MENYAMBUNG tulisan saya kemarin tentang ragam bahasa, kali ini saya akan uraikan sedikit apa yang dimaksud sosiolek, kronolek, fungsiolek, termasuk ragam balek.
Sosiolek merupakan ragam bahasa yang dilihat dari status sosial penutur. Status sosial di sini berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalkan, ada orang berstatus sebagai pegawai bank atau kantoran, ada juga nelayan, pekerjaan bangunan, status sosial lainnya. Masing-masing mereka, saat berbicara, mengalami variasi satu sama lain.
Orang yang berstatus sebagai pegawai bank atau pekerja kantoran, karena terbiasa dengan lingkungan kedap suara dan tenang, cenderung dalam berbicara bersuara kecil. Teller bank terkadang dalam bicara cukup hanya didengar oleh nasabah yang ada di hadapannya.
Hal ini berbeda dengan orang yang berstatus sosial sebagai nelayan atau pekerja bangunan. Karena terbiasa dengan suara ombak laut dan angin (nelayan) atau suara mesin (pekerja bangunan), hari-hari mereka cenderung berbicara dengan suara tinggi atau besar. Namun, ini bukan berarti mereka marah-marah atau berbicara kasar. Hal ini hanya karena status sosial mereka yang terbiasa di lingkungan riuh atau ramai sehingga terbawa berbicara dengan suara besar. Inilah yang disebut dengan ragam sosiolek.
Adapun kronolek lebih kepada variasi bahasa yang muncul karena pengaruh masa atau zaman. Kronolek ini lazimnya dipengaruhi oleh artis atau figur publik. Misalkan saja, akhir-akhir ini sering muncul ungkapan “zaman now”. Sebelumnya ada ungkapan “Sakitnya tuh di sini”, “Kacian deh loe”, dan lain-lain. Kepopuleran kosa kata ini tidak bertahan lama, karena begitu masuk zaman berikutnya, akan muncul ungkapan variasi baru untuk menyatakan sesuatu.
Berikutnya, fungsiolek berkenaan dengan fungsi si penutur. Seseorang yang saat menjalani fungsi wartawan, cenderung berbahasa seperti orang “bingung” sehingga banyak tanya. Cara bertanya wartawan juga singkat, langsung poinnya. Misal bertanya kepada kepala dinas pendidikan, “Apa yang akan bapak lakukan untuk meningkatkan pendidikan di negeri ini?”
Pertanyaan yang sama, jika diajukan oleh mahasiswa atau aktivis, akan disampaikan dengan kalimat pengantar yang lumayan panjang. Misalnya begini, “Pendidikan di negeri ini sudah sangat jauh merosot. Banyak peserta didik tidak lagi belajar seperti diharapka. Seharusnya, sistem pembelajaran bagi peserta didik diperbaiki sehingga berpihak kepada mutu pendidikan, bukan sekadar mengejar angka-angka...” Model pertanyaan seperti ini biasanya diucapkan oleh mahasiswa agar kelihatan ia pintar. Ujung-ujungnya, ia hanya bertanya, “Bagaimana menurut Bapak agar pendidikan di negeri ini meningkat?”
Variasi cara berbahasa wartawan dan mahasiswa ini disebut dengan fungsiolek, karena mereka bicara berdasarkan fungsi masing-masing.
Fungsiolek juga bisa terjadi dalam bidang keilmuan. Misalnya, bagi mereka yang bergelut di bidang ilmu kedokteran, kuping dan telinga adalah dua hal yang berbeda. Demikian antara tangan dan pergelangan. Semua ini disebabkan oleh variasi bahasa yang disebut dengan fungsiolek.
Terakhir, variasi balek. Ragam ini sedikit sekali dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, ada yang bertanya, “Apa kabar?”. Lalu dijawab “Kabar kabur.” Contoh lain, “Aslang bari, asli barang.” Dari contoh ini dapat dilihat bahwa variasi balek terjadi karena pembalikan (balik/balek) vokal tertentu untuk mengucapkan diksi tertentu.
Demikian yang dapat saya uraikan mengenai variasi bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa itu unik, tersistem, dan arbitrer.
Salam stemians,
Herman RN
Aceh, Indonesia
=================ENGLISH VERSION=================
CONTINYU my writing yesterday about the variety of languages, this time I will describe a little what is meant sosiolek, kronolek, fungsiolek, including the variety of balek.
Sosiolek is a variety of languages seen from the social status of speakers. Social status here relates to work and work environment. For example, there are people status as employees of banks or offices, there are also fishermen, building work, other social status. Each of them, while speaking, experiences variations with each other.
People who are either bank employees or office workers, accustomed to a sound-proof and quiet environment tend to speak in small talk. Teller bank sometimes speaking enough to be heard only by customers who are in front of him.
This is different from people who have social status as fishermen or construction workers. Being accustomed to the sound of the waves and the wind (fishermen) or the sound of machines (construction workers), their days tend to speak in a high or large voice. However, this does not mean they are angry or rude. This is only because of their social status that is accustomed to in a noisy or bustling environment so that it carries on speaking in a big voice. This is called the sociolek variety.
The kronolek more to the variations of language that arise because of the influence of the period or era. Kronolek is usually influenced by artist or public figure. Example on Indonesia language, lately often appear the phrase "jaman now". Previously there was the phrase "Sakitnya tuh di sini", "Kacian deh loe", and others. The popularity of this vocabulary does not last long, because once entering the next era, will appear the expression of new variations to declare something.
Next, fungsiolek pertain to the speaker's function. Someone who while undergoing the function of journalists, tend to speak like people "confused" so many questions. How to ask reporters is also short, direct points. For example ask the head of the education office, "What will you do to improve education in this country?"
The same question, if submitted by students or activists, will be delivered with a fairly long introductory sentence. For example like this, "Education in this country is very far down. Many learners no longer learn as expected. Supposedly, the learning system for learners is improved so as to side with the quality of education, rather than just chasing numbers ... " Model questions like this are usually spoken by students to make it look smart. In the end, he just asked, "What do you think for education in this country to increase?"
Variations in the way these journalists and students speak are called fungsiolek, because they speak based on their respective functions.
Fungsiolek can also occur in the field of science. For example, for those who deal in the field of medical science, ear and ear are two different things. Thus between the hands and the wrist. All this is due to a variation of the language called the function.
Finally, variations of balek. This variety is very little in Indonesian. For example, some ask, "How are you?". He answer "Kabar kabur." The other example, "Aslang bari, asli barang." From this example it can be seen that the variation of balek occurs due to certain vowel reversal (reversing / balek) to say a particular diction.
So I can describe language variations. This shows that the language is unique, systematic, and arbitrary.
Regards stemians,
Herman RN
NOT: Semua gambar ilustrasi diambil dari google (illustration picture take from google)
Waw keren mas...
Upvote balik ya mas
Yups. Sudah upvote ya...
variasi balek memang menarik tapi sudah jarang terdengar. terkadang maknanya juga berbahaya
bate asah
pukat awak baro
macam dum, brat.
Yups. Variasi balek tidak terlalu populer. Variasi balek banyak dalam bahasa Aceh.
Bantu vote kami kawan
Siappp.. Trims
Mantaaaap post sangat membantu...
Salam kenal...
Salam kenal. Terima kasih sudah singggah.
Pak, neutree vot tulisan lon saboh https://steemit.com/grasshoppers/@ranuth13/locusts-greedy :D
Bek meusaboh, mandum boh jeut. Beu konsisten meunyo keuneuk jeut steemian.
Bahasan yang bergizi bagi perbaikan kita berbahasa baik secara lisan maupun tulisan. Terima kasih Pak Dosen @hermanrn.
Hahaha.. Sekadar sharing saja, Bang @ayijufridar. Terima kasih sudah singgah.
Baru tahu istilah-istilah ini Bang, padahal pemakaiannya sudah dulu-dulu dipraktikkan, ternyata ada sebutan khusus tentang ragam bahasa seperti itu.