Telah disebutkan di bab sebelumnya, bahwa keilmuan yang Tauhidik adalah keilmuan yang menyertakan Allah di dalamnya. Begitupun, pemikir Aceh yang terdahulu telah mewariskan hubungan yang baik antara manusia dengan sang pencipta, alam, dan sesama. Sejarah Aceh, menjadi hal yang penting di Sejarah Asia Tenggara. Di dalam Sejarah Indonesia, harusnya Aceh menjadi sejarah yang terpenting, namun hal ini melebur karena Jawa centris telah mendominasi Sejarah Indonesia.
Di dalam buku ini di angkat sebagai akhir isu, yaitu dinamika intelektual dan hasil pemikiran orang Aceh pada era modern. Di sini isu seperti pemahaman Fiqh Indonesia agaknya merupakan salah satu warisan pemikiran ke-Aceh-an uang dijadikan sebagai dasar pembaharuan pemikiran hukum Islam di Indonesia dan bahkan sudah mulai diadopsi di Malaysia. Karena itu, pembulatan ide mengenai Acehnologi merupakan satu titik kebangkitan era intelektual orang Aceh yang didasarkan pada sejarah pemikiran yang muncul di dalam masyarakat Aceh sendiri. Dengan kata lain, Acehnologi bermula dati falsafah dari droe keu droe (dari diri sendiri ke diri sendiri). Bangunan keilmuan “dari diri sendiri ke diri sendiri” merupakan arah baru studi ke-Aceh-an. Dengan kata lain merupakan proses pencarian Iself orang Aceh yang hakiki dan substansif.
Di dalam beberapa hal ini ramuan intelektual akan berfungsi, yaitu :
Pertama, orang Aceh akan kembali membuka konteks historis dan belajar dari kesadaran sejarah untuk membangun perdaban baru.
Kedua, orang Aceh harus mau memahami konsep “dari diri sendiri ke diri sendiri” dalam satu bingkai identitas yang utuh dan bertujuan untuk meningkatkan proses penyadaran akan pentingnya mengenai pemahaman diri ketika menyusun studi Acehnologi.
Ketiga, orang Aceh mesti mulai belajar akan mimpi apa yang akan dihasilkan untuk merancang masa depan.
Sebagaimana disebutkan di awal, bahwa banyak tanggapan tentang Acehnologi ini, salah satunya adalah bahwa Acehnologi terlalu dini untuk menyebut ilmu ke-aceh-an. Untuk menjawab ini, selain Aceh memiliki sejarah keilmuan, Aceh juga harus memiliki pondasi yang kuat. Caranya adalah menggali semua ilmu-ilmu yang dihasilkan oleh Aceh. Hal ini disebut dengan filsafat Aceh. Disini sejarah juga sangat berpengaruh di dalam adanya istilah Acehnologi. Acehnologi muncul karena adanya peran serta antropologi di dalam pemikiran tentang kultur budaya, sosial, maupun histori.
Apakah ada isi ketika semua disiplin ilmu-ilmu tersebut dikatakan dengan kata “Aceh”? Jawaban secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi, Aceh’, “ilmu politik Aceh”, “sosiologi Aceh”, “antropologi Aceh”, “budaya Aceh”, “sastra Aceh”, “sosiologi Aceh”, “antropologi Aceh”, “budaya Aceh”, “sastra Aceh”, dan “seni Aceh”. Ketika dimunculkan istilah-istilah bidang keilmuan tersebut dengan dilekatkan kata “Aceh” akan membuat kita yakin atau ragu-ragu akan keberadaan Acehnologi. Sebab, disiplin keilmuan, erutama ilmu-ilmu sosial dan humaniora muncul di dalam tradisi keilmuan bangsa Eropa.
Ketika dimunculkan sub-bidang ilmu dalam Acehnologi yaitu: Filsafat Aceh, Sejarah Aceh, Sosiologi Aceh, Antropologi Aceh, Sastra Aceh, Arkeologi Aceh, Politik Aceh, dan Studi Keyakinan, maka objek ilmu tersebut adalah apa saja yang terjadi di dalam ruang dan waktu di negeri Aceh yang terkait dengan ilmu-ilmu tersebut.
Agar kita mudah memahami arah Acehnologi dalam ranah keilmuan sosial dan humaniora, maka berikut disajikan pembidangan ilmu yang dimunculkan disiplin Acehnologi:
- Sejarah Aceh, yaitu ilmu yang mengkaji seluk beluk peristiwa, baik masa lalu, masa sekarang, dam masa depan di Aceh.Kejadian atau peristiwa yang berlaku di dalam ruang dan waktu di Aceh menopang akar filosofis sub-disiplin keilmuan non-Aceh. Hal serupa yang berlaku ketika dikupas sejarah Aceh pasca bergabung dengan Indonesia. Peristiwa di Aceh dipandang sebagai akar sejarah kesadaran nasionalisme Indonesia.
- Filsafat, yaitu salah satu cabang yang berusaha membahas fondasi ilmu yang bersifat metafisika dan diupayakan menjadi bangunan ilmu yang kokoh. Sedangkan Filsafat Aceh berupaya mengali ilmu-ilmu yang dihasilkan di Aceh, baik secara fisika maupun metafisika. Di dalam buku ini dapat dipungkiri sebagai upaya untuk menata fondasi Acehnologi dari filsafat Aceh. Ranah filsafat Aceh di dalam Acehnologi akan memainkan peran tersendiri, terutama untuk menemukan kembali fondasi metafisika sistem berpikir orang Aceh.
- Sosiologi Aceh
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu yang berusaha mengupas seluk beluk kehidupan masyarakat. Kajian Sosiologi Aceh memberikan warna tersendiri, karena yang dikaji adalah masyarakat Aceh yang penuh dengan dinamika sosial. Di dalam kajian ini dipusatkan pada gambaran masyarakat Aceh yang ditelaah melalui ilmu sosiologi. Rakyat Aceh juga selalu mencoba merespon setiap dinamika yang berkembang baik di tingkat nasional maupun internasional. Karena, Acehnologi berupaya memahami dinamika tersebut dengan memuat nilai-nilai identitas Ke-Aceh-an. - Antropologi Aceh
Ilmu Antropologi memang cukup akrab dengan masyarakat Aceh. Disebabkan karena, sebagai daerah yang tidak pernah mampu ditaklukkan oleh penjajah, para Antropologi berusaha datang ke Aceh untuk emahami kebudayaan masyarakat Aceh. Dapat dikatakan pula bahwa kemunculan istilah Acehnologi merupakan hasil buah pikir dari pemahaman terhadap kehidupan rakyat Aceh, baik secara kultur, sosial, maupun historis yang sedikit banyak dibantu oleh Antropologi. - Sastra Aceh
Dalam hal ini, berulang kali disampaikan bahwa posisi Hamzah Fansuri sebagai ulama tasawuf dan juga sarjana sastra di Aceh telah membentuk satu fondasi ilmu sastra yang berakar pada Islam. Karya-karya sastra terkadang digiring pada kajian sastra di dalam Dunia Melayu. Karena disebabkan oleh bahasa yang digunakan oleh pujangga dari Aceh lebih dominan melalui bahasa Melayu. Karya sastra dari Aceh yang mengunakan bahasa Aceh seperti Hikayat, Hadid Maja, dan Nadham Aceh yang sampai hari ini masih diperjual belikan di seluruh Aceh. Karena itu, Acehnologi tidak dapat mengabaikan sastra Aceh.
- Studi Religi
Studi Diniyyah yang rangka Acehnologi bukanlah semata ingin menelisik Islam, melainkan tradisi-tradisi keyakinan lainnya yang berkembang di Aceh. Sebagai penulis yang memiliki latar belakang Islamic Studies, dalam buku Acehnologi akan banyak menyoroti tradisi-tradisi keislaman yang dipraktikkan oleh orang Aceh. Hal ini mengindikasikan bahwa Studi Diniyyah sebagai salah satru ranah Acehnologi yang telah berkembang pesat. Ranah Studi Diniyyah di Aceh memang tersebar ke berbagai sub-disiplin ilmu, mulai dari kajian tentang doktrin, ajaran, norma, sistem religi, hingga pada perbandingan din. Dalam kajian Diniyyah, bersandarkan pada Islam juga, yang terdistribusikan dalam ranah kajian teologi, akhlak, fiqh, tafsir, tasawuf, hingga pemikiran Islam kontemporer. - Politik Aceh
Para sarjana telah menghasilkan kajian yang menyangkut persoalan politik di Aceh. Akan tretapi, studi Politik Aceh tentu akan berangkat dari nilai-nilai dan spirit yang terdapat di dalam masyarakat Aceh. Persoalan kata perjuangan politik di kalangan rakyat Aceh tidak pernah dapat dipadamkan hingga hari imi, karena kajian Politik Aceh akan mengunadang sejumlah asumsi bagaimana mencari akar-akar pemikiran di Aceh, untuk menopang sub-displin dari Acehnologi.
Demikianlah beberapa sub-disiplin dalam kajian Acehnologi bab 3 ini, telah mencoba memaparkan wilayah kajian Acehnologi. Dan dapat disimpulkan dalam bab ini yang telah menarasikan arah dan tujuan Acehnologi, untuk memperdalam lagi pada bagian berikutnya. Pada bagian pertama memberikan alasan dan tujuan yang kuat, mengapa studi Aceh perlu dibangkitkan ? Upaya untuk mencari dasar-dasar keilmuan bagi peneguhan Acehnologi dalam kajian ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dan pada bagian kedua akan mengupas tentang fondasi metafisika Acehnologi. Dalam hal ini, apapun bentuk keilmuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan, selalu berada di atas suatu fondasi metafisika.
Mantap that postingan jih nyan, bereh
Terimakasih :)
Postingan yang bagus. Terus lah berkarya. Dan menulis artikel selanjutnya
terimakasih kak :)