Sejenak kutatap kesedihan, kala ibu diiming-imingkan kursi sofa. Diberi kuasa menindak bijaksana, janjinya. Dengan gelimangan harta yang melimpah, lalu ijazah ditukar sebagai bukti yang sah.
Sejenak kutanya, adakah ibu tahu tentang kursi sofa?, lantas mengapa ibu mau diajak untuk diimingkan-imingkan kuasa?... Bukankah ibu tahu, pekerjaan rumah tangga tak serupa dengan duduk di kursi sofa?...
Apakah ini pembodohan ataukah sadar adanya ketidakwajaran?
Ku tatap lagi, rupanya memang girang sekali pada janji-janji yang khalayaknya adalah mimpi. Semoga saja yang kutakutkan tidak terjadi...
Nikmat serasa menyengat, khawatirkan resah dalam dekapan air ludah. Pahit, terbangun dari alam mimpi yang mengajakku berkelahi dengan penguasa dunia penuh misteri. Aku terpental jauh, bangunku dengan menopang pada lutut yang berdarah. Aku takkan kalah, semestinya ini adalah pertarunganku dengan mereka. Makhluk berdarah yang tak memiliki hati dan resah. Aku harus bangkit dan semesta telah bersamaku, melewati pikiran buntu yang menyerang kelemahan nurani. Nafsu berseruput dengan hawa hitam, aku belum kalah dan semangatku terus membara, membakar lelah dari kemunafikan dunia.
Itulah sepotong mimpi yang datang berziarah kepada malamku, hingga lelah menawarkan menu khasnya. Aku duduk di bangku sudut jalan, menikmati aura senja pelataran di pendopo. Lalu lalang binatang besi dari yang berkaki dua sampai pula yang berkaki empat. Dari yang merayap hingga berdiri di persimpangan meratap. Menunjukkan asa yang menetes karena kegagalan hidup, yang dibasahi air mata redup. Kucoba tatap langit, ada kelam yang menghujam, ada hitam yang menunggu malam. Kiraku adalah gerimis, rupanya itu hanya senandung pilu alam.
Jernih, air putih yang murni mengisi tenggorokan kering. Aku sadar, kekuatan terhebat yang tertanam dalam diri adalah semangat. Lalu harapan yang menjadi peluru untuk menembus dinding semu. Melubangi resah hingga cahaya menerangi hati yang gundah. Jangan melihat langit tapi lihatlah tanah, disebabkan tanah mampu menembuskan waktu. Ada dunia dibalik dunia, ada yang hidup dibalik yang mati dan ada tunas baru yang menghijaukan mata. Hidup adalah tuas, kita yang memegang kendali dan ketahuilah semua yang terjadi tidak lepas dari Kun Fayakun-NYA. Hidup adalah mencari ridha bukan menambah dosa dan ingatlah kita tak ada kuasa untuk menghakimi sesama manusia. Jangan hanya melihat bercak noda di baju orang tapi perhatikan juga bercak noda di bajumu sendiri...
The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!Hello @murazriksi91, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine.
Thank you @creativecrypto as high as the sky and as wide as the ocean for your appreciation to me. Hopefully not bored with my confession in steemit. Greetings literacy