HUJAN
Mestinya aku menyadari
Tidak semua kenyataan benar kuterima
Mencoba kembali bangkit
Mengumpulkan lentingan daun patah
Menyusun rangkaian rasa yang terserak
Hujan membantuku menangis
Menyamarkan teriakan kebencian
Melarutkan kedukaan
Meluruhkan kesedihan
Air mata pun menjadi tak berguna
Ketika tangisan darah lebih memilukan
Seperti hujan yang semakin deras
Dan bendungan yang semakin rapuh
Aku kian melemah dan tak sanggup lagi bertahan
Aku pun hilang diantara rintihan
R.A. 2007
Puisi diatas ditulis saat ulang tahun yang ke 16 dan sampai sekarang masih tersimpan rapi di diary saya. Jaman SMA yang alay bin lebay dulu, sekarang entah mengapa sudah tidak bisa lagi nulis puisi gini. Sebenarnya malu sih nulis ini (tidak begitu ingat apa pernah diposting di facebook saya atau enggak) tapi ya sudahlah biar ada bahan postingan jadi ditulis saja.
Kalau ditanya kenapa patah hati maka saya hanya akan menjelaskan dengan mengutip sedikit kata-kata dari novel Perempuan Suci yang ditulis oleh Qaisha Shahraz dibawah ini.
“Akhirnya yang kukira emas dan kuinginkan sepanjang waktu ternyata hanyalah kuningan, barang sepuhan !!”.