SEBELUMNYA saya sempat berpikir, bahwa istilah untuk laki-laki yang beragam macam itu, mulai dari sebutan playboy, kucing garong, tokek belang, keong racun, hidung belang, dan lain-lain semacamnya, memiliki kaitan dengan sifat binatang.
Contohnya, disebut laki-laki playboy –meskipun tidak disebut kelinci garong atau kelinci belang— ya disimbolkan dengan bentuk kelinci, yang rtinya si laki-laki tersebut memiliki sifat seperti kelinci; suka memainkan si wanita. Disebutnya kucing garong, itu merujuk laki-laki yang suka perli atau mendekati wanita. Seperti kucing mendekati ikan dan kemudian dimakannya.
Disebut tokek belang, itu menandakan laki-laki tersebut sikap atau perangainya seperti tokek; belang-belang. Begitu pula ketika ada sebutan keong racun untuk seorang laki-laki, itu menunjukkan bahwa si laki-laki tersebut seperti keong dan beracun; diam tapi makan dalam.
Tentu saja semua istilah-istilah itu lahir dan ada maknanya tersendiri. Dan sebagai laki-laki kita bersyukur saja terhadap wanita-wanita yang sudah bersusah payah dalam memberi gelar yang banyak ragam untuk kita. Lagipula, tanpa perlu menunggu presentasi dari kaum Hawa yang memberikan istilah itu, tentunya boleh-boleh saja kita menebak makna atau kesan dari semua istilah-istilah itu. Karena kita tidak tahu bagaimana sejarah atau asal muasalnya lahir kata tersebut. Dan menyakitkan pula jika kita menanyakan langsung kenapa mereka memberikan gelar itu untuk kita, kaum Adam.
Kecuali untuk sebutan laki-laki sebagai hidung belang. Ini ada sejarah dan asal muasalnya. Memang selama ini kita memahami istilah hidung belang diperuntukkan untuk laki-laki yang suka “bersemelekete” dengan banyak wanita.
Padahal sejarahnya, dulu semenjak era kolonial tepatnya di era Belanda menjajah Nusantara sudah ada istilah laki-laki hidung Belang --berdasarkan penjelasan dari pak Yarmen saat pelatihan FAME Pidie Raya kemarin hari yang saya simpulkan.
Istilah itu diperuntukkan untuk laki-laki lokal, dimana saat itu ada laki-laki lokal yang suka mengganggu wanita baik dengan cara bersiul, mencolek, menyentuh wanita, atau gangguan lainnya namun tidak sampai pada pemerkosaan. Nah, wanita-wanita yang menjadi korban siulan, colekan, atau gangguan dari laki-laki itu mengadu dan melapor pada suaminya, hingga diketahuilah oleh pasukan Belanda.
Saat sudah ketahuan sama pasukan Belanda, laki-laki yang kerjanya mengganggu wanita itu diberikan sanksi, yaitu harus berdiri sambil tangannya bersikap hormat terhadap tiang bendera. Dan, semua semua laki-laki atau suami dari wanita korban gangguan tersebut, datang satu persatu dan silih berganti kemudian mengambil arang lalu mewarnai hidung si laki-laki pengganggu wanita itu.
Sehingga nampaklah hidung laki-laki tersebut berwarna belang; hitam-hitam. Berangkat dari kejadian tersebut, maka sampai dengan hari ini dan mungkin sampai esok, lusa, tuban dan tubin, istilah hidung belang masih awet dan dipakai untuk laki-laki yang sikapnya “miring” terhadap wanita.
Hanya saja, dewasa ini pemaknaannya sedikit bertambah, bahwa yang dikatakan hidung belang itu bukan lagi untuk laki-laki yang mengganggu wanita seperti melalui siulan, colekan atau lainnya, melainkan yang dikatakan hidung belang itu adalah laki-laki yang suka “bersemelekete” dengan wanita-wanita lain. #nyanban
Minggu, 22 April 2018 || @emsyawall
Izin restem bossss
Dgn senang hati bung
Rupanya hidung belang ada sejarah panjangnya. Dan saya baru tau sekarang.
Ya sya bru tau juga bang @munawar87, makanya langsung saya share di media ini hehe
Good information
Hidung belang cabe-cabean
Hahaha
Hidung belang, pemakan cabe-cabean 😁
Nyan yg btoy @rizalfahmi3754
Hahaha:
Palo memang
maksa kali, masa Mr. Bean jadi gambar utama 😁
Haha biar kesannya gak terlali serius @lanayya