Zaman now memang aneh dan membingungkan. Millenials dan Gen Y adalah kaum mayoritas pengisi zaman now. Apa itu Gen Y? Generasi Y adalah mereka yang lahir disaat handphone dan internet sudah ada. Sejumlah ahli menyepakati bahwa generasi ini lahir di era tahun 1980-2000.
Secara sederhana dapat dipahami bahwa millenials pada dasarnya adalah bagian dari gen Y, hanya saja pembedanya gen Y yang "lebih unggul dan berbobot" maka dinamai lah millenials. Artinya orang-orang Gen Y yang lebih unggul, inovatif, dan smart terutama dalam menggunakan teknologi, mereka disebut millenials. Begitu pemahaman sederhananya berdasarkan sejumlah sumber yang saya baca.
Tumbuh besar di tengah segala kemudahan, dan menikmati kecanggihan perkembangan teknologi yang begitu mumpuni, membuat generasi millenials seperti generasi yang hidup di tengah-tengah Toserba (Toko Serba Ada). Yang diinginkan begitu mudah di dapatkan, yang dilakukan begitu mudah dilakukan, tanpa ketakutan, larangan, atau pengekangan.
Perangai generasi zaman millenials ini pun sungguh berbeda. Mereka unik, aneh, memesona, mengejutkan, membingungkan,walau terkadang juga memuakkan. Tapi ini bukan cerita soal buruknya perangai generasi millenials yang cendrung individualistis, opportunis, dan hedonis. Yang kerap menunduk bukan karena khusyu berzikir, melainkan khusyu menatap layar hape.
Ini bukan cerita soal anak-anak muda yang doyan nongkrong di warkop berjam-jam. Bukan juga cerita soal para Aneuk Dara yang merasa diri selebgram bergaya sosialita dan doyan pamer muka (difilter berkali-kali) dan pamer harta di Instagram. Plus juga bukan soal anggota dewan yang kerjanya hanya cekrak-cekrek sewaktu becana banjir dan mepostingnya ke sosmed untuk tujuan pencintraan. Ini bukan soal keluhan orang-orang di Facebook atau BBM, yang protes karena "Hujan", " Panas", "Sebel, Bete, Kesel" dan sederet curhatan cengeng lainnya. Ini bukanlah pembahasan soal millenials yang identik sebagai tukang stalker dan tukang rumpi nyinyir ala "Lambe Turah" di sosmed.
Ini adalah soal, bagaimana melihat Millenials sebagai sebuah harapan bening untuk masa depan. Ini adalah bagaimana kita menaruh apresiasi yang tinggi terhadap sepak terjang positif yang millenials telah lakukan. Lihatlah mereka tak melulu dari sisi buruknya. Tapi lihatlah millenials sebagai kaum unik, pemberani, penggebrak tradisi dan pengantar kebaruan.
Millenials, generasi harapan masa depan?
Konon katanya, kaum millennials adalah mereka yang haus akan perubahan, kebebasan, bahkan kesuksesan. Kaum ini, menjadi kaum yang anti kemiskinan. Walau mereka mau segalanya serba instan tapi menguntungkan, mereka juga mengedepankan perjuangan. Millenials tak betah terhadap hal-hal monoton dan terlalu terstruktur. Itu sebabnya, terobosan yang dilakukan para trendsetter millenials dan followernya, tak bisa dipandang sebelah mata.
Benda paling akrab dan ajaib yang mampu mengubah segalanya di tangan millenials, itu adalah gawai. Berkat sebuah "malaikat" bernama gawai, ide kreatif millenials bermunculan. Bagi kamu yang masih asing dengan kata gawai, itu bermakna gadget, bahasa inggris yang sudah diartikan ke bahasa indonesia, sama seperti kata server yang bahasan Indonesianya adalah Peladen, download (unduh), upload (unggah), luring (putus jaringan), bullying (perundungan), swafoto (selfi), mouse laptop (tetikus) dan lain-lain.
Oke, mari lanjut membahas Millenials sebagai harapan masa depan. Mengapa?
Kamu tahu Nadiem Makarim pasti kan? Pria hidung mancung yang mirip-mirip aktor Bollywood, CEO Gojek itu loh. Kamu tahu Achmad Zaky juga pastinya dong? Pria berkacamata, yang gemar bukalapak.com dimana-mana. Kamu kenal Alfatih Timur gak? Yang menyemangati orang untuk rajin tolong-menolong lewat kitabisa.com. Atau kamu mungkin familiar dengan William Tanuwijaya, atau Andrew Darwis?
Kalau kamu belum tahu siapa mereka, maka kamu bisa dipastikan bukan millenials. Tapi tenang saja, ini bukan soal mereka. Saya ingin membahas salah seorang driver ojek online yang saya temui beberapa hari lalu di Kota Banda Aceh. Jadi, skip dulu tentang mereka ya.
Namanya Endamin.
"Serius namamu itu,?" tanya saya padanya sambil membetulkan tali helm warna hijau yang longgar itu.
"Serius kak, itu namaku." Ujarnya lantang, sambil melajukan motornya kencang.
"Saya pikir nama samaran, kan biasanya biar keren orang pakai nama samaran."
"Berarti nama asliku keren dong kak? Hehehe..."
"Bisa jadi sih, eh btw kamu udah lama jadi driver online disini"?
" Baru 4 bulanan sih kak"
"Saya yakin kamu bukan orang Aceh, yakan?"
"Masa sih, saya asli Aceh loh kak."
Saya langsung bisa menebak bahwa dia putra asli Simeulu. Soalnya, ada dua orang teman saya asal sana, persis memiliki logat yang sama dengan si dedek emesh ini.
Perjalanan from Darussalam to Batoh itu diselingin percakapan renyah. Cerita punya cerita, ternyata si dedek ojek yang bernama Endamin ini ternyata mahasiswa Teknik Pertanian Unsyiah. Baru saja semester 5.
"Trus, kalau kamu masih kuliah, lalu pekerjaanmu gimana?"
"Itumah gampang kak. Pagi kuliah, siang ngojek. Atau kalau lagi ngojek, tiba-tiba ada kuliah, tinggal matikan aplikasi, aku milih masuk kuliah dulu "
"Dengan seragam hijau ini"?
" Iya dong kak, dosenku malah suka. Ada tukang ojek di kelas katanya. Hahaha.."
"Masa sih?"
"Iya, kadang-kadang kalau dosennya agak killer, jaketku kubalikkan saja warnanya. Biar ga keliatan."
"Trus, IPK mu gimana? Aman"?
" Aman dong kak, 3.5 ga kurang lah pokoknya..."
"Eh berhenti dulu, saya mau beli nasi, kamu tunggu disini sebentar bisa ya?"
Antrian panjang saat membeli nasi, membuat Endamin harus menunggu saya lama.
" Eh sorry ya, kelamaan, antri dulu soalnya."
"Gakpa-pa kak, lagian rumah kakak udah dekat kan"?
" Iyasih, dikit lagi kok rumah kost nya. Btw, kalau berhenti ga nambah cost nya kan?"
"Haha, santai kak. Btw, di jalan Seulanga kan alamat rumahnya"?
" Iyanih, ohya boleh tau gak, biasa berapaan sih penghasilan mu dalam sehari"?
"Ga nentu sih kak,kalau aku lagi ga banyak MK,(Mata Kuliah) paling dikit sih 50 ribu, tapi kalau lagi free, bisa sampai 150-200 ribu sehari"
"Wah, asik! Berarti kalau rutin 150 per hari, sebulan bisa sampai 4.5 juta dong yaa. Atau paling dikit 1.5 juta."
"Hahah, bisa jadi sih kak."
" Eit, kelewatan! Itu rumahnya di belakang!!"
Perbincangan hangat itu akhirnya berakhir. Saya memberinya uang 20 ribu, 17 ribu tarif, 3 ribu sedekah, karena anak muda polos dan baik hati ini telah sabar menunggu lama.
"Kakak wartawan ya?"
"Haha, bukan! Yok selfi dulu. Saya tulis tentang kamu ya."
"Haha,tulis ya kak?.. Iya boleh deh, biar saya terkenal yaa..."
Cekrek.
"Oke, makasih yaa.."
"Eit, Kak, helmnya balikin dulu kak!"
"Haha, eh iyaa lupa!! "
Sederhana, santun, pekerja keras, visioner, inovatif, kreatif, produktif, peka dengan peluang, tidak gengsian, itu lah millenials. Endamin, bagi saya adalah salah satu contoh millenials sesungguhnya. Dan harusnya, anak-anak muda memang begitu.
Berhentilah mengutuk millenials. Jika Nadiem Makarim, Achmad Zaky, Alfatih Timur, dan kawan-kawan menciptakan aneka terobosan pintar dan mengejutkan, bukan tidak mungkin anak muda yang lain bisa menjadi Millenials seperti mereka. Lakukan hal yang berguna bagi kemaslahatan dan peradaban. Do it, Start from now!
What a beautiful story @nandaferiana.. Cool.. 😎
Hehehe. Thank you Sem. Sem, sorry baru liat komentar pagi ini, ngaruh ga sem kalo telat-telat balas komentarnya?
Hehe.. Gpp Ndaa.. Biasa itu kok. Yg penting banyak komentar di postingan Ndaa.. :)
Perjalanan yang mengesankan @nandaferiana.
Semoga pemuda sarjana tidak mengutuk takdir "pengangguran" 😁
Hehehe, mengerikan banget yaa... harusnya memang tidak ada kutukan apapun yaa...
Tapi berkat steemit, semoga pengangguran tidak lagi menganggur.
Hehehe bak gue banget tidak sanggup koeh can @nandaferiana 😂
Sangat menarik cerita @nandaferiana
Terimakasih kak @alputhi09
Keren keren kak
Terimakasih dekk kuu....Makasih ya udah mampir.
Bereh (y)
That semangat menulis lawet nyoe =D
Hahaha, man keunong siraman rohani dari gureee, cc @samymubarraq
Kakna payah semangat syit, bek bak koran mantong semangat.
Tulisan yang menarik
Terimakasih @bangjuh
Kalau boleh menyarankan, @nandaferiana buat spasi dong di setiap paragraf baru biar tak lelah membacanya. Tulisan indah dan layout yang memikat itu seperti wanita cantik yang pintar berdandan.
Hehehe, sudah nanda buat spasinya bang, tapi pas di copas ke Steemit jadi kayak hilang lagi. Mungkin ada pengaturannya yang belum nanda setel kali ya, atau tatacara menulisn di steemitnya ya yang belum benar....