Tak ada perdebatan yang lebih awet dan terus saja terbarukan selain perkara hal-hal yang bersumber dari keinginan memenuhi urusan perut.
"Bu Kulah" adalah nasi yang yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk limas, atau layaknya segitiga sama sisi. Nasinya bisa berupa nasi putih biasa, nasi minyak, hingga nasi kuning. Di Aceh, Bu kulah sering dihidangkan pada acara tertentu, baik acara adat, seperti tujuh bulanan perempuan mengandung, acara keagamaan seperti maulidur rasul. Dan lain sebagainnya.
Bu kulah, hanyalah analogi sederhana yang dapat menggambarkan sisi lain dari pada masyarakat kita. Berbentuk limas segitiga sama kaki, adalah sketsa kesetaraan dan kebersamaan antar sesama. Sedangkan sudut-sutnya yang tegas dan runcing, menjadi potret sikap yang prinsipil tetapi sulit menerima perdebatan ulang terhadap apa-apa yang ingin diluruskan kembali, atau, minimal sekadar tanya.
Ada sensitifitas pada bagian tertentu yang mudah terpancing hingga meruncing pada judge atau lakap senonoh pada siapa saja yang bersebrangan.
Sedangkan nasi, dalam term positif ialah simbol dari pada mayoritas dan kemakmuran. Dan kerakusan, dalam term negatif.
Dalam kehidupan kita, acap kali, urusan perut telah menjadi semacam hobi lagi penyakit yang saban waktu kambuh; bertikai, berdebat, saling tuduh sudah menjadi pemandangan biasa, tanpa sadar, semuanya bersumber tak jauh-jauh dari urusan perut.
Makanlah secukupnya. Banyak boleh, rakus jangan. Makanlah nasi hari ini untuk satu waktu, tak perlu disimpan nasi hari ini untuk masa yang panjang. Basi, lagi berpenyakit. Perut kita sebenarnya kecil, yang besar hanyalah nafsu belaka. Mulut kita sejujurnya terbatas, dorongan untuk melahap lah yang kerap membuat mulut berlepotan.
Kadang, kita banyak makan. Tapi sedikit minum. Kadang, kita terlalu banyak menyimpan, lupa menyisihkan. Kadang, kita tau, bahkan paham. Sayang, kita suka memperolok-olok apa yang sudah kita ketahui.
karena urusan perut kita saling merebut. Berdebat karena berbeda pendapat.
Berselisih karena memang kita terlalu pilih-pilih.
Seharusnya @lontuanisme kita harus "sapukheun sapu pakat, sang seneusap meuadoe a".
Saleum @rezqiwahyudi
Idealnya begitu guree @rizqiwahyudi. Namun, ada ketidaksiapan dalam tatanan masyarakat kita untuk beberapa perbedaan. Kadang, yang salah bukan culture-nya. Tapi, lebih ke mindset yang belum cukup dewasa. Pat posisi? Lon na di dr. Kupi, Cunda.
yang penting kenyang,,, haha
Sanad mamam. Nyam-nyam saja. Haha
Mantap!!
"Bu Kulah", merasa lapar setelah baca ini. Heheh
Coba survey di lokasi terdekat, kalau dapat, mamam terus, Zil.
Maka bersyukurlah orang2 seperti kita, yg lambungnya kecil, tdk perlu menghabiskan banyak dana untuk membeli obat diet :)
Say no to obat gemuk. 😀
Tapi maulod jameun now juga mulai dihiasi dengan nasi kotak.. apa makna kotak dan linmas dalam perspektif budaya hahha, ntah apa apa..
Haha. Tinggal diterawang aja bang, nanti ketahuan filosofi nya. Wkkw, entah apa-apa juga.
Tapi, di kampung kami, kemarin waktu, sempat dilarang nasi kotak. Efeknya; kekurangan makanan. Belum pernah kejadian defisit Bu molod. Selalu surplus, kali ini udah kejadian.
Sebenarnya lebih ke pendekatan jaman now sih bang. Beberapa kelas menengah, suka dan mau bermaulid, hanya saja lebih mudah praktis. Beli, bagi, dan mamam kenduri. Lebih ke yang mudah dan gampang-gampang.
orang kayah tapi hana watee, yaa kayak kita kita ini..
Haha. Kaya waktu, tipis dompet. Kaya dompet, seret waktu. #Donya
Bu kulah adalah bukti, bahwa selain rasa, aroma punya peran yang tak kalah penting dalam selera..
Selama dikulah dengan daun pisang, aroma jelas tak tertandingi. Andaipun lauknya biasa-biasa saja, wanginya udah bikin kenyang. Wkwk
Enak banget nasi Maulid, Rindu Aceh.
Emang sekarang lagi dimana? Pulang lah, mamam di Aceh beda rasanya. Wkkw
Tengeh meukat cindoi di LN @lontuanisme
Di Cina peu?
nyoe kana loen lam kawasan, neu piyoh2 syit bak gubuk kamoe beuh
Siap brader. Pu pu na hai nyang ingin diskusikan bek sungkan sagai. Jeut ret WA atau inbox FB.
Sepertinya sudah mulai beradaptasi dengan Steemit. Cepat! Dan pantas untuk penulis beken.
Berkat trick wala ka trick dan mau belajar. Kalau keras kepala, gak akan survive. Thank broe.
Hahaha.. Trik wala ka trik euh.. 🤣🤣
Sama2 bro.. Pokok jih Keep Steem On!
Lapar kita dengan suguhan seperti ini @lontuanisme
Gimana bang @awint, makan kita? Haha
mangat bu kulahnyan, Neu Tijik keukeuno-keuno saboh bungkoh. haahahah
Mudah nya. Pu lom keu droe neuh, pane sep saboh kulah. Mei leut sang baroe pah. Haha. Welcome brader.
Nyaan.. ka deuk teuh. 😁
Mseu Bu Kulah jeut keu saboh tulisan yang bernas. Maka, untuk menghadirkan tulisan2 selanjut jih hana cara laen, yaa... buku lah.
Nyeu meunan? @lontuanisme
Hehe
Nyan hana bantah le. Go mamam!