Sultan Bodoh VII

in #indonesia7 years ago (edited)

image

Setelah pertemuan di sudut pasar yang membungakan hati Maimunah bahwa ada harapan ia hidup bahagia di negeri orang ini, seorang anak kecil mengetuk pintu rumahnya dan menyerahkan padanya sepucuk surat. Amplopnya hanya bertulis namanya. Sementara pengirim hanya inisial 'MM'. Maimunah langsung dapat menebak.

Di lihat si anak sudah berlari keluar pagar di antar penjaga rumah. Maimunah memanggilnya. Dari dalam bajunya ia mengeluarkan sejumlah keping uang. Maimunah tak lupa mengucapkan terima kasih.

Kepada Yang Mulia
Tuan Putri Maimunah
di
Tempat

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mohon maaf atas kelancangan saya mengirimkan surat ini kepada Tuan Putri. Sekiranya saya menjadi sumber kemarahan Tuan Putri, saya rela dihinakan hatta mati pun saya sudi.

Andai ada terbersit berbagai hikmah di hati, apapun yang akan saya umpamakan, jujur saya tak yakin dapat menyamakan perasaan hati ini Tuan Putri. Perasaan hati bertemu Tuan Putri di sudut pasar tadi adalah perasaan semulia-mulianya yang pernah muncul di hati saya.

Demikianlah Tuan Putri. Beberapa waktu lalu saya hanya melihat dunia ini seperti debur ombak yang selalu begitu. Dari pagi sampai sore, lalu sore ke pagi lagi, tak putus-putusnya sang ombak mendamparkan diri ke bibir pantai. Debur ombak itu, dalam penglihatan saya, terkadang seperti menghiba, terkadang seperti orang berjalan kaki tak kenal lelah, namun terkadang sebagaimana orang yang menahan marah. Sayalah umpama ombak itu Tuan Putri. Saya lalu lalui hari-hari tanpa arti. Saya dianggap sangat bagus menata tembok benteng, paling baik mengatur pertemuan dengan sejumlah orang-orang bermata biru, saya pun mendapat kepercayaan.

Saya menganggap Sultan sebagai pemimpin, karena saya tak peduli apakah beliau memimpin atau tidak. Beliau mau menguasai daerah-daerah lain, silakan. Saya tak peduli. Keluarga saya, orang-orang yang saya sayang telah tiada. Dan saya pikir, itulah mengapa saya berperangai demikian. Saya yang memiliki ruh dalam tubuh sebenarnya ruh itu pun telah pergi dari tubuh saya.

Ihwal tersebut diperhebat dengan berita demi berita sedih tentang junjungan saya hidup melarat. Setelah menderita harus hidup di bawah tindasan Sultan secara langsung, lalu diserahkan kepada seseorang yang sama bejatnya dengan durjana-durjana lain, hidup saya tak ubah bagai kunang-kunang di waktu malam. Orang melihat saya bercahaya. Indah dipandang mata. Namun, semua orang keliru makna cahaya si kunang-kunang menyalakan lampu di tubuhnya.

Sampai kemudian saya bertemu dengan Tuan Putri, junjungan saya dahulu. Sepulang dari sana, saya merasa bukan lagi kunang-kunang sebab saya menganggap hidup ini sudah kembali penuh makna. Rasa merasakan hati saya membuncah bahagia. Bukan debar merana serupa orang menderita sakit, tapi debar yang nikmat.

Sudah dulu Tuan Putri. Terima kasih karena sudah membacanya. Di hari Senin, di waktu ashar jelang beberapa menit lagi, saya tunggu di tempat semula. Budi baik Tuan Putri saya ingat dan ingin saya balas sebaik-baiknya. Datanglah Tuan Putri karena pertemuan membawa kemudahan-kemudahan lain dalam hidup ini.

Tertanda,
Malem Madina

Maimunah menutup surat laki-laki itu. Lantas perlahan dibawanya ke ceruk dada. Bayangan Malem Madina yang tampan dan gagah ibarat matahari terbit esok hari bagi seorang narapidana yang bebas pukul 06.00 dini hari.

Sort:  

Dan bagaimanakah selanjutnya😂

Rancangan saya, itu masih tahap perkenalan sampai bab XX.

Menarik. Jangan lupa vote saya ya

Insya Allah Pak Tab. Tunggu kunjungan saya hee he

Ceritanya menarik. Sungguh membutuhkan kelanjutan. Agar kami tidak penasaran. Semoga bisa terus berkelanjutan. Sehingga menjadi buku yang juga mengenalkan @steemit.

Makasih Andrew.

Judul buku jih sultan bidoh sok pintar, that berwh sultan bodoh