tapi saya lebih setuju kalau ada bioskop di Aceh. karena media dimensi bercerita ke CD\DVD agak berbeda dengan layar. pun dengan keuntungan ada bioskop. para seniman film di Aceh bisa naik level ke tingkat nasional bahkan internasional. karena skillnya bukan hanya khusus di aceh saja. memfokuskan medianya sebatas cd player saja yang sudah sangat kuno kalau mau bersaing di dunia digital. saya rasa, banyak seniman dan pencerita handal di aceh yang tak kalah dengan apa yang dimiliki jakarta. persoalannya hanya kita sebagai pemuda aceh kekurangan wadah. dan dengan adanya bioskop, film2 pemuda Aceh bisa di putar disitu. dan kalau tidak laku, bisa dicari dimana letak ketidak lakuaannya. sehingga kita bisa berproses untuk jadi lebih baik.
tentunya, bullshit atau ok siangen bila kita berbicara film tanpa berbicara duit didalamnya. cara kita memaknai idealis tak melulu harus jauh-jauh dengan rupiah. sebut saja James Cameron, sutradara film Titanic dan Rajkumar Hirani sutradara film 3 idiot dan PK. mereka adalah seniman2 yang sangat idealis namun mereka merajai film box office di negara masing-masing.
kiranya, saya terlalu banyak bicara. saya hanya gelisah jika seni dikotak-kotakan. mohon maaf yang lebih banyak :)
Semoga saja kalau nanti ada Bioskop lagi, film karya sineas Aceh mau dikasih layar, dan masyarakat Aceh mau nonton semua, walaupun film hollywood juga lagi tayang.
Terkait level, rasanya sekarang sudah ada juga karya anak Aceh yang Go International. Mungkin bisa cek Medsosnya Aceh Documentary, Karya Kita Kreatif, dll. Bahkan selebgram seperti Hadi Ramit juga baru produksi film yg kualitasnya gak kalah sama Nasional. Jadi semoga saja, bila nanti bioskop hadir lagi di Aceh, bisa menambah semangat mereka berkarya, dan semangat kita untuk menontonnya.
Terkait idealis yang tak melulu jauh dari Rupiah; Nyan lon sangat setuju.
Teuma maksud droen “Seni dikotak-kotakkan” nyan kiban?
Teurima kasih ka neu singgah dan berkomentar.
AMIN. moga beu menan. nye. lon tepe bang. ada sineas kita yang udah go internasional. tapi maksud saya, tak ada sineas kita yang masuk ke dalam industri nasional yang membicarakan atau mengangkat isu keacehan, bahkan. orang aceh sendiri malu atau enggan me-aceh-kan diri. lage artis sinetron ta pegah. maka jih, tanyo yang galak film harus bersaing shit dalam liga nyan dengan tetap menjaga ke acehan tanyo. maksud lon dari "seni di kotak-kotakan" adalah yang lon tangkap dari tulisan droe neuh, leubeh get hana bioskop di Aceh, demi menjaga kelestarian kebersahajaan tanyoe sebagai orang Aceh. jadi lon agak hana setuju ngen "statement" nyan. karena han akan maju tanyoe Aceh mese lagenyan pemikiran. tapi kan perspektif, kadang keun nyan maksud tulisan droe neuh. sige teuk lon lake meah bang. salem aneuk naggroe.
Hana peu syedara, santai mantong. Jroh tat droen mantong neu seumikee dan berdialektika keu Aceh, khusus jih penggiat film Aceh.
Teuma lon neu peutrang bahwa sajih, lam tulisan hana statement lon yang mengatakan “Leubeh get hana Bioskop di Aceh”. Point yg di tulisan lon, leubeh keu arah keuntungan yg jadi kesempatan bagi para penggiat film di Aceh, untuk mempersiapkan diri, sbelum XXI dan sejenisnya hadir di Aceh.
Terima kasih syedara.
Saleum
nyan keuh maksud lon. berarti menteng bangai lon dalam menafsirkan sebuah tulisan.
nyang haba lon denge bak ngen, jadi na lon tepe bacut lon hah aju. that lebeh droe neuh, neu terjun langsung dari pada lon komentator sagai.
moga u kee makin jroh Aceh tanyo
Biasa nyan bang beda penafsiran.
Get bang. Amin!