Perekrutan anggota paham radikal yang akan dijadikan radikalis, paling mudah adalah generasi muda. Sehingga untuk mengantisipasi paham tersebut berkembang, SOMADA Aceh Besar bekerjasama dengan FAMe (Forum Aceh Menulis) Aceh Besar melaksanakan Seminar pada hari Rabu, 27 Juni 2018.
Ada 3 pemateri yang diundang yaitu Ustaz Masrul Aidi, LC (Pimpinan Dayah Babul Maqfirah dan anggota MPD Aceh Besar), Dr. Effendi Hasan, MA (Wakil Dekan I Fisip Unsyiah dan Peneliti Isu Radikalisme), Illiza Sa’aduddin Djamal, SE (Tokoh Perempuan Aceh)
Manusia yang baik adalah yang baik akhlaknya. Sepenggal kalimat yang diucapkan oleh ustaz H. Masrul Aidi, Lc. Prinsip yang diajarkan dalam Islam:
- Tabayyun
- Tidak berlebih- lebihan
- Komunikasi
Seminar Publik Deradikalisasi, 27 Juni 2018
Tabayyun bermakna apabila kita mendapatkan berita maka isi berita tersebut hendaknya tidak diterima dan percaya langsung. Kita perlu mengkonfirmasi mengenai berita yang didengar. Dalam hal ini Islam telah mengingatkan > Wahai orang yang beriman apabila ada datang berita besar padamu, maka tabayyunlah.
Berlebih- lebihan, dalam Islam tidak boleh berlebih- lebihan karena akan memperoleh dosa. Segala sesuatu yang berlebihan akan mendatangkan dosa. Karena telah banyak contoh perbuatan yang berlebihan mendatangkan mudarat atau kerugian, bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selanjutnya adalah komunikasi, dalam pergaulan kita diwajibkan untuk memberikan rasa nyaman pada lawan bicara dengan salam, mendoakan lawan bicara dan memberikan pujian padanya. Agar lawan bicara merasa nyaman dan pembicaraan bermanfaat. Sampai sedetil itu Islam mengajarkan tentang pergaulan. Maka mengapa pada saat ini umat Islam dianggap radikal, ekstrim bahkan teroris?
Jawabannya adalah, pada saat ini penganut Islam yang lahir dari keluarga muslim, memperoleh sedikit ilmu mengenai Islam, sangat mencintai Islam, dan ingin sekali menegakkan Islam, bertemu dengan sekelompok orang yang mempunyai misi tertentu kemudian memasukkan paham- paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamiin (kasih bagi sekalian alam), ajaran Islam yang toleransi kecuali dalam hal aqidah karena lakum dinukum waliadin (bagimu agamu bagiku agamaku).
Sehingga pada saat paham perjuangan dan diatasnamakan Islam, pada golongan orang tersebut dipahami secara berlebih- lebihan maka Ibu dan Bapak mereka sendiri bisa dianggap orang yang menghalangi perjuangan dan harus dilawan sebagai musuh.
Bapak Dr. Effendi Hasan,MA. yang meneliti dan mengkaji tentang paham radikalisme di Aceh, sangat tidak setuju tentang paham radikal yang disematkan oleh dunia kepada umat Islam. Terlebih Aceh merupakan penduduk yang dominan menganut Islam di dunia. Terbukti dari masa bedirinya Aceh pergesekan antara muslim dan non muslim tidak pernah terjadi.
Muslim, non muslim, antar etnis di Aceh selalu hidup berdampingan, bersaudara, menghargai antar sesama. Mengapa sekarang dunia bisa menyatakan Islam merupakan aliran keras, suka meneror non Islam, radikal dan sebagainya.
Karena ini merupakan hasil dari sebagian orang Islam yang kurang memahami esensi dari ajaran Islam dan ingin mewakafkan dirinya untuk memperjuangkan Islam dimuka bumi sehingga telah membelokkan makna ajaran Islam tanpa mereka sadari.
Peserta Seminar Publik Deradikalisasi, 27 Juni 2018
Tindakan preventif tentang paham radikal dapat dilakukan dengan:
- Melatih masyarakat berfikir kritis, dalam konteks agama mereka tidak mudah tersugesti yang merupakan momentum awal perekrutan radikalis.
- Melakukan penanganan radikalisme dan terorisme secara komprehensif, pada masyarakat yang sudah di doktrin oleh paham tersebut.
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang konspirasi pihak tertentu yang mengatasnamakan perjuangan jihad.
- Mendorong masyarakat berperan aktif melaporkan gejala sekecil apapun yang mengarah pada radikalisme dan terorisme.
Pengalaman dari Ibu Illiza Sa’aduddin Jamal saat menjabat walikota Banda Aceh, Aceh termasuk dalam daftar 12 provinsi yang rawan radikalisme di Indonesia. Pernah pada saat menjabat, 2 orang dari anggota radikalisme adalah staf pemerintah Kota lulusan STPDN, pada saat diadakan latihan di Jalin, Jantho.
Padahal keduanya ada orang yang sangat aktif dan cerdas sehingga tidak mungkin mereka melakukan hal tersebut, kata ibu Illiza.
Perekrutan anggota paham radikal yang akan dijadikan radikalis, paling mudah adalah generasi muda. Langkah- langkah yang dilakukan sebagai berikut:
- Pengajian, mengajak orang mengaji bersama kemudian membentuk kelompok pengajian, menguatkan hubungan emosional, menciptakan ukhuwah, persaudaraan yang kuat satu dengan lainnya.
- Kajian, mengkaji tentang ayat- ayat al - Quran mengenai perjuangan dan memberikan makna sendiri atau pendapat dari golongan mereka sendiri. Kajian yang dilakukan bisa jadi kajian mengenai tentara Allah swt. di muka bumi
- Doktrin, hasil pertemuan akan ditanamkan kepada alam fikir anggota untuk direalisasikan dalam lingkungan masing- masing.
- Harapan, memberikan gambaran bahwa apabila mereka maksimal menegakkan Islam dengan menghilangkan orang- orang yang dianggap pendosa maka mereka memperoleh surga dan bidadari terindah yang akan mendampinginya.
Islam tidak menganut paham radikal, Islam adalah memberikan kasih sayang dengan kelembutan. Jangan mengharapkan pahala apabila melakukan kebaikan, karena kebaikan yang kita lakukan akan memberikan kebaikan bagi diri kita juga keturunan kita. Jangan pernah membunuh dan menyakiti orang lain yang mengatasnamakan Allah swt.
Ingatlah bahwa dalam Islam segala pedoman untuk melangkah telah diatur, baca Al-Qur’an dan berguru pada siapapun tetapi nyata dihadapan kita agar diskusi berkelanjutan dan gerak gerik guru tersebut kita ketahui supaya jangan salah menjadikan tauladan, gunakan akal dan hukum timbal balik dalam bertindak.
Ingat !!!
Dalam Islam sangat tegas hukum menghilangkan nyawa orang lain, hukuman bagi pembunuh adalah dibunuh yaitu Qishaash, karena urusan hidup dan matinya makhluk Allah swt. yang menentukan.
Terima kasih kak cut atas ilmunya, komplit😎