Saya bangga dan bahagia terlahir sebagai seorang Aceh. Hidup di bumi para aulia dengan Syariat Islam (SI) di dalamnya. Sekalipun saya sadar, masih berlumuran dengan maksiat. Saya juga sangat sadar, bahwa penerapan SI masih banyak kekurangan di sana-sini. Tak peduli kata orang luar bahwa SI adalah bla-bla-bla, padahal orang itu sekalipun tak pernah menginjakkan kakinya di tanah rencong.
Aceh bagi kita adalah kenyataan. Sedangkan bagi mereka mungkin lebih kepada fiksi; Aceh yang dibangun dengan kecurigaan dalam kerangka reka-reka hayal. Sumbernya media semata, ditambah kata si A, sebut si C. Lalu digoreng dengan analisa merenung kala BAB, ditularkan kepada rekan yang sedang asyik saling menguntit kutu pada rambut kusut tak pernah kramas.
Konflik, pemberontak, keras kepal dan tak tau diuntung ialah apa-apa saja segiempat imitasi yang disematkan. Dia tak pernah jalan-jalan kemari, duduk ngopi hingga dini hari, tanpa preman yang memalak, tiada begal yang sadis menjungkal. Mereka lupa, bahwa di daerahnya banyak yang mati berjamaah karena miras oplosan. Sedangkan kita, hampir tak pernah mendengar kabar itu.
Ada yang bilang tanah Serambi Mekkah ini sok religius dengan segala kekolotan yang melekat. Wajar, mereka hanya melihat keagungan Mesjid Raya Baiturrahman (MRB) pada iklan tv kala azan ditayangkan. Atau, malah hanya sebatas menyaksikan lewat cuplikan tv nasional di momen ramadan. Mereka tak pernah datang bertanya pada agama selain Islam yang bermukim di Aceh; betapa amannya hidup di sini.
Aceh itu pantang tertimpa malang dan nahas. Sekali saja tertimpa, diungkit-ungkitnya ini itu, dicari-carinya keburukan Aceh. Lalu, dinarasikan di berbagai kanal medsos. Aceh yang mereka update, lebih sering Aceh yang dibangun dengan kebencian, tapi dibalut dengan (seolah-olah) kata sayang. Mereka selalu menuduh Aceh terlalu curiga, duh, kadang mereka gagal sadar, bahwa merekalah yang sepertinya terlalu curiga terhadap Aceh.
Jika terlalu sulit mengakui Aceh, setidak-tidaknya tak perlu repot untuk kepo apalagi sok peduli. Andaipun Aceh hanya seupil dari segalanya hal, janganlah terlalu merasa bahwa engkaulah hidungnya. Mungkin, debu dan polusi di luar sana yang menjadi upil ini, adalah engkau. Andaipun engkau itu sukar berwudhu, minimal basuhlah muka saat bangun pagi. Kadang tak begitu penting bagimu sinaran cahaya di wajah, setidaknya tak ada lagi taik mata yang mengeras.
Darah merah yang mengalir dalam tubuh kami, adalah darah yang mengalir dengan asma-Nya. Yang didoakan para guree dan teugku saat di-peucicap kecil dulu. Semangat yang terus terpatri dalam jiwa ini, merupakan perpanjangan asa dari segala harapan dan cita leluhur, mereka yang kami sebut pejuang dan Indatu. Tangan kami tak berat, ringan mengulur, erat dalam bergenggaman tangan dalam kebersamaan. Sekalipun kami tahu, kami ini, terlampau sering kehilangan rencong di kiri-kanan pinggang. Entah karena terlalu ramah, atau, Pinto Aceh yang berwibawa itu tampak begitu polos di mata orang lain.
Satu hal yang saya percaya dan yakini, bahwa kelebihan Aceh terletak pada keberkahannya. Barangkali, terkesan sebuah keyakinan yang metafisis. Sebab untuk membuktikan bagaimana wujud keberkahan itu, tak segamblang kalkulasi matematika hingga statistika. Tak perlu anda percaya pun tak apa-apa. Keberkahan itu begitu terasa nun jauh di hati terdalam, layak ya keberadaan nafas dan nyawa, sakral sekalipun tak berbentuk kasat mata.
Que bellas fotos!!!
Thank.
Mewakili apa yang aku pikirkan....
Jika masih sedikit terwakilinya, silah ditambah dan diperpanjang lagi. Biar lebih nyeees!
Congratulations @lontuanisme! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - Russia vs Croatia
Participate in the SteemitBoard World Cup Contest!
Collect World Cup badges and win free SBD
Support the Gold Sponsors of the contest: @good-karma and @lukestokes