Mahdi : Perjalanan Pulang (Bukan kisah Cinta bagian kedua - Tamat)

in #indonesia7 years ago

WhatsApp Image 2018-05-22 at 02.38.32.jpeg

Ini adalah kondisi little meet-up di KSI Chapter Pidie, tampak diatas meja terdapat 4 gelas Kopi Pancung yang sebenarnya ada 6 gelas, dua gelas lagi tertutup sama besarnya badan bang @rezaacoi.

Cerita Sebelumnya

Sebelum sampai ke Bireun City bahkan sebelum siang berubah menjadi malam aku sempat memperhatikan beberapa pekerja yang bekerja menggunakan mesin Las yang sedang mengelas pagar sebuah area perkantoran, pemandangan itu membawa khayalanku kembali kemasa kecil dulu. Aku sempat bercita-cita menjadi tukang las. Aku dulu begitu karena menganggap pekerjaan menjadi tukang las itu sama dengan bermain kembang api. Bermain kembang api hanya dapat aku rasakan ketika hari Raya Idul Fitri tiba, karena hari raya adalah hari yang menyenangkan, selain bermain dengan kembang api, kami juga sering membuat senter batok, kemudian bermain sedikit atraksi api dengan cara mencairkan lilin di tutup botol limun kemudian menyemburkan air untuk mendapatkan sensasi kejut karena api tiba-tiba membesar menjulang tinggi setinggi badan kami yang masih anak-anak, selain itu ketika Hari Raya tentu saja THR yang tak ada henti-hentinya berdatangan silih berganti membuat suasana lebaran lebih menyenangkan lagi, pokoknya Hari Raya Idul Fitri adalah kebahagiaan yang sama rasanya seperti tim sepakbola Eropa kesayanganmu juara Liga Champions. itulah kenapa dulu aku bercita-cita menjadi Tukang Las.

Aku menghayal sambil terus melanjutkan perjalanan yang membuat aku tak sadar bahwa matahari kian terbenam, cakrawala berubah menjadi merah, perjalanan terus berlanjut hingga kami tiba di Kota Juang, Lebih Tepatnya di Blackstar Coffee.

Pembicaraan kami di Blackstar Coffee tidak sepenuhnya serius, hanya ketika bersinggungan dengan pembahasan kesenian barulah kami benar-benar berdiskusi, diluar topik tersebut kami hanya bercanda sambil mengamati kelakuan dedek-dedek gemes yang kedapatan sering curi curi pandang ke arah kami berdua.

Blackstar betul-betul kedai kopinya para Steemian, bagaimana tidak, dari hasil curi dengar ku hampir disemua meja yang berdekatan dengan kami pembicaraan mereka adalah tentang steemit dan steem, sebagian lagi membicarakan tentang Coin atau Cryptocurrency. Luar biasa memang pengaruh bang @albertjester ini. Semoga maju terus dengan Steemit dan Coffee shop-nya Bang Albert, semoga pelayanannya semakin bagus, kopinya semakin lebih enak lagi, pengunjungnya semakin ramai.

Sementara kami duduk kami memesan dua nasi goreng, dengan minuman yang aku pesan Black Coffee dan si Nizar memesan Teh Hangat yang nggak boleh manis-manis kali karena dia merasa sudah manis. Pembicaraan kami mengalir begitu lancarnya seperti diskusi yang sudah direncanakan dan sudah ada modulnya, tapi masa-masa buat modul sudah kami lewati dulu, diskusi kali ini murni dari pengalaman kami. Kami berdiskusi tentang masalah kepercayaan pemerintah di bidang kesenian dan pariwisata terhadap penduduknya sungguh sangat mengkhawatirkan.

Nizar berargumen, "kenapa kita selalu lebih percaya kepada orang asing daripada kepada orang-orang kita sendiri ? padahal apa yang dipikirkan dan direncanakan oleh mereka sama sekali tidak berbeda dengan apa yang bisa kita pikirkan dan laksanakan, bahkan sebagai orang Aceh kita bisa berbuat lebih karena kita mengerti budaya kita sendiri, adat kita sendiri, dan lalu kita juga tau apa yang orang-orang kita butuh dan inginkan untuk disaksikan, tapi pemerintahan kita lebih percaya kepada orang lain diluar Aceh untuk menggelar berbagai macam acara milik instansi pemerintahan Aceh ini". si Nizar berbicara begitu dengan semangatnya. kemudian aku juga seperti merasakan Deja Vu karena juga pernah mengalami hal yang sama.

IMG-20170311-WA0017.jpg
Mereka ini adalah orang orang kreatif dari Takengon.

"aku juga pernah begitu Zar" ucapku. " dulu kami dan beberapa orang temanku diundang ke salah satu Dinas untuk urusan pengembangan Pariwisata, katanya ada pelatihan dari orang Jogjakarta sebagai konsultan pengembangan pariwisata untuk dinas terkait, kau tau Zar, apa yang mereka rencanakan dan apa yang mereka ajarkan kepada kami adalah hal-hal yang sudah kami kerjakan dan laksanakan, mereka berencana meningkatkan pengunjung dengan media sosial yang mana sudah kami praktikkan melalui beberapa akun Instagram yang sudah punya ribuan bahkan ratus ribuan follower. Lalu mereka juga merencanakan kampung wisata yang beberapa tahun sebelumnya juga sudah kami gagas. bahkan mereka belum pernah sama sekali berhadapan dengan masyarakat setempat yang sebagian bengalnya minta ampun". kataku menimpali apa yang Nizar resahkan.

Aku nggak tau sebabnya kenapa, tapi memang sudah begitu, orang-orang mau lihat hasil, bukan bagaimana prosesnya. Kalau kalau masih naik sepeda motor suaramu akan terdengar kecil, beda halnya bila kau naik mobil , walaupun mobil sejuta ummat seperti Avanza yang namanya mobil tetaplah mobil, bisa membuat orang-orang mendengarkan apa yang kita bilang, bodoh pun kita cerita tetap bagus ditelinga pendengar kalau kita punya mobil. Terus apalagi hal lain yang bisa membuat kita bisa didengar ? kekuasaan ! ya, kekuasaan membuat kita akan didengar banyak orang walaupun pernyataan kita itu terkadang tolol. Sayang sekali kalau kau cerdas tapi cuma naik sepeda motor Grand seperti bang @sangdiyus itu. Kau tidak akan didengar kecuali oleh orang yang sama sepertimu Zar. sama maksudku adalah senasib Zar, itupun dalam sesi Curhat, contohnya aku yang senang senang saja mendengar ceritamu tadi karena aku juga pernah mengalami hal yang serupa kawan.

Keberhasilan selalu saja menjadi tolak ukur, namun sayangnya tolak ukur tersebut seringkali berupa materi, jadi kalau kau bisa membeli mobil dari apa yang kau bicarakan orang-orang akan mengikutimu. Karena budaya kita memang bukan budaya pionir atau budaya pencipta, budaya kita adalah budaya ikut ikutan Zar. Kata Mahdi mengakhiri kalimatnya.

Pembicaraan terakhir terlaksana setelah kami melahap nasi goreng dan minum kopi juga teh. setelah merasa bosan aku dan Nizar turun dengan niat untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Nizar. Kami turun kemudian menemui bang Albert yang sedang duduk bersama teman-temannya yang aku tidak kenal.

Dalam perjalanan menuju ke rumah nizar kami singgah di pasar daging di sebuah pasar yang masih berada dalam wilayah juridistik kota Bireun. kami singgah agar si Nizar bisa membuat rally status WA dan juga Snapgramnya yang masih dengan tema "Mencari Daging Meugang".

IMG-20170517-WA0017.jpg

Tak ada daging, kareng pun jadi.

Sampai di rumah Nizar kami langsung tertidur pulas, hingga akhirnya subuh menjelang kami bangun setelah shalat, mandi, makan, dan berkemas aku pun berangkat dengan tujuan awal langsung menuju ke Takengon, namun karena jarak Krueng Geukuh dengan kota Lhokseumawe hanya berjarak 20 menit saja, maka sebelum sampai SPBU simpang KKA aku memutar balik arah sepeda motorku menuju kota Lhokseumawe, maaf bang @levycore tidak sempat aku kabari, soalnya aku yakin kalian pun sedang sibuk Meugang dirumah, aku hanya menelpon beberapa kolega seperti bang Koko, Pimen, dan Ebi sebagai pemilik Kedai Kopi Cek Gu. Tujuanku kemari hanya untuk bersilaturrahmi.

Tak lupa juga sempat berkabar dengan Bang @teukumukhlis yang merupakan salah seorang seniorku di Teater Rongsokan Aceh dulu. Aku tidak sempat menghubungi Bang @filemunir karen bila aku hubungi beliau maka aku bisa dipastikan tidak boleh pulang dulu, haha, maaf senior ya.

Menjelang sore hari barulah aku berangkat menuju kota Takengon via jalan KKA, setelah masuk ke tanjakan Gunung salak hingga sampai di rumah aku diguyur hujan tanpa jeda. hebatnya aku masih sempat melaksanakan Shalat isya yang dilanjutkan dengan tarawih pertama hari itu, seolah perjalananku yang 24 jam itu hanyalah sebuah perjalanan dari rumah ke pasar saja.

baiklah, dengan sampai nya aku dirumah maka berakhir pulalah perjalanan pulangku, terima kasih untuk teman-teman atas do'a nya sehingga aku tidak mendapati kendala yang berarti hingga sampai dirumah.

tamat.

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

logo Steemit Gayo  1.jpeg

Sort:  

Yg sabar ya.😀

hahaha, sabar emang udah harus, cuma itu yang kita punya.

Alhamdulillah, senang mendengarmu telah sampai rumah dg selamat. Rice cookernya ga ketinggalan kan?

hahaha, ini kayak sekongkol sama kak @fararizky ya kak @alaikaabdullah, pada nanyain rice cookernya hahaha

Memang mengasikan.. Mantap lah @mahlizarsafdi . Keren perjalanannya

pengen diulangi lagi bang hahaha

@mahlizarsafdi memang luar biasa.... Jarang2 ada orang seperti anda...

hahaha, ada 7 di dunia ini yang kayak aku bang @rozaaceh ...

Ah.. . Masa iya.... Ndak coyo....

cari lh kalau nggak percaya hehehe

Tak ada daging, kareng pun jadi. Inilah ujian terberat orang kalau lagi puasa. Mohon jangan sampai diulang lagi dalam bulan puasa goreng kareng apalagi ikan asin. Hahaha.. Saya belajar banyak dari tulisan ini. Terimakasih banyak.

intinya, tuntutan hidup akan terus meningkat, cuma bagaimana kita bersyukur dengan apa yang kita punya, jadi, tak ada daging, kareng pun jadi.

Eiiitttsss... jangan salah, Wak... meski bagi orang itu cuma kreta Grand, tapi itulah kepercayaan orang yang dititipkan padaku. Aku lebih memilih aspek kepercayaan dalam meninjau titipan berupa kreta Grand.

Hahahahahaha...

Laen peu ta peugah...

PS: Sepertinya yang kau maksud di paragraf 11 itu adalah 'yurisdiksi', bukan juridistik, Wak...
CMIIW

yeaaay, akhirnya dikoreksi. yups, trust is priceless bang...

Ukuran suara di dengar adalah materi, dan anda bukan siapa - siapa tanpa materi, bahkan jika anda pernah sukses kemudian jatuh maka anda akan di anggap sampah, Ya begitulah masih negeri kita yg tercinta ini

begitulah bang.