Saya kira untuk menghidupkan sebuah museum, pemerintah daerah harus menggandeng komunitas-komunitas kreatif, misalnya komunitas fotografi, film, sastra, juga para pecinta sejarah. Ini tentu saja tak sulit. Bahkan mereka juga tidak perlu dibayar, tinggal disupport saja acara-acara mereka untuk diadakan di museum. Bahkan mereka bisa dikumpulkan dan dibentuk Komunitas Pecinta Museum. Tapi masalahnya mungkin ini tidak terpikirkan oleh dinas (atau pejabat) yang mengurusi urusan museum ini. Atau mereka memang tak perduli? Tapi sayang saja monumen penting semacam ini terlantar.
You are viewing a single comment's thread from:
Terpikirkan mungkin ada Bang @musimail, tetapi untuk menjalankannya yang tidak ada keinginan. Banyak faktor yang jadi penyebabnya, antara lain dinas bersangkutan hanya melakukan program pragmatis saja. Tidak ada kreativitas dalam menyusun program. Belum lagi kepala dinas yang menyusun agenda kerja seperti di atas, tiba-tiba dimutasi karena tidak sesuai dengan selera kepala daerah.