Kami duduk pada sebuah warung kopi di kawasan Cinere (perbatasan Jakarta Selatan dengan Depok) Sabtu malam, 22 September 2019. Kami janjian bertemu setelah urusan kerjaan saya selesai. "Bawa beberapa buku ya, siapa tahu ada kawan lain mau beli," kata saya lewat pesan WhatsApp. "Oke bang," balas penyair itu, @imansembada, dari seberang. Lalu, tepat pada waktu yang disepakati dia muncul. Seorang kawan lain, @willyana sudah lebih dulu datang.
Maka, kami bertiga mencari warung kopi, bukan hanya yang enak untuk duduk, tapi mudah untuk parkir. Ada beberapa warung kopi agak besar namun terlalu mepet ke jalan sehingga sulit untuk parkir.
Saya lalu memilih sebuah warung kopi kecil yang ada tempat parkir. Saya menemukan begitu saja warung kopi itu sambil jalan. Warung kopi murah-meriah itu dikelola oleh anak muda usia dua puluhan awal. Sambil memesan minum, sang penyair itu pun mengeluarkan dua buku puisi berjudul "Orang Jawa di Suriname". "Berapa ini?" tanya saya sambil membuka plastik wrapping buku setebal 76 halaman itu. "Gak usah bang," ujarnya. Maksudnya, tidak usah bayar.
Tapi saya dan Willy Ana menolak untuk menerima jika tidak mau dibayar. Saya sudah punya komitmen pada diri sendiri untuk membeli buku karya kawan-kawan, yang saya anggap karyanya menarik. Tidak mau dikasih gratis. Saya pun pernah memunculkan tagar #belibukusastra di Facebook dan Twitter. Buat saya, teman-teman yang menerbitkan buku -- dengan kurasi yang baik dan karyanya segar -- wajib beli. Jangan biasakan minta gratis.
Apakah semua buku sastra saya beli? Tidak. Saya hanya mau membeli buku-buku yang segar. Di luar itu saya tidak beli. Saya menghormati dan mengapresiasi orang-orang yang sungguh-sungguh berkarya, bukan karena ingin dikenal atau yang mengejar "pangkat" penyair. Satu lagi: saya juga tidak akan membeli buku kalau penulisnya memaksa-maksa -- sehebat apa pun puisinya.
Kembali ke buku puisi "Orang Jawa di Suriname" karya Iman Sembada, saya langsung membaca beberapa puisi di dalamnya. Kesan saya?
Bersambung..... Atau datang pada talkshow buku di Roti Bakar 88 Pamulang, 6 Oktober 2019 (lihat poster).
Terima kasih bang MI....