Pada postingan kali ini saya kembali menulis hasil review buku Acehnologi Volume 2 bab 19 karya Kamaruzzaman Bustamam Ahmad Ph.D tentang Sastra Aceh. Sastra merupakan karya yang dihasilkan dari perasaan jiwa dan batiniah seseorang. Untuk itu tidaklah lengkap rasanya jika mempelajari Acehnologi tanpa mempelajari Sastra Aceh. Sebab endatu terdahulu kerap kali meyampaikan sesuatu amanah atau pesan melalui karya sastra dalam memperjuangkan negeri Aceh ketikamelawan Penjajah.
Banyak sekali karya sastra yang dihasilkan oleh endatu maupun para ulama Aceh zaman dulu hingga pengaruhnya masih bisa kita rasakan saat sekarang ini. Sebagai contoh Hikayat Prang Sabi, yang mampu membakar semangat juang para pejuang negeri ini dalam mengusir penjajah. Dalam hal ini para ulama Aceh menggunakan sastra sebagai salah satu media dakwah dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat. Selain itu ada juga Hikayat Prang Cumbok dan masih banyak lagi. Salah satu ulama yang sering menggunakan karya sastra sebagai media dakwah adalah Hamzah Fansuri. Namun sekarang karya beliau lebih dikenal dengan karya sastra melayu dikarenakan sebagian besar karya beliau berbahasa melayu.
Sastra Aceh yang menjadi dasar penguatnya adalah spirit Islam yang terpatri dalam diri setiap penciptanya. Sementara itu Sastra Aceh jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan Indonesia, maka harus diakui sebagai integral kebudayaan Indonesia. Sastra Aceh sering kali muncul ketika adanya suatu gejolak perang. Maka dapat dikatakan bahwa sastra Aceh merupakan isi hati atau perasaan yang dirasakan oleh orang Aceh ketika dalam situasi perang yang secara spontan lahir kemudian diekspresikan dalam bentuk karya Sastra. Melalui sastra orang Aceh menghubungkan antara imajinasi sosial dengan imajinasi kebatinannya dengan tujuan membangkitkan kesadaran akan sesuatu yang sedang dirasakan. Karya sastra bagi orang Aceh dari segi fungsi sosialnya adalah ingatan kolektif terhadap peristiwa yang dialami, lalu dituangkan dalam bentuk sastra sehingga generasi selanjutnya dapat mengambil pesan dibalik karya sastra tersebut.
Gagasan atau ide menjadi sangat penting dalam membangun sebuah peradaban Aceh terlebih dalam hal seni sastranya. Sastra di Aceh sering ditampilkan dalam bentuk media hiburan hingga tarian. Namun perubahan zaman membuat seni sastra Aceh menjadi meredup. Banyak generasi muda Aceh yang tidak menyukai lagi seni sastra dalam bahasa Aceh. Namun, setidaknya setelah konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia selesai, agaknya seni Aceh sudah mulai digalakkan lagi dalam bentuk Festival atau yang lebih dikenal dengan Pekan Kebudayaan Aceh. Hal ini menjadi anginsegar bagi nasib sastra Aceh saat ini untuk kembali mengambil hati masyarakat Aceh khususnya generasi muda. Besarnya suatu kaum atau bangsa dalam hal majunya kebudayaan dinilai dari seberapa besar tingkat budaya yang dihasilkan oleh kaum tersebut. Untuk itu, majunya peradaban Aceh terletak pada usaha dalam menghasilkan karya-karya seni oleh orang Aceh tidak terkecuali sastra Aceh itu sendiri.
Sort: Trending
[-]
a-0-1 (-4)(1) 7 years ago
$0.00
Reveal Comment