Review Seri Acehnologi Vol. III (Tradisi Kepenulisan di Aceh)

in #indonesia6 years ago

3.jpg
Source Image

Jika seseorang ingin mencari referensi tentang suatu ilmu, maka ia berkemungkinan besar akan mencari buku yang membahas terkait apa yang ia butuhkan, walaupun sekarang pada kenyataannya google telah meringkas kerja mereka yang hanya perlu mengetik apa yang ia perlukan tanpa harus memncari lagi buku. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa buku merupakan faktor penting untuk mengukur tingkat intelektual suatu negara.

Dalam bab ini penulis akan menyoroti bagaimana dinamika intelektual Aceh dari perspektif perbukuan.

Jika dibandingkan dengan Pulau Jawa, Aceh memang dalam dunia perbukuan tidak begitu marak, namun satu hal yang perlu diingat bahwa orang Aceh masih tetap memiliki gairah intelektual dan tulis menulis. hal ini bisa dibuktikan ketika dibuka sejarah perbukuan khususnya pada abad ke-18 hingga abad 19 M, maka akan ditemukan puluhan karya para ulama Aceh, tidak hanya itu pada abad selanjutnya juga, karya-karya penulis Aceh juga tidak pernah padam.

Dalam salah satu agenda Acehnologi, untuk membangkitan kembali keinginan dan kehendak generasi Aceh untuk mau mengenal dan mendalami karya-karya para endatu mereka sendiri adalah dengan cara menyediakan mata pelajaran atau mata kuliah di sekolah maupun PT di Aceh yang berusaha untuk memahami karya-karya orang Aceh sendiri, baik itu karya dalam bentuk manuskrip ataupun naskah, juga dengan pendekatan memasukkan karya orang tersebut sebagai bahan bacaan masyarakat Aceh khususnya generasi dewasa ini.

Disamping itu penulis juga menjabarkan, apa saja faktor sesorang menulis buku di Aceh, antara lain;

  1. Para ulama menulis buku karena ingin mengisi kekosongan literatur keislaman;
  2. Para ulama menulis buku karena ada permintaan dari penguasa;
  3. Menulis untuk merespon terhadap keadaan masa kini;
  4. Menulis untuk berpolemik, dan;
  5. Menulis sebagai sebuah bagian dari pekerjaan intelektual.

Dengan adanya 5 respon tersebut, kita akan tahu bagaimana cara memposisikan dimana karya-karya seseorang dan bagaimana kita mengulas karya tersebut.

Disamping faktor orang Aceh menulis buku, penulis juga menjelaskan apa saja isu sentral ketika para penulis Aceh melukiskan tinta mereka mengenai bumi serambi mekkah yaitu: kerjaan, ilmu pengetahuan, 'ulama, peperangan, diplomasi, pengkhianatan oleh pemerintah pusa, gerakan perjuangan melawan pemerintah pusat, dan tradisi kepenulisan orang Aceh dalam persoalan budaya. [Selengkapnya Hal. 875-880]

Demikianlah beberapa isu yang muncul dalam tradisi kepenulisan Aceh, baik itu karya orang Aceh maupun orang non-Aceh. Ini menandakan bahwa isi dan isu kajian tentang Aceh tidak akan terlepas dari 8 hal yang tersebut diatas.

Pesan terakhir penulis menegenai bab Tradisi Kepenulisan di Aceh adalah sudah saatnya bagi generasi muda untuk kembali membangkitkan spirit intelektual para pemikir Aceh untuk melanjutkan Tradisi Kepenulisan tentang Aceh. diharapkan juga para generasi muda Aceh mampu memikirkan dan menekuni hasil-hasil pemikiran 'ulama Aceh tempoe doeloe. Karena proses sejarah dan intelektual adalah bagian penting dari konstruksi suatu bangunan ilmu pengetahuan, tidak terkecuali dengan Acehnologi. [Hal 885]

Sedikit menambahkan dari review bab ini dari saya adalah, sekarang para pemuda Aceh dan seluruh orang indonesia yang mempunyai minat dan bakat dalam menulis sudah sangat mudah untuk mengaplikasikan hasil karyanya untuk bisa dibaca bukan hanya masyarakat lokal, namun juga oleh masyrakat international. Platform yang memudahkan para penulis untuk bisa mempublikasikan tulisannya adalah Steemit ini, untuk itu semoga platform ini bisa terus berkembang dan banyak memberikan manfaat bagi para penulis.

DQmUGojp38u9sSMvPhXTqHGC1TqbG9ixDAb6gAKSdRhMuaR.png