Pada tanggal 28.05.18, kembali menginjak kaki di Kota Teuku Umar. Ada dua hajat yang hendak saya tunaikan: menjadi pemateri untuk seminar proposal dosen STAIN Teungku Di Rundeng dan acara FAME Chapter Meulaboh. Acara pertama memberikan komentar terhadap proposal-proposal yang diajukan oleh dosen STAIN TDM. Sebagai reviewer nasional, membaca dan mengomentari proposal-proposal dosen di PTKIN adalah keasyikan tersendiri. Sebab banyak hal yang dapat dipelajari dari isu dan isi penelitian yang akan diteliti oleh mereka. Ada tiga kampus tahun ini yang saya baca proposal mereka.
Di STAIN TDM biasanya isu yang diangkat adalah persoalan sosial di kawasan Aceh Barat Selatan. Kali ini ada masalah biografi Tgk. Di Rundeng, kawasan pesisir, pendidikan karakter, gala umong, manajemen supervisi pendidikan, dan radikalisme.
Ada satu proposal yang amat menarik bagi masyarakat Abasel, yaitu sejarah hidup Tgk. Di Rundeng yang diteliti oleh Dr. H. Syamsuar, ketua STAIN TDM beserta timnya. Penelitian ini jarang dilakukan oleh peneliti lainnya. Namun, sang ketua STAIN berusaha untuk memperkenalkan sosok TDM kepada masyarakat akademik. Saya menyarankan agar berbagai dimensi dari sosok TDM perlu diperkenalkan kepada generasi muda Aceh.
Dr. Samsuar tahun lalu berhasil menerbitkan buku tentang sejarah awal TD Dia melakukan riset lapangan di kawasan Meukek dan sekitarnya. Temuan awal ini cukup mencengangkan bahwa sosok TD begitu memberikan pengaruh bagi masyarakat di kawasan Abasel. Tahun ini, riset ini akan dilanjutkan untuk memetakan berbagai pemikiran sosok TD dalam bidang politik. Bagi saya, kehadiran karya tentang TD sangat timely, sebab nama STAIN Meulaboh diambil dari sosok ulama ini.
Setelah selesai mereview proposal dosen, sore harinya, tiba hajatan teman-teman FAME, diskusi tentang penulisan karya ilmiah yang diakhiri dengan buka puasa bersama. Saya datang agak telat, karena macet oleh kendaraan yang sedang berburu takjil untuk buka puasa bersama. Acara ini juga diselenggarakan di kampus STAIN, diikuti oleh civitas akademika, penulis, blogger, dan jurnalis di Aceh Barat. Saya juga dibisikkan ada peserta dari Nagan Raya.
Materi yang sampaikan sesungguhnya sangat sederhana, yaitu bagaimana menulis karya ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal. Selama 1,5 jam saya menguraikan tip dan trik cara menulis karya ilmiah. Salah satu poin penting dalam sesi ini adalah kemampuan sang penulis di dalam menghasilkan pendahuluan dalam karya ilmiah. Saya katakan kalau Pendahuluannya sudah baik, maka 60% sudah selesai karya tersebut.
Sharing pengalaman ini bertujuan agar memberikan semangat menulis pada peserta bahwa karya ilmiah itu memerlukan dedikasi yang amat besar. Latihan menulis akan membuat satu karya itu semakin sempurna. Berbagai level karya ilmiah juga saya sampaikan. Bagaimana teori dalam menulis karya ilmiah. Apakah perlu teori dalam menulis karya ilmiah.
Tanpa terasa diskusi mengarah pada aspek meta-teori dan ilmu sebelum ilmu. Diskusi ini menjadi hangat, sebab ada peserta yang mengeluhkan tentang teori yang digunakan dalam kepenulisan. Kajian ini memang memerlukan sesi khusus. Namun, saya menganjurkan agar membaca buku-buku tentang Filsafat Ilmu. Salah satu buku yang saya anjurkan adalah karya Roger Sibeon tentang Rethinking Social Theory.
Acara ini diakhiri dengan buka puasa bersama dengan peserta. Bahagia bisa melihat senyum mereka setelah acara silaturahmi yang bernas ini. Semoga diskusi dengan warga FAME ini akan membangkitkan semangat kepenulisan mereka di dalam menghasilkan karya ilmiah.
Baca juga link berikut ini:
https://steemit.com/indonesian/@dicky/ini-bukan-karya-ilmiah-dalam-ilmiah
Perjalanan yang menyenangkan, Prof. Pasti bahagia rasanya bisa bermanfaat bagi ummat.
Semoga selalu dikaruniakan kesehatan oleh Allah. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan. ☺
Amien. Kita anggap aja ini Safari Writing. Setelah di MBO, hari Senin ini di Aceh Besar. Kajian tentang Penulisan Buku.
Saya hadir di Aceh Besar.
Aduh pak...lon Hana teupu drone na di MBO, Pak😱😭😭
Hanya dua uroe sagai Bang. Akan lon balek lom. Nyoe ka u Kuta Raja.
Ok siap pak👍👍😄🙏
Jamaah FAMe tak boleh salah menulis FAMe dengan "FAME", Pak. Seperti di paragraf akhir. Hehe
Baik Tgk. Lon lake meu'ah beurayek Ateuh kesalahan lon. Kamoe bangai tat tat dalam masalah tuleh singkatan.