Bagi mereka yang baru mulai menulis buku, maka yang harus dipikirkan adalah bukanlah ingin menghasilkan karya yang sempurna. Akan tetapi karya sebagai proses pembelajaran atau latihan akademik. Begitu juga ketika menulis jangan membayangkan bahwa karya tersebut untuk semua orang, seperti memberikan ceraman. Buku kita sajikan untuk seseorang yang benar-benar ingin menyelami suatu pemikiran atau hasil penelitian. Jadi, buku itu dibaca oleh seseorang yang sangat spesial dan haus akan ilmu dari karya yang sedang mereka bacakan. Inilah filosofi bagi saya di dalam menulis buku-buku yang bergenre “serius.” Seorang karib di Yogya pernah mengatakan bahwa buku-buku saya susah laku di pasaran. Karena itu, buku saya sama sekali tidak pernah laris, namun sampai sekarang masih dicara oleh beberapa pembaca.
Ketika menulis hal di ataslah yang perlu dibayangkan oleh seorang penulis. Menulislah seperti mengirim surat kepada seseorang. Buku-buku saya tidak pernah best seller atau laris di pasaran, ibarat tiket film yang sedang banyak diminati oleh penonton. Hal ini disebabkan buku saya lebih banyak berkecimpung dengan dunia akademik kampus. Inilah segmen pembaca yang saya bidik. Karena itu, buku-buku saya terbaca manakala saya jumpa dengan pembaca yang mengatakan saya mengoleksi hampir semua karya anda. Bahkan di Malaysia ada seorang guru besar di kampus ternama yang mengoleksi semua karya saya. Ketika saya berjumpa dengan guru besar tersebut, dia mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu yang didapatkannya dari karya-karya saya yang dikoleksinya.
Sebagai akademisi yang memfokuskan pada penulisan dan penelitian yang secara terus terus tentu akan mengalami persoalan bagaimana menulis dengan disiplin ilmu kita. Saya menganjurkan seperti dalam tulisan sebelumnya, sebelum mulai menulis bacalah beberapa buku tentang teori-teori di dalam bidang disiplin ilmu kita. Jika saya menulis tentang Asia Tenggara (Southeast Asian Studies), maka buku-buku yang berkaitan dengan studi tersebut saya baca sampai tuntas. Kalau seseorang ingin menulis tentang Studi Kawasan akan nampak apa dan bagaimana suatu karya studi ini dapat disajikan. Ketika tentang Gerakan Keagamaan, maka buku-buku teori Social Movement harus saya dalami terlebih dahulu, sehingga kita akan paham sisi mana saja yang perlu diangkat di dalam tulisan dalam studi Gerakan Keagamaan. Ketika tahun 2006 mulai belajar tentang sosiologi dan antropologi, maka saya disajikan karya-karya oleh dan tentang Weber, Durkheim, Marx hingga ke Parsons dan sebagainya. Buku-buku tentang teori tersebut akan membantu saya ketika menulis buku dalam bidang sosial-antropologi.
Jadi, mulailah membaca buku-buku teori sampai tuntas. Dengan demikian, ketika kita menulis akan tahu apa saja yang perlu disajikan jika kita menggunakan satu disiplin ilmu. Secara garis besar ada beberapa kategori buku yang dapat disajikan, berdasarkan pengalaman saya. Pertama, kita dapat menulis buku tentang seorang tokoh atau ilmuwan. Sejauh ini, saya sudah menulis beberapa tokoh atau ilmuwan yaitu Mohammad Natsir, Syeikh Nurdin Ar-Raniry, Abu al-A’la al-Maududi, H.M. Rasjidi, Syeikh Hamzah Fansuri, Syed Naquib al-Attas, Henry Corbin, Cahrles Taylor, Isaiah Berlin, Samuel P. Huntington, dan Azyumardi Azra. Saya tertarik menulis biografi tokoh, selain saya dapat menyelami pemikiran mereka, saya juga dapat belajar dari pengalaman kehidupan mereka. Bahkan saya sempat menulis biografi pembimbing disertasi doktoral saya yaitu Prof. Joel S. Kahn, seorang antropologi kelahiran Amerika yang menetap di Australia, pakar dunia Melayu dan pernah melakukan kajian etnografi di Minangkabau.
Kedua, buku yang bersisi tentang pemikiran atau gagasan-gagasan tertentu. Di sini karya tentang Wahdatul Wujud, Pemikiran Islam, Dunia Melayu, Islam Historis, Wajah Baru Islam di Indonesia, Islam Politik, Penerapan Hukum Islam, Gerakan Islam, Islam Nusantara, dan tema-tema lainnya. Karya-karya model ini akan memberikan pemahaman cakrawala keilmuan yang bersifat multi dan lintas disiplin keilmuan. Di sini terkadang saya menggunakan pendekatan sosial sejarah, sosiologi, antropologi hingga filsafat. Dalam beberapa tahun terakhir saya malah menceburi diri dalam kajian metafisika, meta-teori, kosmologi, dan imajinasi sosial. Jadi, sebagaimana saya tandaskan di atas, bahwa menulis adalah proses pembelajaran terhadap sang penulis itu sendiri.
Ketiga, buku yang berisi kawasan atau Area Studies. Di sini akan jumpai karya-karya saya yang menyisir kawasan seperti Aceh, Jawa, Pulau Pinang, Kelantan, Kuala Lumpur, Thailand Selatan, dan Mindanao. Akhirnya, proses menulis telah mengantarkan saya pada pengenalan berbagai masalah yang muncul di kawasan tersebut. Di sini penggunaan teori-teori dari ilmu sosial dan humaniora menjadi begitu penting. Karya-karya yang bersifat studi kawasan ini akan memberikan model kajian perbandingan (comparative studies) pada seorang penulis. Salah satu karya yang saya hasilkan melalui model ini adalah Acehnologi yang terdiri 6 volume (2017/2018). Setelah selesai kajian ini, saya sedang melakukan studi Imajinasi Kebangsaan yang berasal dari daerah-daerah di Nusantara. Pendekatan keilmuan dari studi sosial-antropologi menjadi begitu penting dalam studi model ini.
Dalam rentang 20 tahun ini, karya-karya di ataslah yang telah saya hasilkan. Kendati dalam folder PC saya masih ada beberapa tema buku yang sedang saya garap. Pengalaman ini memberikan pembelajaran pada diri saya bahwa menulis itu sama dengan mengenal dunia di sekitar kita. Kita akan paham sedikit demi sedikit tentang apa yang sedang berlaku di pentas global. Karena itu, saya pada akhirnya, diberikan bidang keilmuan saya dari salah seorang guru besar dari Amerika yaitu kajian Sociology and Anthropology of Religion in Southeast Asia. Ini berdasarkan dari lalu lintas perjalanan karya-karya saya selama dua dekade terakhir. Jadi, pengalaman kepenulisan saya bukanlah pengalaman untuk menjadi penulis terkenal atau bukunya laris manis di pasaran. Pengalaman kepenulisan ini adalah proses perjalanan akademik yang dilalui penuh dengan onak dan duri. Buku-buku saya akhirnya terbit di Yogyakarta, Aceh, Kuala Lumpur, Bangkok, hingga ke UK. Tulisan di jurnal pun terbit di beberapa jurnal dan yang paling berkesan adalah dapat terbit di Oxford Islamic Studies Online, dimana dua tulisan saya dimuat tentang Post-Conflict in Aceh dan Jama’at Tabligh in Southeast Asia. Beberapa kolega bahkan mengundang saya untuk berkontribusi dalam buku-buku yang mereka edit. Semua proses akademik ini terjadi ketika proses awal menulis buku dilalui dengan perjuangan dan konsisten.
Demikianlah beberapa catatan pengalaman menulis buku yang saya lalu selama 20 tahun. Berikutnya akan kita sambung dengan topik lainnya yaitu Cara Membaca Buku.
Mntap luar biasa p Dr
Benar Pak, nenulislah seperti menulis surat. Saya rasa bila konsep itu kita terapkan maka menulis pun menjadi mudah dan menyenangkan. Kita tidak usah muluk2 supaya tulisan kita disukai semua orang, karena ada orang2 tertentu yg membaca dan mempelajarjnya.
Ditunggu tulisan berikutnya Pak.
mari
Omen, mukeutam prof..
Sangat bermanfaat..
Sepakat Pak, bahwa salah satu cara untuk menulis adalah dengan mendalami teori-teori yang bersangkutan. Karena dari sana lah kita bisa menemukan ide yang teoat dan arah untuk penulisan kita.
Keren pak ilmunya! 👍
Tulisannya berkelas pak.
Ditunggu postingan berikutnya pak Dosen👍
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by pengagumsenja from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Karya femomenal Acehnologi
tapi saya belum sempat baca..hehe
sangat inspirasi gure, kamoe preh, trik selanjut jih....
Luar biasa Pak Prof KBA. Di ulon tuan, jangankan menulis buku, membaca ata yang ka gob tuleeh manteung beu'e ... Terima kasih for sharing Pak Prof...
Saya bukan penulis tapi saya ingin menulis, saya ingin menulis tapi tidak tau apa yang harus saya tulis itulah yang saya alami sekarang, terimakasih atas pengalaman nya semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
Sama-sama Bang.
Congratulations @kba13! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last announcement from @steemitboard!
Subhanallah, Pak. Luar biasa, tulisan yang sangat menginspirasi.
Semoga suatu saat nanti saya bisa mengikuti jejak Bapak dan juga meninggalkan jejak di beberapa provinsi di Indonesia atau bahkan di beberapa negara di Asia.