Saya akan melanjutkan review buku Acehnologi Volume 3 karya Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D bab 27 tentang Cara Berfikir Orang Aceh. Cara berfikir orang Aceh sangat dipengaruhi oleh faktor spiritual dan pemahaman mereka terhadap konsep kosmologi alami. Nah, disini produk pemikiran Aceh yang paling otentik adalah hadih maja. Mendengar kata “hadih maja” tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita, hadih maja ini sendiri merupakan nasihat para tetua Aceh, dimana dijelaskan sesuai dengan bahasa yang sangat filosofis dan metafora.
Bangai (bodoh), carong (pintar), hayeu (hebat), ceumarot (memaki), teumeunak (menghujat), seumeupoh (saling membunuh), teumeutak (memenggal) dan reuboh (rebus) adalah kata yang paling sering diucapkan dalam kehidupan masyarakat Aceh dan istilah tersebut sering muncul dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh.
Misalnya istilah bangai (bodoh). Bagi masyarakat kampung kata bangai adalah sesuatu yang lazim yang sering digunakan bagi mereka yang tinggi status sosial kepada mereka yang rendah status sosialnya. Bangai disini bukan berarti tidak memiliki ilmu, tetapi istilah tersebut dapat digunakan karen posisinya.
Jadi konstruksi berpikir masyarakat Aceh mengikuti wilayah dan status sosialnya. Maksudnya orang Aceh menciptakan wilayah dan status sosial untuk saling berkonflik atau mencari aliansi sebanyak mungkin. Nah untuk menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat mulai dari kawom hingga nanggroe, pola pikir masayrakat Aceh dibangun atas pondasi dasar yaitu alam, muncul istilah hana roh untuk menciptakan pemahaman sesuatu yang melawan alam. Maka penting bagi masyarakat Aceh untuk menyelaraskan spirit antara manusia (mikro kosmos) dan alam (makro kosmos).
Kemudian pola pikir yang didasarkan pada jiwa. Pada pola pikir ini akan muncul konsep hana get/ hana jroh (tidak baik). Yang dihadang disini adalah jiwa-jiwa luhur ke-Aceh-an, bukan akal pikiran. Konsep hana get jika dilanggar akan melanggar aspek bathiniyah manusia sekalipun larangan/nasihat tersebut akan tidak masuk diakal tetapi jika direnungkan akan meresap kedalam dada seseorang.
Dan pola pikir yang terakir adalah berdasarkan agama yang akan melahirkan konsep hana jeut (tidak boleh). Pola pikir ini menjadi jalan terakhir setelah konsep hana roh dan hana get tidak berjalan di dalam masyarakat. Karena dia dikeluarkan oleh para ulama berdasarkan hukum Allah tentang apa-apa yang menjadi larangan, maka jika ada yang berkaitan dengan keagamaan, tempat bertanya nya adalah kepada ulama. Maka ketika konsep hana roh dan hana get tidak seimbang, memiliki dampak pada konsep hana jeut yang berakibat srtuktur sosial menjadi rapuh karena alam - jiwa - dan agama tidak menjadi dasar berpikir masayarakat Aceh, dan rakyat pun tidak akan memiliki pemimpin spiritual yang dapat menanamkan diri mereka berdasarkan 3 falsafah hana tersebut.
Sort: Trending