Marah Dulu, Malu Kemudian

in #indonesia7 years ago

“Siapa saja bisa marah”, kata Aristoteles, (384—322 SM). “Marah itu mudah. Tetapi, marah kepada orang yang tepat, dengan derajat kemarahan yang tepat, pada saat yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dengan cara yang tepat, ini tidak mudah.”

Aristoteles.jpeg
Aristoteles (Photo Google)

Aristoteles adalah seorang filsuf besar zaman Yunani. Ia guru banyak filsuf. Karna Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.

Aristoteles berguru dari Plato dan guru dari Alexander Agung. Bersama Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat (Wikipedia).

Marah.jpeg
Photo Islamedia.com

Mengapa seorang filsuf sekalibes Aristoteles bisa membahas tentang marah?

Karena marah bukan saja persoalan kesehatan, tetapi juga persoakan budaya dan etika. "Ketika marah, tubuh kita mengalami berbagai perubahan fisiologis, karena amarah memicu reaksi melawan atau lari," kata Christopher Peterson, PhD, pengarang Health anda Optimism dan dosen psikologi di University of Michigan, Ann Harbor (Baca http://selaseptian020.blogspot.co.id/2013/03/cara-marah-yang-benar.html).

Pepatah Arab kuno mengatakan, kemarahan diawali dengan ketidaksadaran dan diakhiri dengan penyesalan. Adagium itu mungkin tak sepenuhnya benar, meski bukan berarti keliru. Yang jelas, kemarahan erat berkait dengan kepribadian serta pengalaman batin seseorang. Faktor eksternal sebagai pemicu, tentu saja sangat sangat menentukan bagaimana orang mengekspresikan kemarahannya (https://lifestyle.kompas.com/read/2009/11/05/13555499/cara.bijak.melampiaskan.marah)

marah2.jpeg
Photo: Kompas

Bagaimana memenej marah?

Dari laman website http://www.psikologikita.com diberikan tips bagaimana memenej marah, agar kemarahan tidak berdampak negatif dan menghindari perbuatan agresif.

Pertama, Mengatur volume suara dan pernapasan. Berbicaraperlahan dengan volume suara yang sedang, bahkan berbisik dapat mengindari suara keras membentak atau berteriak. Tarik nafas dalam dan hitung pelan-pelan sampai 10 atau 20 dengan tujuan memberikan waktu bagi diri untuk merefleksikan
keadaan, apakah situasi layak atau tidak dalam mengekspresikan kemarahan.

Kedua, ketika sedang marah, jangan langsung mengekspresikan kemarahan baik secara lisan maupun tulisan. Bawa tenang dulu, dan jika sudah tenang, barulah fokus pada permasalahan, kemukakan hal yang menjadi harapan dan keinginan kita.

Marah3.jpeg
Photo bureaufier.nl

Ketiga, setelah berusaha tenang namun belum berhasil juga, tinggalkan saja dulu tempat atau orang yang membuat kita marah. Berdiam diri atau “time-out”, berdoa, minum air putih, atau sekedar jalan-jalan dapat membantu menetralkan perasaan. Kita juga dapat menetralkan perasaan dengan mengatakan bahwa orang tersebut sedang memiliki masalah, lelah,
capek dan sejenisnya.

ketawa1.jpeg
Daripada marah bagus terlawa. Photo hellosehat.com

Keempat, saya menyarankan untuk baca atau nonton cerita-cerita lucu. Nonton video stand-up comedy adalah salah satu cara yang jitu untuk menetralkan ketegangan saraf kita, dan membuat kita bisa melupakan sejenak kemarahan kita. Bahkan kita bisa menganggap kemarahan kita menjadi satu kelucuan atau kekonyolan.

Mengganti marah dan tertawa bisa meringankan beban di kepala kita dan memiminalisir rasa kekhawatiran kita. Sebab, seseorang tidak dapat tertawa dan merasa takut secara bersamaan. Atau tidak bisa tertawa dan marah secara bersamaan.

keatwa 2.jpeg
Photo esguere indonesia

Selain itu, tertawa dapat mengurangi stres, tertawa juga bisa mencegah rasa sakit, dan tertawa juga bisa mengubah mood buruk menjadi mood positif. Biasanya, seseorang dalam statusnya "In a Relationship", baik lelaki maupun perempuan, tertawa juga membantu seseorang menahan energi negatif saat suasana hati buruk. Endorfin yang dihasilkan saat tertawa membuat perasaan jauh lebih baik (kaskus.co.id)

Franklin.jpeg
Benjamin Franklin (Photo Wikipedia)

Bapak Pemimpin Revolulusi Amerika, yang juga seorang wartawan, penerbit, pengarang, filantrofis, abolisionis, pelayan masyarakat (pejabat), ilmuwan, diplomat, dan penemu sekaligus salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika, Benjamin Franklin mengingatkan kita dengan satir yang sangat keras, agar kita tidak menjadi seorang pemarah. Kataya:

“Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu.”

Salam, @jkfarza
91C6F78D-97BE-4A37-B21A-BF727F94A57E.jpeg

Sort:  

Terbaik, bang.. :)

Terimakasih dokter you are the best. Intinya kita yang mencintai tuhan telah membuang rasa marah dalam diri kita meskipun kadang kita mengalami hipertensi yang akut ya kan? Kemarahan identik dengan keburukan hehe

Saya sering malu bang. Dulu hampir marah-marah aja tiap hari.

Sejak kenal dan bertemu dengan @andrianhabibi belum pernah sekali pun aku melihat ia marah. Gak mungkin juga ia marah marah di belakangku ya kan? 😅

Aaampuuun bang. Ceritanya kan dulu. Kadang kalau teringat. Sungguh memalukan. Mungkin, bisa jadi senjata untuk menghancurkanku. Hanya saya mereka yang pernah ku marahi tetap diam. Terima kasih telah mengingatkan kami ya bang.

Yang sering marah marah Itu @Beladro bro hehe

Catatan bergizi, tahniah

Harus kita tanya dokter yang Ahli Gizi ya bro dokter @elfinarachmi Master Gizi 😅

buat diri sendiri ini.

makasih pak JKF

Makasih banyak Firda kita mmg HRs banyak belajar dalam bidang ini, kalau gak bisa berbahaya ya?

Keren bro, semoga ente gak marah-marah lagi di meja gaplek Cangkir 9 :D