Indonesia memang negeri paling asyik di dunia karena apapun bisa dijadikan bahan kajian, perdebatan, pergunjingan, perlawanan, permusuhan sampai perpura-puraan. Beberapa hari terakhir ini kita dikagetkan oleh puisi dari Sukmawati Soekarnoputri yang membuat sebagian umat Islam meradang. Saya tak perlu paparkan puisi itu di sini karena saya yakin para @steemian melek berita. Namun penting juga saya kasih garis besar dari kontroversi puisi putri Proklamator ini bagi warga @steemit yang akses pengetahuannya sempit, ups, semoga saya salah. Tapi sepertinya hal itu adalah realita.
Kembali ke puisi Sukmawati, apa yang dia buat dan bacakan dianggap menista agama karena membandingkan cadar dengan konde dan tembang dengan adzan. Benarkah itu penistaan? Tentu saja jawabnya "Ya", tetapi sejauh mana para penuntut menuntut yang mereka anggap menista itu suci (tidak pernah menista) dalam beragama? Ini persoalan lain.
Gara gara perbandingan yang tak apple to apple tersebut Sukmawati dihakimi, pantaskah? Silahkan jawab sendiri. Kenapa saya sepakat dia menista karena saya adalah bagian dari para penista agama yang diam diam menampilkan wajah suci. Saya yakin para pembaca seperti Anda sekarang ini juga para penista agama!
Dalam hidup ketika kita menghawatirkan nasib kita sejam kedepan disebabkan oleh kekurangan makanan itu adalah penistaan terhadap agama, mengapa? Karena kita tak yakin dengan Tuhan yang menjamin Rizki kita selama hidup. Bukankah saya dan Anda pernah mengalami hal ini? Ini adalah satu contoh kecil.
Yang menjadi persoalan bagi saya adalah kenapa bangsa ini seolah kehilangan rasa maaf, mudah marah dan kerap mengambil keputusan sepihak. Jika merunut historiography genetika bangsa ini, memaafkan adalah salah satu kekuatan terbesar yang menjadi penyangga Indonesia. Tetapi jika menilik dari tradisi politik rasa maaf itu terbuang di tempat sampah, dibiarkan begitu saja menjadi yatim sampai membusuk di pinggir jaman.
Terlepas dari itu semua, kita semua menjadi tahu kapasitas Sukmawati, terlebih di ranah puisi. SUKMAWATI adalah putri Soekarno secara genetik adalah niscaya tetapi belum tentu dia adalah putri Intelektual, ideologi, religi dan spiritual karena hal itu tak nampak padanya, setidaknya menurut saya dan boleh berbeda menurut Anda.
Salam kopi Hitam.
Paragraf terakhir itu menjadi kunci, bahwa Sukmawati sekalipun belum tentu menjadi anak intelektual, ideologi dan religi. Toh dia hanya anak keci yang suka menangis ketika dimarahi..salam kopi hitam.
Mungkin sukma mau mati