Kesempatan kali ini saya akan mereview buku Acehnologi Volume 3 bab 23 mengenai Jejak Spirit Aceh karya Kamaruzzaman Bustamam Ahmad Ph.D
Di Aceh ada suatu istilah yang sering kita dengar yang maknanya abstrak, yaitu “krue“. Istilah krue ini biasanya digunakan oleh orang Aceh seperti pada saat memberi makan ayam dengan kruee...kruee..., juga petani pada saat memanggil angin kemudian jika ada orang jatuh, maka orang Aceh akan mengatakan kruee semangat. Praktik ini masih berjalan sampai saat ini. Selain praktik istilah kruee tersebut, di masyarakat juga ada praktik peusijuek. Praktik ini biasanya dilakukan ketika ada orang ingin naik haji, saat pesta perkawinan kedua mempelai biasanya di pesijuek dan seseorang memiliki rumah baru juga rumahnya dipeusijuek.
Ada juga tradisi meugure atau menuntut euleume yang memiliki kekuatan spirit serta makna dan masih dipraktikkan. Namun, praktik-praktik yang mendatangkan spirit tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan telah sirna. Padahal spirit tersebut telah menghasilkan nilai, keyakinan dan tradisi intelektual dan berhasil menopang spirit Aceh beberapa abad lamanya yang menjadi kunci bagaimana orang Aceh mampu mensinergikan nilai-nilai perjuangan dan kebudayaan.
Spirit pada perjuangan contohnya saat Aceh melawan Belanda, para ulama mengambil spirit perang sabil. Jika dibacakan hikayat ini, maka semangat orang Aceh akan menggebu-gebu.
Pada kebudayaan makna simbolik, mempunyai arti yang berbeda jika dilihat melalui sudut pandang masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan. Masyarakat perkotaan menganggapnya dengan simbol ke-Aceh-an. Sementara bagi masyarakat perdesaan/kampung mereka menganggap sebagai budaya endatu.
Simbol kebudayaan diterjemahkan dengan konsep dagang, jadi orang Aceh yang keluar dari lingkungan kawomnya disebut sebagai pedagang. Sedangkan orang yang berbisnis disebut dengan meukat atau hareukat. Meukat atau hareukat memiliki hubungan dengan konsep hubungan bermasyarakat. Karena dengan tradisi ini terjadi kontak dan hubungan timbal balik antara ureung baroh yang berasal kalagan pesisir dipandang sebagai orang yang meukat dan ureung tunong berasal dari orang Aceh pedalaman yang suka bercocok tanam. Pada uroe ganto nantinya mereka akan membawa hasil ladang untuk di jual.
Nah, spirit pasar di sini diatur oleh tiga sistem yaitu pasar, masjid, dan dayah atau sekolah yang kini kerap hilang.
Bagi mereka yang berdagang upaya yang dilakukan adalah mencari spirit keulamaan atau kewalian. Struktur kebudayaan Aceh diuji pada saat menjadi bagian dari NKRI. Semua sendi masyarakat berubah, institusi kesultanan hancur, dan hilangnya otoritas kesultanan di Aceh telah menyababkan kehilangan spirit di Aceh. Upaya mengembalikan spirit ini pernah dilakukan oleh Tgk. Hasan di Tiro, namun dia hanya dianggap sebagai tokoh separatis oleh pemerintah indonesia. Untuk membangkitkan kembali spirit melalui pejuang dan budaya, perlu diadakan dialog antara masalalu dan sekarang untuk membangun Aceh kedepan.
Begitulah hasil review saya kali ini. Sampai jumpa.
Sort: Trending