Semua pasti setuju, dengan keberadaan moda transportasi ojek online di Indonesia saat ini sangat membantu mempercepat langkah untuk sampai ke tujuan. Untuk efisiensi waktu, keberadaan ojek online ini sangat penting.
Seperti yang diketahui, Jakarta sebagai Ibu Kota negara Indonesia sudah sangat padat dihuni oleh penduduknya, inilah yang menyebabkan tingkat kemacetan lalu lintas menjadi tinggi. Setidaknya, dengan memakai jasa ojek online sangat membantu bukan, untuk mempercepat langkah kita sampai ke suatu tujuan?
Saya, adalah satu dari sekian puluhan bahkan ribuan pengguna ojek online di Jakarta, untuk itulah sudah sejak lama saya ingin menuliskan artikel tentang ojek online di sini. Pagi itu, saya ke kantor dengan menaiki ojek online yang saya pesan lewat aplikasi di handphone saya. Dan ternyata, driver-nya menuliskan pesan ke saya “Mbak, saya sudah sampai di depan rumah” dan karena saya pikir driver ojek online yang saya pesan itu laki-laki, maka saya jawab “baik, pak. Tunggu sebentar”
Ternyata, ketika sudah bertemu dengan drivernya, driver ojek online dengan jaket hijau itu, seorang wanita, bukan laki-laki. Jujur, saya jarang menaiki ojek online dengan dikemudikan oleh wanita. Maka saya sempat heran karena pertama kali nya saat itu saya menaiki ojek online dan drivernya wanita.
Ternyata, disepanjang perjalanan, sang driver wanita tersebut sangat ramah. Dia tak sungkan bercerita tentang pengalamannya menjadi pengemudi ojek online. Homsatun, begitu biasanya beliau disapa. Telah menjadi pengemudi ojek online sudah hampir 9 bulan lamanya. Terhitung sejak bulan april 2016 dia bergabung kedalam perusahaan ojek online berjaket hijau itu.
Dia bercerita pada saya, bahwa perjuangan untuk menjadi seorang driver ojek ini sangat panjang dan tentunya tak lepas dari keberuntungan. Mengapa keberuntungan? Pasalnya, mbak driver ini, sewaktu mengikuti test ujian driver, berhasil mengalahkan peserta yang saat itu sebanyak 735 peserta. Dan total calon driver berjenis kelamin wanita hanya 12 orang termasuk dirinya.
Beruntunglah dirinya yang terpilih dari sekian banyak calon driver ojek online itu, pasalnya, mbak Homsatun, begitu saya memanggilnya, dulunya adalah seorang penjahit yang bekerja di sebuah rumah jahit yang kiosnya berada di belakang pasar Jatinegara. Karena kios tersebut tutup, maka dari itu, dirinya terkena pengurangan karyawan, sementara beliau harus terus melanjutkan kehidupan nya untuk memenuhi kebutuhan dirinya, beserta suami dan anak-anaknya.
Saya pun iseng bertanya “mbak, jadi driver itu banyak suka nya atau nggak nya sih?” kemudian beliau jawab “ya kalau kata saya sih, setiap pekerjaan pasti ada enak dan gak enaknya. Tergantung kita bagaimana menyikapinya. Dibawa enjoy saya, mbak. Namun, untuk saya pribadi sih ada juga terkadang rasa tidak sukanya.” Ujarnya.
Suka Duka Menjadi Driver Ojek Online
Menurut mbak Homsatun tersebut, Suka dalam menjalani profesi ojek online ini adalah, pekerjan nya sangat fleksibel, tidak terikat waktu jadi saya bisa ambil kapan saja, sembari saya mengurus anak-anak di rumah. Dan menurut beliau yang sudah hampir 10 bulan menjadi seorang pengemudi ojek online, ada hal-hal yang sebenarnya membuat sedih hati para pengemudi ojek online. Saat seperti ada orderan untuk delivery makanan dengan daerah nya berada di mall dan harus mengantre, kemudian setelah makanan itu sampai ditangan pembeli, mereka malah marah-marah karena pesanan nya lama tiba. “ya, harusnya mereka mengerti, kalau driver pastinya sudah sangat maksimal memenuhi permintaan pemesan makanan tersebut, mereka tidak tahu perjuangan kami ketika harus padat mengantre untuk membeli pesanan mereka. Kami juga manusia yang punya segala keterbatasan. Harusnya, mereka sudah tahu konsekuensinya sejak awal apabila memesan makanan yang lagi happening dan digemari oleh banyak kalangan, pastilah harus antre membelinya.” Begitu ungkapan hati beliau.
Miris, memang miris. Hal ini senada, dari beberapa berita yang viral akhir-akhir ini di beberapa media online, perihal pemesan yang marah-marah kepada driver ojek online karena pesanan mereka telat sampai ke tempat mereka, mereka memperlakukan driver ojek online seenaknya saja, menyuruh dengan semena-mena seolah tak punya perasaan. Dalam salah satu berita yang pernah saya baca, si Penulis merasakan keprihatinannya terhadap driver ojek online. Si penulis menuliskannya seperti berikut:
Jadi keingat beberapa hari lalu lihat abang Ojek online bawa paket makanan, rupanya yang packing pesanannya kurang bagus jadi kuahnya tumpah ke plastik. Itu Mamang ojek itu ditegur di lobby! Di depan banyak orang! Hanya karena kuah makanannya tumpah! Ke plastik, bukan ke lantai pun!! Saya yang lagi nunggu mobil di sebelahnya si orang yang lagi negur sampai kaget karena suaranya kenceng banget. Mamang ojeknya minta minta maaf beberapa kali. Abis itu ditanya habis berapa. Dijawab 48.000 sama Mamang ojeknya. Si orang itu kasih 50.000 dan bilang "Kembali dua ribu." MAKDIKIPEEEEEE, saya emosi banget dengarnya. Cuma karena lagi kalem dan malas bikin scene, saya diam aja dan pas orangnya masuk baru kejar Mamang ojeknya untuk kasih uang tambahan dan minta maaf.
Sumpah itu bikin pengen nangis banget. Nih ya Warga Jakarta yang Terhomat, menggunakan teknologi itu bagus, apalagi yang memudahkan hidup kita, tapi mendelegasikan sesuatu ke orang lain via teknologi BUKAN BERARTI kita bisa bertingkah superior atas mereka. Bertingkah seperti itu nggak cool, itu cuma bikin ketawa, kelihatan level kalian seperti apa. Dua ribu aja diminta. Yang bener aja, Nyong!
Begitu kira-kira sepenggal cerita yang pernah saya baca di media online. Harusnya kita sebagai pengguna aplikasi ojek online yang berpendidikan, pastinya sudah tahu konsekuensi jika memesan via ojek online pasti ada risiko yang harus ditanggung. Entah makanan yang dibawa si driver tumpah sedikit, si driver lama mengantre makanan yang dipesan, dan masalah-masalah lainnya. Ya memang, jika tidak mau hal seperti itu terjadi, mendingan beli sendiri, bukan? Karena sejatinya, ojek-ojek online tersebut hanya membantu untuk efiensi waktu.
Dan di akhir perbincangan saya dengan mbak Driver ojek tersebut, ternyata dia berpesan pada saya, pesannya begini “Mbak, kita kerja harusnya jangan dibawa beban, nikmati saja. toh, kita sendiri yang memilih pekerjaan tersebut, bukan? Berbuat baik itu harus dilakukan pada siapa saja, tak memandang rupa dan usia. Karena orang baik, pasti akan ketemu dengan hal baik juga, kok.” ujarnya. Jadilah orang baik di mana pun berada, orang pintar banyak, orang kaya pun banyak, tapi orang baik dan orang jujur di dunia sekarang ini, mungkin hanya bisa dihitung dengan jari. (DEW)
Ditulis oleh : Dewi Rachmah Author Kompas