Pada postingan kali ini saya akan mereview karya dari Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D buku Acehnologi bab 22 mengenai Kerak Peradaban Aceh. Suatu bangsa tidak akan maju jika bangsa tersebut tidak memiliki kesadaran akan peradaban bangsa mereka sendiri. Jadi, proses kesadaran terhadap peradaban bagi suatu bangsa adalah hal yang sangat penting.
Bagi Aceh sendiri, Aceh telah menorehkan peradaban yang tidak dapat dilupakan siapapun. Namun, setelah abad ke-17 Aceh sudah mulai menerima cara berpikir yang tidak lagi berdasarkan pada spirit ke-Aceh-an yang berakibat pada Aceh sangat mudah untuk ditaklukkan dan untuk mengulangi kembali keberhasilan peradaban Aceh tersebut selalu mengalami kegagalan, dan pada abad ke-17 tersebut pula Aceh runtuh.
Aceh banyak memberikan kontribusi bagi peradaban lainnya seperti Melayu, termasuk juga pada saat Indonesia merdeka. Namun ketika Aceh mampu memberikan sumbangan bagi peradaban lain, Aceh sendiri semakin kehilangan jejak peradabannya.
Aceh diberi gelar Istimewa pada saat bergabung dengan Indonesia, tetapi menjadikan Islam sebagai sebagai spirit dalam tradisi bernegara tidak diberikan. Aceh juga pernah diberikan gelar Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada saat Aceh diberi hak untuk mengurusi daerahnya sendiri. Kemudian juga saat MOU melahirkan kesepakatan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah Indonesia, Aceh pun diberi gelar baru lagi yaitu Pemerintah Aceh pada tahun 2006. Ketika gelar ini diberikan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengesahkan UUPA (Undang-Undang Pemerintah Aceh) pada tanggal 1 Agustus 2006.
Di Indonesia hanya ada 2 (dua) provinsi yang diberi gelar Istimewa, yaitu Aceh dan Yogyakarta. Berbeda dengan Aceh, Yogyakarta hingga saat ini masih tetap mempertahankan gelar Istimewa nya. Sementara di Aceh sudah tidak ada lagi kerajaan Aceh yang menjadi pusat peradaban, Aceh tidak memiliki lagi sultan dan tidak mempunyai lagi Adat Meukuta Alam.
Pada saat itu kerajaan Aceh ditopang oleh spirit keislaman. Di sini tidak ada yang memisahkan antara agama dengan negara atau politik. Namun spirit ini dihancurkan pada saat penjajah datang. Kemudian spirit kebudayaan. Kebudayaan Aceh dijalankan sesuai falsafah dengan tujuan menciptakan keselarasan dan keharmonian baik itu dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia, dan yang terakhir adalah spirit ilmu pengetahuan. Aceh telah banyak memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama. Jadi, peradaban Aceh lahir dengan bersatunya ketiga elemen tersebut.
Di zaman sekarang inilah menjadi kesempatan bagi orang Aceh untuk membangkitkan lagi peradaban Aceh dengan cara menemukan kembali aspek-aspek yang menghidupkan kosmologi Aceh, membina jaringan intelektual untuk masa depan Aceh dengan 3 spirit seperti yang telah disebutkan di atas yaitu spirit keislaman, spirit kebudayaan, dan spirit ilmu pengetahuan. Kemudian yang ketiga menggerakkan alam pikir orang Aceh dari romantisme sejarah ke pencarian spirit-spirit dalam setiap episode sejarah Aceh, dan yang terakhir adalah membuka mata hati dan bathin terhadap kemampuan peradaban lain yang sedang menggerakkan kekuatan spiritual mereka ke Tanah Aceh.
Jadi, Acehnologi melihat dampak dari pemikiran yang menghasilkan peradaban setelah memahami hubungan manusia dengan tuhan.
Sekian review saya kali ini.
Romantisme patriotisme sabilillah perlu dibangkitkan bagi anak usia wajib belajar terutama sekolah menengah sehingga pengaruh westernisasi sisi merah.