Algoritma, Artificial Intelligence dan Reproduksi Kebencian dalam Dunia Maya

in #indonesia7 years ago (edited)

image

Bagaimana keakuratan data atau informasi yang anda ketahui ketika berselancar di alam maya? Apakah anda selalu mengetahui hal baru atau anda mengetahui sesuatu berdasarkan kebiasaan, tingkah laku, imajinasi, dan relasi yang anda bangun selama ini. Dalam postingan ini, dicoba dikaji bagaimana pengaruh berselancar di alam maya terhadap cara berpikir seseorang, khususnya yang kemudian melakukan reproduksi kebencian antas nama religi.

Jika anda punya kebiasaan menonton ceramah dari seseorang melalui media Youtube, maka perangkat Youtube akan “mengunci” kebiasaan anda tersebut, sebagai kata kunci untuk mengukur siapa anda sesungguhnya. Sistem algoritma dan kata kunci yang sering anda gunakan akan sangat memainkan peran penting. Inilah kemudian kekuatan klik atau like yang kadang mengantarkan seseorang pada masalah dengan aparat keamanan. Karena itu, “rekomendasi untukmu” akan selalu anda lirik saat anda menikmati ceramah seseorang. Video yang direkomendasikan ada sesuatu dengan kebiasaan kita sehari-hari di hadapi Youtube.

Sebab, begitu anda “like” atau “komen”, maka sistem algoritma akan memberikan sekian input siapa anda di alam maya. Siapa teman anda. Apa yang sering anda lakukan dengan search engine. Kepada siapa saja anda sering berkomunikasi dengan e-mail. Di group mana saja anda berada di media sosial. Siapa saja yang sering menghubungi anda. Berapa transaksi keuangan anda. Perangkat aplikasi yang diinstall juga akan memantau kemana saja anda pergi dan apa saja yang ada di dalam jaringan pribadi sebagai data awal untuk mengunduh aplikasi tersebut.

Begitulah ketika kita dilakukan rekam jejak di alam maya. Setelah itu, anda benar-benar akan dikendalikan oleh perangkat di tangan anda sendiri. Mengapa saya tertarik dengan masalah di atas? Sebenarnya dengan perangkat di atas, seorang yang menjadi “orang baik” dan “orang jahat” sudah dapat diketahui sejak awal, dia memasukkan password ke dalam alamat e-mailnya. Seseorang sudah diketauhi kecenderungan psikologinya, ketika diketahui kata kunci yang sering digunakan di dalam alam maya.
Dalam hal ini, seseorang sebenarnya tidak mendapatkan informasi terbaru, tetapi informasi yang mirip dengan kebiasaan dan kata kunci yang diketik.

image

Jadi, sistem algoritma akan mengunci seseorang dalam kawah data dan informasi. Bahkan, melalui sistem ini, suatu daerah dapat diketahui kebiasaan masyarakatnya secara detail. Siapa yang membeli apa? Siapa yang masih ada kredit dengan pihak bank? Semua dapat dipetakan, untuk kemudian dijadikan sebagai komoditas baru dalam industri di alam maya.

Istilah data mining menjadi istilah baru. Orang mengorek data dan informasi suatu negara untuk dipetakan, kapan tepatnya negara tersebut diprediksi hancur atau sebaliknya. Jika teknologi melalui sistem algoritma ini dapat membantu kemajuan kehidupan manusia, sistem ini pula dapat menghancurkan suatu bangsa atau blok-blok tertentu di dunia ini. Hal ini disebabkan artificial intelligence menjadi babak baru kehidupan manusia dengan teknologi, yang sudah sampai pada tahapan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan pemahaman keagamaan juga akan mengalami hal yang tidak jauh berubah. Melalui sistem algoritma ini, seseorang bisa menjadi “salah” atau “saleh.” Karena itu, belajar agama melalui dunia maya akan menjadi pisau bermata dua. Pada satu sisi, akan menambah wawasan keagamaan dan memperkuat keimanan dan kesalehan. Di sisi lain, akan mengakibatkan seseorang tidak dapat keluar dari kubangan informasi yang direkuhnya. Sehingga guyuran informasi ini tidak mampu mengondisikan seseorang mampu berpikir secara jernih dalam pemahaman keagamaannya.

Di dalam pola ini juga terjadi teori penyesatan. Walaupun data dan informasi yang sahih, tetapi disajikan untuk tujuan yang tidak sahih. Karena informasi tersebut bukan lagi untuk menguras rasaingin tahu, tetapi informasi yang disajikan untuk mengubah perilaku. Inilah kemudian, orang banyak menikmati siraman informasi agama, tetapi mereproduksi kebencian terhadap orang yang berseberangan dengan pemahamannya, bahkan melahirkan aksi-aksi kekerasan.

Sistem artificial intelligence tidak mengenal emosi dan imajinasi. Dia bekerja melalui sistem algoritma saja. Komputer tidak mampu membedakan mana kopi yang enak sesuai dengan selera seseorang. Komputer hanya menyediakan informasi tentang apa itu kopi enak. Walaupun begitu, rasa enak pada cita rasa seseorang terhadap kopi tentu berbeda. Di sinilah sistem algoritma tidak dapat bekerja. Dewasa ini, kopi telah disediakan oleh mesin-mesin pembuat kopi. Kadar enak dan kesesuaian ditetapkan oleh sistem yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut. Enak sekarang menjadi sesuatu yang pasti. Cita rasa berubah dari dinamis menjadi statis. Orang menikmati yang statis dan pasti.

Sistem artificial intelligence dan algoritma agaknya hanya bekerja sesuai dengan input yang diberikan. Data dianalisa berdasarkan pengalaman yang diketik orang di dalam menuangkan pengalaman minum kopi. Namun, cita rasa kopi yang memiliki karakter yang sangat subyektif, tidak akan mampu dianalisa oleh sistem tersebut. Begitulah tamsilan dunia algoritma. Dia menuju pada keseragaman, bukan keberagaman. Orang cenderung berpikir seragam melalui sistem ini. Orang yang berbeda, oleh sistem dibaca sebagai outsider.

Begini pula yang terjadi di dalam dunia perkawanan dan perkawinan di alam maya. Orang tidak dapat lagi berbeda pendapat. Karena otaknya diprogram untuk menerima sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dalam berpikir yang dibantu oleh sistem algoritma. Ujaran kebencian merupakan ekspresi dari ketidakmampuan menerima sesuatu yang berbeda dari kebiasaan otak seseorang. Bijaksana menjadi sesuatu yang jauh.

Dalam sistem algoritma tidak dikenal situasi bijaksana (wisdom). Tampaknya, belum ada kajian tentang virtual wisdom atau wise mandalam dunia digital. Biasanya, hitungan matematika mengantarkan pada sesuatu yang pasti. Hitungan ilmu-ilmu sosial dan humaniora terkadang mengantarkan pada kebijaksanaan pada manusia (wise man). Karena itu, agak susah untuk mengkampanyekan wisdom dalam era digital yang serba matematis atau otomatis.
Karena era ini hanya membelah orang antara menjadi baik dan buruk. Akan tetapi, baik dan buruk ini pun terkadang lepas dari nurani kemanusiaan.

Sebagaimana di alam nyata, dalam alam maya pun, sesuatu yang baik manakala dikelola dengan buruk, dapat diubah menjadi buruk. Sebaliknya, sesuatu yang buruk, jika dikelola secara baik, akan menjadi baik pula. Proses pengelolaan inilah yang dilakukan melalui AI dan algoritma. Sistem pengelolaan ini menjadi abai dengan tingkat kemanusiaan (humanity) yang ada pada manusia. Hal ini sangat tergantung pada user yang memiliki kapasitas di dalam aktifitas data mining.

image

Tren data mining ini tentu akan merubah lanskap kemanusiaan di dalam nyata. Orang yang bicara kebaikan akan berdampak buruk, jika data mining diarahkan pada keburukan. Orang yang bicara keburukan akan berdampak baik, jika data mining diarahkan pada kebaikan. Proses ini sedang berlangsung di negara-negara yang sudah berada di era digital. Di sini kontrol situasi bukan lagi pada manusia. Segala sesuatu dilakukan melalui serba otomatis secara cepat. Kecepatan inilah yang sulit diproses oleh nurani manusia. Sebab disitu ada proses merasa dan perasaan itu sendiri.

Tren kejahatan di dalam cyber ini terus meningkat. Cyber crime merupakan era baru kejahatan di dunia maya. Namun, proses kriminalisasi juga dapat dilakukan melalui pola cyber crime. Era baru ini tentu sedang kita rasakan. Karena itu, berhati-hatilah dengan kemajuan berpikir manusia ini. Sebab, di ujungnya selalu ada dampak yang harus dipikul oleh manusia itu sendiri.

K. Bustamam-Ahmad

Sort:  

Pengen nyeruput kopi baca tulisan ini, tapi ingat lagi puasa.. Keren kali bah :)

Iya, kita ngopi setelah buka puasa saja. Makasih. Salam AI!

Sangat bermanfaat Prof.

Makasih Bang.

Makasih Bang.

Tidak tertutup kenungkinan akan terjadi suatu saat nanti, di mana cita rasa kopi akan dapat ditentukan oleh mesin. Sementara manusia hanya dapat membedakan kopi hitam dan kopi putih sahaja.

Jangan sampai ya Bang. Ana takut nanti kopi hilang cita rasanya, jika sampai ke dalam tubuh saya. Kareuna, kopi, nasi ketan, dan meudawa adalah ciri kami sbg orang ....