Sudah menjadi kebiasaan bahwa selepas salat Maghrib kami selalu menyempatkan diri untuk membaca Quran, mengerjakan tugas, dan juga mengulang pelajaran. Bahkan adik ku yang paling kecil, bernama Ghazi, juga memiliki tugas walaupun ia masih TK. Tentu saja tugasnya sangatlah mudah seperti hanya membuat huruf alif, ba, ta, dan lain lain di satu halaman penuh. Tugas tersebut tentunya terasa sangat mudah bagi kita namun tetap saja baginya itu adalah tugas yang susah. Ia sungguh sangat sulit untuk hanya duduk berjam-jam mengerjakan tugas, ia tak suka hal itu. Tapi jika menyuruhnya bermain sepeda bersama teman-temannya, dua jam pun terasa sedikit sekali.
Kami semua terdiri dari empat bersaudara. Adik setelahku adalah seorang laki-laki bernama Alqif dan ia sedang menempuh pendidikan di salah satu pesantren di kabupaten. Sedangkan setelahnya ada Andara dan Ghazi yang masing masing masih kelas satu SD dan TK.
Selepas Magrib biasanya ibu akan mengajarkan Andara mengaji terlebih dahulu, karena Andara memang sangat senang belajar. Ia bisa menangkap banyak hal dalam sekejap. Dan sungguh ia bisa diandalkan dalam segala hal. Termasuk tentang mencuci piring, menyapu rumah, membersihkan kamar, memotong sayuran, dan lainnya. Sungguh setiap ia membersihkan kamar, aku selalu merasa takjub. Ia hanya membutuhkan waktu ½ dari waktu yang aku butuhkan. Bukan hanya cepat, namun semuanya juga begitu rapi dan bersih. Aku tak mengerti bagaimana tangan mungil itu bisa melakukan semua itu. Padahal tak ada yang mengajarinya. Ia hanya mengamati apa yang ibuku lakukan sehari-hari.
Dan setelah Andara selesai mengaji, maka ibuku akan memanggil Ghazi untuk belajar mengaji juga. Dan terkadang ajakan itu harus penuh drama. Karena Ghazi memang lebih mencintai bermain dari pada belajar. Berbeda dengan Andara. Selama ibu mengajari Ghazi mengaji, maka Andara akan langsung mengerjakan tugasnya. Ia mampu melakukannya seorang diri, walau terkadang beberapa kali ia bertanya kepada ibu.
Ghazi telah selesai mengaji, sekarang ia juga akan mengerjakan tugas. Ibu berkata bahwa aku harus membantu Ghazi dan Andara untuk mengerjakan tugas. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Aku mendekati Ghazi yang baru membuka tugasnya.
“Kak, buatin contoh.” pintanya. Setiap hari ia memang akan diminta untuk menuliskan satu huruf hijaiyah di satu halaman penuh. Jadi di baris pertama aku harus menuliskan contoh terlebih dahulu.
“Oke!” jawabku. Kemudian aku mengambil pensil dan mulai membuat contoh sekaligus mengajarkannya cara menulis yang baik.
Sekitar 15 menit berlalu, Ghazi mulai mengeluh bahwa tangannya bengkak karena kebanyakan menulis, “Kak, liat tangan adek. Udah nggak sanggup lagi. Capek kali. Selalu buat tugas tugas tugas. Kakak bantuin lah” pintanya sambil merengek.
“Gimana cara kakak bantu? Tulisan kakak kan bagus, nanti bu gurunya taulah kalau itu bukan Ghazi yang tulis karena beda tulisannya.” jelasku, berharap ia paham bahwa tugasnya memang harus dikerjakan sendiri.
“Yeh, Ghazi udah nggak ada tenaga lagi untuk nulis.” Keluhnya lagi. Sekitar tiga menit ia habiskan hanya untuk mengeluh. Terakhir aku tak sanggup lagi mendengar dan mulai mengerjakan tugasnya satu baris.
“Coba adek liat ini. Semut pun bisa bedain yang mana tulisan kakak dan yang mana tulisan adek. Marah nanti bu gurunya kalau tau ini kakak yang buat.”
Ghazi mulai pasrah, ia mengambil penghapus dan menghapus semua yang baru saja kutulis. Ia mulai menulis lagi. Tanpa mengeluh.
Setelah berhasil menulis setengah halaman, ia mulai tak betah kembali, "Kak, bantuin adek." Keluhnya lagi. Sungguh ia sangat imut ketika memelas begitu. Aku pun tak tega membiarkannya mengerjakan tugas seorang diri. Akhirnya aku memutar otak, berpikir keras untuk bisa membantunya.
Aku kemudian mengambil pensilnya. Aku mulai membantunya mengerjakan tugas. Tapi kali ini aku melakukan dengan cara yang unik. Aku menggunakan tangan kiri untuk menulis agar tulisanku terlihat jelek. Dan ya, caraku berhasil. Tulisan tangan kiriku mirip dengan tulisan Ghazi. Betapa bahagianya ia sekarang karena ada yang bisa membantunya. Dan hari hari berikutnya ia mulai memintaku untuk terus membantunya mengerjakan tugas.
Ah, aku rindu. Aku rindu dengan Ghazi dan Andara yang imut itu. Walau terkadang mereka menyebalkan, tapi selalu saja berhasil membuatku rindu.
i just follow and upvote to your post ,, so kindly follow me back and upvote at given link ,, then i will upvote to your five more posts
https://steemit.com/actor/@explorator/h4998e8w
Keren, sebuah kisah kecil yang ditulis dengan manis dan bertutur menjadinya karya besar dan enak dibaca. Jadi ingat anak saya yang sangat susah disuruh menulis, tapi kalau mengaji dia jago. Top N good job
terima kasih. saya masih banyak belajar. @abuarkan
lage na aju...menuroet tenaga urueng tuha...
khak
hehehe. thanks @emnajourney
panjang sekali ceritanya
cuma dua layar MS Word @felomena
Thank you for collaborating with me to promote this post as explained at https://steemit.com/steemit/@jerrybanfield/10-ways-to-fund-a-steem-growth-project.
Ijin follow akun ini pak @zainalbakri 😂
hehe
Tulisan menarik dan menikmati isinya. Teruslah menulis di steemit. Salam sukses.
terima kasih pak @bahagia-arbi atas dorongan semangatnya.