Lelaki paruh baya itu, berdiri di pinggir jalan dekat tiang reklame, melihat ke arah kerumunan orang yang sedang mengantri gas elpiji, dan memandang tabung gas kosong yang dipegang oleh seseorang dalam antrian.
Wan, nama panggilan lelaki paruh baya itu. Aktivitas dalam kesehariannya, berjalan dari rumah menuju tiang reklame yang berada di pusat kota, setiap dalam perjalanan dia terkadang menangis, lalu tertawa. Begitu juga sebaliknya.
Disaat dia tidak tertawa dan menangis,
Wan sering berkata, "Ampon... amponnn, kon lon-kon lon," dan ekspresi wajahnyan pun berubah, seperti orang ketakutan dipukuli.
Wan adalah orang "putoh kawat". kata istilah dalam bahasa Aceh (tidak waras). Dia hanyalah korban konflik yang salah sasaran, dan dijadikan pelampiasan amarah aparat. Dia dituduh memberi beras untuk separatis. Karena terlalu banyak di bentur benda keras di kepala, Wan pun menjadi gila. Mungkin gila terlalu berlebihan. Kau cari saja kata yang tepat.
Wan hanyalah masyarakat biasa, dan salah seorang perajin raga eungkot, tempat ikan yang dibawa di kiri dan kanan penjual ikan keliling menggunakan sepeda
motor.