Hari raya ketiga Idul Fitri 1439 M saya dan teman saya menyusuri jalan Meulaboh – Nagan Raya, karena masih dalam suasana Idul Fitri, di jalan lintas ini pun banyak kendaraan yang berlalu lalang dan juga saling mendahului satu sama lain. Tujuan saya dan teman saya ke Nagan Raya adalah ingin mengunjungi sebuah masjid, masjid Syaikhuna atau terkenal dengan nama “Masjid Gudang”.
Setiba saya di masjid ini, ternyata bejibun pengunjung telah lebih dulu mendatangi masjid ini.
Saya sebenarya sudah sering ke masjid ini namun hanya mengunjungi saja tanpa ingin tahu informasi tentang masjid ini. Namun, Karena ada tugas dari kampus rasa antusias untuk mengetahui tentang masjid ini lebih jauh pun muncul. Saya bertanya kepada seorang ustad (di Aceh lebih sering disebut dengan tengku) yang ada di masjid ini mengenai sejarah dan keunikan lain dari masjid ini. Dengan serius Tgk pun menjelaskan. Masjid ini didirikan oleh Tgk putik.
Mengapa lebih dikenal dengan sebutan masjid gudang karena di lokasi masjid ini berdiri sekarang, dulunya adalah bangunan gudang yang terbuat dari buloh (bambu).
Kemudian gudang itu dibongkar dan diputuskan untuk membangun masjid gudang buloh ini. Lalu masyarakat setempat memberikan nama masjid ini dengan nama “Masjid Jamik Syaikhuna”. Dinamakan demikian adalah untuk mengenang jasa guru masyarakat setempat.
Saya juga melihat ada pengunjung yang membawa anak kecil dan dimandikan oleh orang tuanya dengan air di dalam bak yang berada di samping masjid. Air ini tidak boleh digunakan untuk berwudhu, tetapi dikhususkan bagi yang mempunyai “kaoi” atau nazar.
Masjid gudang ini dianggap keramat dan orang orang yang meukaoi atau bernazar di masjid ini, Insya Allah dikabulkan kaoinya oleh Allah.
Nah, bagaimana dengan teman-teman ? Penasaran ingin melihat langsung dan melaksanakan shalat atau mungkin juga peleuh kaoi ? Mari berkunjung ke masjid gudang ini.