya membukanya ternyata kakak saya sedang membawakan nasi untuk sarapan kami. Dan saya dan kakak kedua sarapan bersama sama, karena sedang seriusnya menonton tv saya lupa membereskan perlengkapan sarapan yang ada didepan saya, serta sendok untuk sarapan pun masih tetap di tangan saya. 

Tiba saatnya, peristiwa yang sangat besar dan mampu menulis sejarah tak terlupakan, seperti muncul ledakan dan lantai mengudara, kemudia semua mulai terguncang dengan begitu keras. Gempa dahsyat pun terjadi, dan kami bergegas turun ke lantai pertama dan menuju ke tempat yang jauh dari bangunan. Semua tetangga meninggalkan rumah mereka, sambil berteriak histeris dan beberapa bertakbir. Suasana begitu dramatis, setiap bangunan yang kami saksikan terguncang dan rubuh satu persatu. Itu menambahkan lagi kekhawatiran kami semua. Dan dalam benak kami yang ada adalah bumi ini sudah kiamat. Gempa itu terjadi begitu dahsyat dan kami merasakan gempa ini terjadi begitu lama. Cobaan ini begitu berat kami jalani, namun dibalik itu semua kami tetap bersyukut tidak ada korban dari keluarga kami ini. 

Setelah gempa ganas itu berhenti, semua mata memandang satu sama lainnya dengan rasa bingung, banyak bangunan yang tadi berdiri tegak kini rata dengan tanah. Masyaallah,,,,kami mulai merasa gelisah akan kehilangan tempat tinggal. Dan gempa kedua terjadi lagi, terasa seperti ada yang patah dari dasar bumi dan jatuh dengan begitu kuat. Namun hal itu hanya seketika terjadi, dan semua orang mulai terasa panik serta mengalami trauma karena gempa pertama. 

Ada suara teriakan yang terdengar dari arah jalan besar, "lari..................air laut naik,,,,,,,,,,,,,,,,". Dan kami panik semuanya, dan lari mencari tempat tinggi, saya dan keluarga di jemput oleh abang ipar kala itu, dan kami menaiki mobil yang dia kendarai. Sepanjang perjalanan saya hanya melihat kesedihan, bangunan rata dengan tanah, orang orang berlarian, semuanya terlihat begitu takut dan panik. Akhirnya, kami sampai di jantho-aceh besar. Perasaan bingung dan heran tentang apa yang saya rasakan ini. Pada diri saya hanya baju yang digunakan dan sendok bekas sarapan pagi yang masih ditangan saya, serta hewan peliharaan kucing yang sempat kami selamatkan. Minggu pertama masih ada gempa gempa kecil yang terjadi, gempa yang berujung dengan datangnya tsunami ini memang begitu dahsyat, tidak hanya bangunan yang rusak parah, ribuan manusia meninggal dan hilang, serta banyak keluarga yang mengalami trauma yang begitu mendalam karena kehilangan. 

Kami bertaham hidup dalam keadaan lapar dan baju tidak diganti. Akses transportasi serta komunikasi sangat susah karena kerusakan akhibat gempa dan tsunami. Listrik padam, semuanya lumpuh total. Ini adalah musibah yang begitu besar dan tidak akan terlupakan dalam hidup saya ini. Setelah menjalani hidup di jantho untuk beberapa minggu, akhirnya kami putuskan untuk kembali sementara ke lhokseumawe untuk melihat keadaan keluarga kami disana. Karena pada minggu pertama tidak tersedianya alat transportasi kala itu. Maka kami tidak bisa kembali untuk waktu yang cepat. 

Alhamdulillah keadaan di lhokseumawe tidak separah di banda aceh. Bangunan tidak sampai roboh namun ada rusak tidak begitu parah. Semuanya terharu menyambut kedatangan kami, kami pulang dengan selamat.

Kisah ini terus saya kenang dalam hidup ini, dan tidak akan terlupakan. Jika suatu saat nanti saya tiada mungkin tulisan sederhana ini bisa mengingatkan tentang bencana Des 26,2004 yang begitu dahsyat sekali kepada generasai selanjutnya.

KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA

Sort:  

Stunami merupakan pelajaran berharga bahwa kehidupan itu ada akhirnya maka jangan lupa amal shaleh sebelum ajal menjemput

sudah saya vote dan vote balek ya

Such a horrendous tragedy. Thank you for sharing your story.

Congratulations, your post has been promoted on behalf of the @echowhale team

And it has been reesteem by our service . You additare mall earned an upvote

such a bad tragedy !! hope are well now.