Hari ini akhir liburan panjang lebaran, ane bawa anak-anak jalan-jalan dengan kendaraan tempur ku (si ijo Jadul). Karena asal jalan tanpa tujuan pasti menyusuri jalan elak, jalan alternatif mulai dari perbatasan Aceh Utara bagian barat ke Kota Lhokseumawe, kami tiba di sebuah warung rujak.
Di plang warung rujak itu ditulis “Rujak Apa Him”. Tak biasa warung rujak disitu ramai, apakah kebetulan ramai atau memang ramai karena rujaknya enak, Wallahu alam..hehehe.. yang penting mampir pikir ku saat itu.
Aku pesan tiga piring, “tidak pakek lama” hehehe. Setengah jam menunggu, tiga piring rujak dengan bumbu khas aroma buah rumbia terhidang di meja panjang yang penuh sesak. Icip-icip, ternyata memang “Wuenakkkk” kataku dalam hati. Rasa manis milisan nya kental banget, plus ada aroma kecap khas bumbu rujak kampung. Rasanya sudah lama tak menikmati rujak seenak ini.
Tapi bukan itu yang bikin aku tertarik dengan Rujak Apa Him, tapi Buah Kumbang, (Bahasa Aceh disebut boh Kumbang), jenis mangga wangi, dengan rasa asam yang khas. Kulit dan isi buah berwarna ungu.
Sekarang buah kumbang itu sudah jarang terlihat , bahkan terkesan langka. Contohnya di kampung ku, beberapa pohon kumbang yang dulu tumbuh di kebun warga sudah tidak ada lagi. Dulu di pasar tradisional setiap hari ada yang menjajakan buah mangga berukuran mini itu. Tapi sekarang jangan harap seminggu sekali ada yang menjajakan nya.
Aku sempat tanya ke pemilik warung rujak. Katanya buah kumbang dipesan langsung dari orang di pedalaman Aceh Utara. Itupun tidak selalu ada. “Boh Kumbang, buahan musiman, tidak selalu ada, jadi ini kebetulan lagi musim nya,” kata Apa Him.
Setelah icip-icip rujak lezat itu ku minta dua biji buah kumbang yang sudah tumbuh tunas kecil di tempat sampah belakang warung, dia tanya untuk apa, aku bilang untuk tanam di kebun. Harapannya 10 tahun ke depan bisa dinikmati anak cucu….hehehe..