Mungkin di antara teman-teman semua tidak banyak yang mengenal sosok yang akrab di sapa Ayah Ubit ini. Kalau teman-teman ingin tahu, Alm. Ayah Ubit ini nama aslinya Razali, anak dari pasangan H. Hanafiah dan Hj. Manieh. Beliau merupakan seniman Aceh Barat yang telah menciptakan banyak lagu hits dengan karakter ke-Aceh-an yang kuat. Nah, pernah tidak teman-teman mendengar salah satu bait lagu berikut?
“Jambo-jambo hai jambo sinan di blang
Jambo-jambo hai jambo sinan manyang
Meunyoe katroeh musem megoe adun adoe bek lale lee
Jak laju tajak laju jinoe bek laloe le pula padee”
Bait lagu Jambo tersebut merupakan karya original dari Ayah Ubit, sang seniman Aceh Barat. Keseharian Ayah Ubit hanyalah seorang pedagang keliling yang menjual peralatan rumah tangga seperti: dandang/tempat kukusan, panci, kuali, dan lainnya. Pekerjaan ini dilakukannya dengan hati yang senang sambil berdendang dan memukul barang-barang dagangannya. Suara nyanyian Ayah Ubit menjadi pelaris saat beliau berdagang, banyak ibu-ibu rumah tangga yang tergoda dengan lirik lagu yang dinyanyikan nya. Falsafah hidup Ayah Ubit adalah Perjuangan. Ini diungkapkan oleh anaknya, Norwegia. Dan dia pun mengakui “bahwa cobaan hidup yang mereka hadapi tidak setabah dengan apa yang dihadapi dan dijalani oleh sang ayah”.
“Ayah itu suka berdendang dan bernyanyi kalau di rumah, hobinya memang itu saja, main musik dan bernyanyi. Beliau memang sederhana, tapi sosok yang luar biasa bagi kami”, tutur anaknya, Norwegia.
Pergaulan Ayah Ubit dengan para sahabat sangat santun, sehingga keakraban sesama kawan tetap terjaga. Masa muda Ayah Ubit dikenal sebagai anak band, maka tak heran jika Ayah Ubit mampu memainkan beberapa alat musik seperti gitar, akordion, biola, dan gendang.
Namun sayangnya teman-teman, semasa hidupnya lagu-lagu beliau tidak sempat direkam, malahan lagu ini direkam oleh pihak lain dengan mencantumkan NN pada kaset tersebut.
Lagu-lagu Ayah Ubit memiliki nilai komersiil yang cukup lumayan tinggi, karena lagu tersebut sampai saat ini masih disukai banyak orang, memiliki nilai optimisme dan nilai lokalitas Aceh.
Tahun 1992 pada usia ke-52 tahun Ayah Ubit menutup matanya. Tidak ada satupun dari keluarganya yang tahu dengan pasti kapan Ayah Ubit menghembuskan nafas terakhirnya, karena saat terakhir kali keluarganya melihat beliau sedang tidur siang dan keluarga baru menyadari beliau telah pergi pada saat magrib ketika istrinya membangunkan beliau dan ditemukan seluruh tubuh almarhum telah kaku dan dingin. Tentu saja ini membuat seluruh keluarga dan para sahabat sangat berduka.
Sebelum beliau pergi, lagu terakhir yang beliau nyanyikan dalam sebuah acara panggung kesenian di gedung BP-7 tepatnya di depan lapangan Teuku Umar Meulaboh adalah Semangat Juang. Dan beliau juga sempat menciptakan 1 lagu terakhir Cahaya Buleun Trang yang dinyanyikan di hadapan keluarga dan para sahabatnya.
Nah teman-teman, bagaimana dengan kisah alm Ayah Ubit ini? Hidupnya yang unik, menarik dan penuh dengan ketabahan, memiliki makna filosofis tersendiri, karena sampai hari senjanya yang masih kurang beruntung, beliau belum dapat menikmati “legalitas” karyanya sendiri.
Sekian dulu dari saya mengenai tokohnya.
Interpretasi Anda adalah teman yang begitu indah. Semua informasi semacam itu harus dilakukan.
Informasi semacam itu sangat penting dalam tradisi India.
Maaf saya tidak tahu bahasa Anda, saya terkesan dengan posting Anda dan ingin berbicara dengan Anda.