Malam ini merupakan malam yang dinanti-nantikan oleh semua umat muslim di seluruh dunia. Setelah habis waktu Shalat Magrib maka sudah masuk malam pertama bulan suci Ramadhan. Semua masyarakat siap-siap untuk berbondong-bondong pergi ke mesjid dan ke menasah.
Ayah, ibu, anak dan orang tua semuanya ikut menyambut malam yang penuh keberkahan ini. Di desa saya tinggal, shalat terawih dilangsungkan di menasah, karena mesjid hanya ada di desa sebelah.
Walaupun begitu, Acara tetap dilaksanakan meski di menasah. Sebagin orang berpendapat bahwa shalat di mesjid pahalanya lebih besar di bandingkan di menasah, namun sebagian orang lagi berpendapat bahwa pahala tetap sama apalagi ini merupakan suatu ibadah yang disunatkan, tidak wajibkan. Masaalah pahala, itu tergantung seberapa ikhlas perbuatan yang kita lakukan.
Dalam pemahaman shalat terawih, juga ada perbedaan pendapat disitu, Ahlussunah wal jama'ah berpendapat bahwa shalat tarawih itu dilaksanakan 20 raka'at beserta witir, tetapi Muhammadiyah berpendapat bahwa shalat tarawih itu dilaksanakan 8 raka'at beserta witir. Sehingga menimbulkan suatu pemahaman yang berbeda antara dua kubu.
Sebagai masyarakat awam, tentunya kita perlu mengkaji hal tersebut secara lebih dalam, namun perbedaan diatas jangan sampai merusak akidah dan keharmonisan diantara dua umat. Jika kita memilih salah satu paham diatas, insyaallah Allah SWT akan memberi pahala yang berlimpah kepada kita. Tapi jangan sampai kita hanya berkoar-koar menyalahkan pemahaman orang lain, sementara kita tidak melakukan ibadah shalat terawih dari paham manapun. Itu yang sangat kita sesalkan.
Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang tidak pernah menyalahkan suatu kaum yang tidak berdasarkan kepastian hukum. Maka hendaklah kita menjadi manusia yang dapat di terima oleh masyarakat lingkungan sekitar kita.
Salam @helmidvallen