Dalam khazanah dunia mubaligh atau penceramahan, Indonesia hampir tak pernah kekurangan mubaligh, dai' atau apapun sebutan namanya.
Ketika membahas topik dunia mimbar, ada satu nama yang tak pernah lekang dalam ingatan kita (ummat), beliau adalah K.H Zainuddin MZ. Seorang da'i paket lengkap, berreputasi kaliber, dengan julukan "Da'i Sejuta Ummat".
Mengenang Zainuddin MZ turut membuka ulang memori di salah satu bidang karir saya pada masa lalu. Saat kecil, sering sekali saya mendapati teman-teman yang mengikuti lomba pidato; meniru cara berpidato ala Zainuddin MZ.
Kala itu, entah mengapa saya malah sebaliknya. Saya tak pernah ingin menjadi Zainuddin MZ. Kenapa? Karena saya percaya, bahwa; setiap orang punya mutiara nun jauh dalam dirinya, ia hanya perlu menggali lebih dalam dan sabar. Sebelum kemudian akan di tempa waktu, keadaan serta dimatangkan oleh proses.
Alhamdulillah, saya lulus dan mendapati satu kenyataan; bahwa apa yang saya pilih benar. Dan, di umur saya yang relatif muda kala itu, kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), saya sudah menyadari bahwa; sekalipun ada sosok idola yang begitu menggetarkan, cara menghormatinya tidaklah perlu meng-copy-paste apa-apa saja yang melekat padanya. Karena, segerombolan pengikut yang kalap dan silau, tanpa sadar, telah terjebak ke dalam standar orang lain, lambat laun akan lumpuh dan geraknya terbatas.
Maka, fenomena ala-ala Zainuddin MZ waktu itu menjadi sebuah fakta bahwa ia nya ialah benar lagenda, yang virusnya menjangkiti siapa saja.
Dalam catatan sejarahnya, beberapa literatur menginformasikan bahwa, salah satu puncak kegemilangan Zainuddin MZ ialah pada medio tahun 80 hingga 90-an. Beruntung, saya dan mungkin juga teman-teman sempat menikmati dan mengikuti kiprah beliau, sekalipun sudah pada fase senjakalanya.
Zainuddin MZ nyatanya tidak hanya seorang penceramah atau mubaligh, tetapi lebih jauh, tak berlebihan, Zainuddin MZ telah bertransformasi sebagai tokoh bangsa.
Mimbar dakwah atau ceramah menjadi medium untuk menyampaikan syiar agama, menebarkan pendidikan politik, bahkan ia sempat mendirikan partai politik kala itu (terlepas dari pro kontra yang ada) dengan anggapan bahwa; meredupnya ketenaran Zainuddin MZ lantaran ia ikut berpolitik.
Di lain sisi, Zainuddin MZ adalah guru bangsa, label "Da'i sejuta Ummat" padanya telah membuka ruang baginya untuk mencerdaskan anak bangsa melalui setiap ceramah yang ia sampaikan. Ia paham geopolitik, geoekonomi, tak jarang memuji, lantang mengkritik, urusan dan pemahaman agama tentu tak perlu dipertanyakan lagi.
Fase kegemilangan Zainuddin MZ menandakan puncak keemasan daripada dunia mubaliq di tanah air. Kala itu, saban waktu, di setiap (baik) radio maupun televisi diputarkan ceramahnya.
Maka, apa-apa saja yang melekat padanya merupakan kekayaan kualitas nan matang pada sang dai. Wajar, ketika ia berpulang ke pangkuan ilahi rabbi banyak ummat yang merasakan kehilangan yang mendalam.
Lalu, setelah kepulangannya ke pangkuan sang khalik, menjadi awal dari pada fase meredupnya dunia mubaligh di tanah air. Memang, banyak mulcul mubaligh, dai, penceramah baru, namun, boleh dibilang tak satupun benar-benar khass, juga belum ada yang mampu mengumpulkan massa (ummat) dengan kuantitas yang signifikan.
Pun demikian, kehadiran mubaligh setelah fase kepulangan Zainuddin MZ perlu diapresiasi, mereka tetap lah orang yang tetap mengambil peran di tengah ummat yang kacau balau. Setidaknya, kehadiran mereka menjadi dempul untuk lubang-lubang religius yang kerap menganga.
Waktu berlalu, musim berganti, nun jauh di pulau Sumatra, Provinsi Riau, muncullah seorang da'i kondang bernama Ustazd Abdul Somad. Lelaki berpostur kurus, yang lekat dengan sisi kesederhanaan. Menamatkan S1 nya di Mesir serta S2 nya di Maroko.
Boleh dibilang, 2017 merupakan fase meledaknya popularitas Ustadz Abdul Somad, selanjutnya akan disingkat dengan "UAS". Apa yang menarik dari pada UAS? Ia memiliki pengetahuan agama yang luas, memahami perbedaan lintas Mazhab, tak mudah membid'ahkan orang, menguasai hal-hal kontemporer, punya retorika yang mantap, kaya bahasa, senang menyelipkan humor, paham metodelogi, serta tau makna siasat. Semisal, UAS paham bahwa siasat dakwah di "jaman now" musti menggunakan medium YouTube. Sebuah mimbar, yang sebelumnya tak terbayangkan oleh mubaligh lainnya.
Jelinya UAS dan jajaran orang-orang di sampingnya dengan memanfaatkan YouTube sebagai mimbar dakwah maya, turut memantik kesadaran bersama, bahwa, di jaman serba modern ini, kejelian serta keluesan dengan teknologi adalah keniscayaan.
Tak berlebihan jua, bila kita katakan, bahwa kehadiran UAS dengan YouTube hari ini telah menjadikannya sebagai da'i jaman now yang paling populer. Ia mampu melihat apa yang tak terlihat, dunia digital yang terlanjur terstigma dengan lem hedonis, telah tersyar'i-kan dengan warna dan kehadiran ceramah UAS yang saban detik menjadi trending. Tak heran, bila UAS kemudian menyandang julukan "Da'i Sejuta Viewer".
Antara K.H Zainuddin MZ dan UAS, jika harus mencari korelasi ataupun titik singgung, sebenarnya, kita bisa memulai dari julukan. Keduanya, sama-sama menyandang predikat "Da'i Sejuta", yang membedakan adalah kata ummat dan viewer.
Sederhananya, "ummat" adalah akumulasi jumlah dari pada kumpulan individu. Sedangkan "viewer", ialah jumlah dari pada pengunjung yang melihat ceramah pada konten atau kanal youtube. Yang membedakan adalah medium. Ummat, identik tradisional dengan pola pertemuan mimbar-mubaligh-lapangan/mesjid-ummat. Sedangkan viewer, menyediakan medium lain, tanpa ke mesjid pun dengan waktu tak terbatas, masih bisa menyaksikan dakwah atau ceramah mubaligh. Ummat hanya perlu kuota internet untuk bertatapan dengan UAS dan menyerap ilmunya.
Nah, pendekatan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi inilah menjadi corak tersendiri bagi UAS, juga menjalar kepada para mubaligh lainnya. Dalam hal ummat, ada peningkatan intensitas untuk mendengarkan atau belajar agama dengan pola Googling atau nge-YouTube. Sekalipun, idealnya, hal-hal berbau agama baiknya berguru. Agak tak ada sesat dikemudian hari, serta terhindar dari Mazhab Syaikh Google.
Akhirnya, saya harus menutup tulisan ini, karena terlalu panjang dan melelahkan untuk teman-teman membacanya. Sebenarnya ada banyak hal yang masih ingin saya ulas ala kadarnya. Biarlah di lain kesempatan dijabarkan lagi dan lagi.
Sebagai renungan, kita patut bersyukur, bahwa Allah SWT telah menganugerahkan kepada Indonesia mubaligh handal yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan zaman. Tentu, K.H Zainuddin MZ dan UAS tidak lah sempurna. Ada banyak khilaf bahkan kerap dianggap kontroversi. Lebih dari itu, satu yang pasti, keduanya bukan da'i/mubaligh biasa. Seorang tokoh, merangkap guru bangsa.
Salam hangat nan damai untuk semuanya. Dari Ichsan Maulana @lontuanisme untuk dunia.
Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur panjang kepada seluruh Ulama Indonesa.
Amin ya rabb.
Saya dulu juga sangat sering mendengarkan ceramah dari Ustat K.H Zainuddin M.Z. semoga di tempat kan tempat paling mulia disana. dan semoga UAS dapat sebagai penerang bagi umat islam dalam hal agama serta dalam menjalankan kehidupan pada zaman yang cangih sekarang ini.
@asmauhusna kita beruntung sempat menikmati ceramah ketika Zainuddin MZ masih di alam yang sangat dengan kita. Di lain sisi, doa kita kepada UAS semoga senantiasa sehat wal afiat dan jauh dari segala fitnah. Amin
semangat berdakwah
Berdakwah dollar? Hehe pasti bukan. Bercanda.
Yup, selalu ada ruang lain dan tak sama dalam dakwah. Bahkan dakwah, secara defenisi pun masih bisa dijabarkan sedemikian rupa. Salam @yellsaints24
Semoga makin banyak dai yg hebat seperti mereka
@kakilasak harapan jutaan ummat, semoga!
Meutuah rakaan...mudah2an @lontuanisme menjadi the next Da’i Sejuta SBD hehehe (meuayang beh) 😁
Amin ya rabb. Doa geet dari ureng geet biasa jih maqbul.