MASYARAKAT Kabupaten Aceh Timur dikenal tegas. Tapi tidak keras. Mayoritas orang Aceh Timur juga dikenal lugas. Bicara seperlunya, hidup apa adanya dan kuat beragama. Orang Aceh Timur terkesan enggan basa-basi. Namun, tetap bersimpati dan ber-empati tinggi.
Sayangnya, serentetan kasus kekerasan yang terjadi dalam setahun terakhir, mencoreng citra baik Aceh Timur di mata orang luar. Mulai dari penembakan ayah di depan anak yang masih balita, membacok tetangga hanya gara-gara mercon, hingga membunuh orang karena diduga berbuat mesum.
“ Banyak orang luar, sekarang mengira orang Aceh Timur kejam-kejam. Salah sedikit, main parang. Sudah macam ocehan pemabuk amatiran di kota Medan; Kau senggol aku, kau kubacok !!!,” kata Ahmad, 37, putra asli Aceh Timur yang kini merantau di negeri jiran—Malaysia.
Sepanjang Agustus 2016 hingga Juli 2017, setidaknya terjadi 15 kasus kekerasan sadis di kabupaten Aceh Timur. Tujuh korban meninggal dunia dan delapan lainnya mesti dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) akibat luka berat.
Teranyar, seorang anggota Sat Pol PP, M Iqbal, 28, penduduk Dusun Perdamaian Desa Buket Pala, Kec. Ranto Peureulak, kritis dibacok dengan parang oleh Abdullah, 70, warga Dusun Teladan, desa yang sama, Minggu 30 Juli 2017.
Iqbal dikabarkan lebih dulu merusak tempat penyulingan minyak milik Abdullah lantaran mengklaim tanah tempat bangunan itu dibangun adalah tanah miliknya. Abdullah sempat minta Iqbal bicara baik-baik. Namun, Iqbal malah makin emosi lalu meninju Abdullah. Sejurus kemudian, Abdullah yang memang sedang memegang parang, spontan membacok Iqbal di bagian kepala sebelah kiri.
Di hari yang sama, Ilyas, 32, asal Desa M 7 Kec. Nurussalam—Bagok, babak belur dihakimi massa lantaran kepergok mencuri sebuah laptop dan dua Hp, di salah satu rumah warga Desa Dama Pulo, Kec. Idi Rayeuk. Ilyas dilarikan ke IGD RS dr Zubir Mahmud Idi dengan kondisi luka sobek hampir sekujur tubuh.
Sekitar sepekan sebelum Ilyas remuk dihajar warga, seorang Satpam PT Medco E&P Malaka juga sekarat dibacok dengan parang, dekat pos tempat ia bertugas di kawasn Alue Siwah Nurussalam, Selasa 25 Juli 2017. Korban Ridwan, 30, warga Desa Paya Laman Kec. Banda Alam, Aceh Timur. Sedangkan pelaku Rizki, 20, asal Desa Panton Rayeuk,Kec. Banda Alam. Rizki diduga tersinggung gara-gara korban melarangnya bermain domino di Pos Satpam.
Enam hari sebelum Satpam Medco ini dibacok, Dani Syahputra, 24, warga Desa Bantayan, Kec. Nurussalam—Bagok, meninggal dunia setelah dianiaya oleh sejumlah warga di Desa Pasir Putih, Kec. Peureulak. Korban dihakimi karena diduga kuat telah berbuat mesum, di salah satu rumah kontrakan di desa itu. Tak lama berselang, lima pria yang diduga sebagai pelaku penganiayaan ditangkap dan ditahan di Mapolres Aceh Timur, di Peudawa.
Sebelumnya, seorang polisi berpangkat Briptu, Dhani Marishi, asal Karang Baru, Aceh Tamiang, juga kritis dibacok di Desa Blang Bitra, Kec. Peureulak, Rabu 21 Juni 2017. Pelaku Danil warga Leuge Peureulak. Danil disebut-sebut teman korban. Sementara penyebab kejadian diduga gara-gara cek-cok terkait gadai-menggadai sepeda motor.
Penganiayaan berat juga dialami Sugianto, 35, anggota Sat Pol PP Aceh Timur saat menertibkan pedagang kaki lima di Idi—pusat kabupaten Aceh Timur, Jumat 9 Juni 2017. Saat itu bulan puasa. Dua pedagang kaki lima tak terima lapaknya ditertibkan lalu memukul korban secara bertubi-tubi di bagian punggung dengan kayu broti.
Sementara pada Kamis 25 Mei 2017 sekira pukul 01.00 dinihari, Hasballah, 38, warga Desa Keude Keumuneng, Kec. Idi Tunong, kritis setelah lengan kanannya dibacok dengan parang hingga nyaris putus, saat sedang asyik main catur. Pelaku Khaled, 40, warga Panton Rayeuk M,Kec.banda Alam, diduga sakit hati karena bekas istrinya dikawini korban, saat pelaku masih merantau di negeri jiran Malaysia.
Dua pekan sebelum insiden Kemuneng, tepatnya Rabu 12 April 2017, seorang warga Desa Blang Bitra, Peureulak, Muzakkir, 38, meninggal dunia setelah lehernya ditebas dengan parang oleh Mirza, 35, warga desa yang sama. Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Peureulak. Namun menghembuskan nafas terakhir saat dalam perjalanan dirujuk ke RS Langsa.
Kasus pembacokan dengan parang juga terjadi di Desa Panton Rayeuk, Kec.Banda Alam, 2 Mei 2017. Asmiranda, 30, warga setempat nekat membacok suaminya sendiri Hasbullah Karim, 40, hingga menderita luka berat lantaran tak terima dibohongi. Saat menikah dengan Asmiranda, korban mengaku duda. Namun, faktanya korban sudah punya istri.
Kamis 27 April 2017, insiden pembacokan yang merenggut nyawa juga terjadi di Desa Alur Kol, Kec. Ranto Selamat. Korban Handoko, 20, penderes getah warga setempat. Sedangkan pelaku yang disebut-sebut sakit jiwa bernama Rendi, 25, juga warga Desa Alur Kol, Rantau Selamat, Aceh Timur.
Sebelumnya, Faisal Priadi, 28, warga Desa Peulawi Kec. Nurussalam—Bagok juga kritis dibacok OTK, Senin 10 April 2017, sekira pukul 20:00. Korban menderita luka serius di kepala, lengan kiri dan kaki. Isu beredar, korban dibacok terkait hutang-piutang. Namun korban sendiri tidak bisa memastikan siapa pelakunya.
Sepanjang Agustus- Desember 2016 juga terjadi empat kasus pembunuhan sadis di Aceh Timur. Pada 3 Agustus 2016, seorang ibu muda, Masitah, 26, warga Desa Paya Dua Peudawa tewas ditikam kenalannya, Sukri, 24, asal Samalanga. Pada hari yang sama, Zainuddin, 47, Keuchik Alur Kol Kec. Rantau Selamat juga ditemukan meninggal bersimbah darah di sebuah kebun di Alur Kol. Sehari kemudian, 4 Agustus 2016, kasus serupa juga terjadi di Sijudo, pedalaman Pantee Bidari. Korbannya Hasan, 47, petani asal Tanah Luas Aceh Utara.
Terakhir, kasus yang sempat menggegerkan Aceh dan nusantara, yakni kasus penembakan Mukhlisin, seorang tauke boat asal Desa Kuala Idi Rayeuk, Aceh Timur. Mukhlisin ditembak dari jarak dekat, di depan putranya yang masih berusia 4 tahun, di lintasan sunyi Desa Meunasah Keutapang, Kec. Darul Aman—Idi Cut, Selasa pagi, 6 Desember 2016.
Tak sampai sebulan, tepatnya Sabtu 21 Desember 2016, dua dari tiga tersangka pelaku ditangkap polisi. Turut disita barang bukti sepucuk pistol buatan cina bersama amunisi. Sementara motifnya diduga menyangkut masalah pribadi, terkait kepemilikan kapal atau boat ikan.
Sahabat Steemians, fakta miris ini tidak hanya terjadi di Aceh Timur. Di mana pun sebagian manusia cenderung makin hari kian sadis. Karena faktor ekonomikah? moral? atau ini memang hukuman alam? Wallahua'klam bissawab.
Sungguh terkejut membaca fakta ini, ternyata dibalik tingginya ekspektasi rakyat terhadap pemimpin baru, gejolak di masyarakat sedang begitu gelisah.
Kekerasan bagaimanapun adalah refleksi dan potret dari kesusahan hidup dan ini bukti dari gagalnya pembangunan yang mengangkat derajat hidup warga.
Warga yang hidup lebih baik, tidak lagi terjebak dalam kemiskinan dan pengangguran serta kesulitan mengakses lapangan kerja sudah pasti akan tertransformatif ke level warga yang lebih rasional jika terjebak dalam masalah.
Fakta-fakta ini penting untuk diangkat dan disebarkan agar pengelola negeri tidak lalai dan bersegera membuat terobosan cerdas.
Salut untuk penulis yang sudah sabar dan teliti mengumpulkan fakta penting ini.
Salam
@rismanrachman
Terimakasih gure @rismanrachman atas komentar yang sangat solutif, bijak dan edukatif. Salam takzim.
"Kekerasan bagaimanapun adalah refleksi dan potret dari kesusahan hidup dan ini bukti dari gagalnya pembangunan yang mengangkat derajat hidup warga.
Warga yang hidup lebih baik, tidak lagi terjebak dalam kemiskinan dan pengangguran serta kesulitan mengakses lapangan kerja sudah pasti akan tertransformatif ke level warga yang lebih rasional jika terjebak dalam masalah"...Cuma dua alenia tapi sarat makna sekaligus menjadi kunci jawaban untuk pertanyaan besar di alenia terakhir tulisan saya. Sekali lagi terimakasih Gure @rismanrachman
awesome
Thanks u @joeyarnoldvn
Fakta miris yang bisa terjadi dimana pun sebagian manusia cenderung makin hari kian sadis. Karena berbagai faktor diantaranya faktor keakuan, ekonomi, moral atau bisa saja hukuman alam brader @musyawirwaspada
Salam steemit
@mukhtar.juned
Tq tanggapannya Brade @mukhtar.juned. Saleum.
Salam meuturi dari saya di Bireuen. Teruslah menulis. Salam.
Sila dibaca perkenalan saya. Mkasih.
https://steemit.com/introduceyourself/@bahagia-arbi/finally-i-have-just-landed-safely-on-a-new-planet-named-steemit-201781t20348548z
Saleum meuturi cit Bang @bahagia-arbi. :)
Neufulbac lon syaraa beh?
Siap Bang @bahagia-arbi
Ngoe Awak Aceh Timu, Bek Mayang
Khak
Upvote lah toke @hawakupie. Neupakat ngoen laen lom beujai. Khak
Kopjai ka
Menurut saya bang @musyawirwaspada, itu terutama faktor iman--termasuk di dalamnya moral. Kalo bicara miskin, masih banyak org miskin lainnya.
Sepakat @mushthafakamal
Congratulations @musyawirwaspada! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Dibalik dr semua itu, saya tetap bangga menjadi warga Aceh Timur. Salam Ketua :D
Saya juga Adoe @zamzamiali. Makanya fakta itu saya tulis supaya jadi bahan instrospeksi bagi semua pihak, terutama para pemangku kepentingan. Nama baik atim harus sama-sama kita jaga. Tapi bukan dengan menyembunyikan fakta. :)