Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Artinya para produsen sirup (ie mameh) akan ikut andil melakukan pendekatan melalui iklan-iklan media cetak maupun online. Beragam merek sirup bermunculan menawarkan kesegaran berbuka puasa, ada Sirup cap patong, Sirup Marjan atau lainnya. Maraknya iklan ini tidak lain karena meningkatnya permintaan konsumen pada periode tertentu. Seperti menjelang datangnya bulan suci ramadhan.
image
Nah, di Indonesia, sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim tentu tidak penasaran lagi dengan iklan musiman ini. Namun jika bicara tentang pesta demokrasi tahun depan, contoh iklan sirup kerap ditampilkan oleh beberapa tokoh politisi di negri ini.
Berbagai upaya pendekatan dilakukan, penyamaran demi penyamaran juga mulai ditampilkan, bahkan agama pun di andalkan supaya mendapat hati masyarakat. Mencari kesempatan saat musim tiba (Persis iklan sirup di bulan puasa). Kebolehan memimpin mulai ditonjolkan dengan penuh percaya diri, rentetan program kerja dan setumpuk janji disebar secara meluas. Sepintas bila diperhatikan beberapa tokoh juga mulai menghias dan membenah diri, dari yang mulai berpeci sampai tokoh perempuan yang mendadak berhijab dengan pakaian syar'i. Entah itu murni kesadaran hati atau hanya tampilan musiman jelang pesta demokrasi. Memang itu sesuatu hal baik, semoga istiqomah pada tampilan yang lebih agamis.
Maha Benar Tuhan, maha kadang-kadang manusia.
Ka main plitik cek?
Demokrasi di negeri kita palsu, yang dijual hanya kemiskinan rakyat bukan program2 yang nyata.
Kon meunan cek yoes, oh takalon perseh lagee iklan ie mameh cap patong. Mendadak meunan oh troh bak musem.
Meunyo ka to puasa, Lagot peci lagee lagot u muda
Iya, nyoe katoe pemilu peu nyang le lagot cek?
Kaos, kalender, dan janji