Dalam beberapa bulan lagi, Aceh akan melakukan perhelatan akbar, yaitu Pekan Kebudayaan Aceh ke-7. Momen ini hadir, persis ketika volume VI Acehnologi akan hadir menyapa pembaca. Buku Acehnologi adalah sumbangan keilmuan Aceh bagi PKA. Seingat saya, dalam setiap perhalatan PKA selalu ada bincang ilmu dikalangan para ilmuwan yang konsern dengan Aceh.
Tidak perlu agaknya untuk menulis apa alasan Aceh itu penting bagi bangsa ini. Begitu juga bagaimana jasa Aceh dalam memperkuat identitas kemelayuan. Melaka menjadi saksi. Johor adalah bukti abadi. Pahang bukti hubungan famili. Penang tempat berlobi. Jakarta tempat menagih janji. Helsinki saksi perang diakhiri.
Demikian juga, tidak perlu disajikan bagaimana Aceh melawan kafir. Bertempur dengan sesama bangsa sendiri. Berperang atas nama ideologi. Semua mozaik ini terlukis indah dalam lintasan sejarah Aceh. Tanah Rencong sudah makan asam dan garam dengan semua intrik manusia.
Ketika Acehnologi disebutkan sejak tahun 2009, saya kemudian berusaha untuk menjadikan ilmu keacehan sebagai satu kajian yang dapat ditelaah dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu upaya kuat adalah menemukan KPA (Kerak Peradaban Aceh) dan JSA (Jejak Spirit Aceh). Dua hal ini yang telah ditenggelamkan oleh penjajah di Aceh. Akhirnya, kuburan harus didatangi. Kosmologi Aceh harus dipahami. Laut dan bukit dijelajahi. Manusia Aceh terus dicoba dimengerti. Sehingga, muncullah Acehnologi.
Tahun ini, Acehnologi sudah mampu memberikan kontribusi penting dalam studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Studi ini pun mulai dilirik oleh kampus-kampus di Aceh. Mata kuliah Acehnologi sudah mulai bermunculan. Orang tidak lagi malu bicara masa lalu. Mahasiswa bangga dengan studi Aceh. Mereka penasaran, karena kalau di SMU, Aceh hanya mereka kenal dari satu nama, yakni Sultan Iskandar Muda. Kalau bicara pahlawan, mereka hanya diperkenalkan Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Teuku Umar, dan Tgk. Chik Di Tiro. Selain itu, generasi muda masih roaming dengan nama-nama pahlawan di kampung mereka sendiri.
Acehnologi berusaha memberikan narasi tentang Aceh dari berbagai sudut pandang. Inilah kekayaan Peradaban Aceh yang disajikan dalam abad ke-21 M.
Upaya untuk memasukkan Acehnologi ke sekolah-sekolah terus dipikirkan. Walau sejauh ini pemerintah daerah tidak begitu merespon karya ini. Namun, secara pelan-pelan, usaha keilmuan memang harus memakai kerangka "swasta dalam negeri". Karena itu, banyak relasi yang meminta untuk mendirikan lembaga khusus studi keacehan, kami menganggap gerakan keilmuan ini adalah upaya bersama.
Sejauh ini, kami sudah menggagas KBA (Keluarga Besar Acehnologi). Inisial ini bukanlah kepanjangan nama kami, yaitu Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Gerakan orang Aceh disifati dengan meutalo wareh (hubungan kekeluargaan) dan meuayedara (bersaudara). Disinilah gerakan membuat Keluarga Besar Acehnologi menjadi kebudayaan dan keilmuan. Buku Acehnologi, paling tidak, dapat menjadi salah satu acuan di dalam melihat titik-titik silaturrahmi sesama orang Aceh.
Karena itu, momentum PKA sangat tepat untuk membangkitkan studi keacehan. Kalau pun, saat ini Aceh dikaluti dengan masalah politik dan ekonomi, dalam hal ilmu, agaknya sepi dari konflik. Generasi muda Aceh saat ini memang sudah merasakan cuaca keacehan dari "makar ke mikir."
Gejala dari "makar ke mikir" ini adalah gejala keilmuan. Setiap perang usai di Aceh, gejala ini selalu muncul. Setelah DI/TII, Aceh membangun dunia pendidikan. Ada masa dimana para teknokrat adalah para ilmuwan di dalam sejarah Aceh. Mereka visioner dan terdepan di dalam menghargai ilmu pengetahuan. Pengalaman Aceh dipimpin oleh ilmuwan pernah dirasakan dalam sejarah pemerintahan di provinsi ini.
Akhirnya, PKA akan ditabuh. Rakyat akan berpesta. Aparatur pemerintah mulai mengamprah. Protokol istana siap dilobi. Para TNI/Polri akan mengamani. Semua ulama akan mengamini. Seluruh negeri akan menanti. Pesta anak negeri di Tanah Rencong.
K. Bustamam-Ahmad
6.05.18
Bereh that. Hana dua
Tamah 3 dan 4 Bang.
Mantap that prof @kba13, semoga Aceh maken dithei le donja lagee masa dile
Postingan Prof KBA ini sudah saya forward ke Pak Wagub selaku Ketua Umum PKA 7 barusan. Semoga dapat respons positif.
Makasih Pak @yarmen-dinamika.
Iya Abu. Smg nyo akan bersinar.
Semoga sukses kegiatan pka yang dilaksanakan
Amien dan semoga Aman.
"Dari makar ke mikir" Mantap statemennya Pak
Orang mikir juga bisa makar Bang.
Seep krak