Berselimut Dilema

in #indonesia6 years ago (edited)

image

Photo : Kamera Android Samsung A5

Hallo, eSteemians di manapun berada!

Senja ini saya ingin memposting cerpen yang saya ikut sertakan dalam Audisi Cerpenis Indonesia 2018. Ini merupakan event dari LJ Group. Cerpen ini saya bikin dalam sekali duduk jadi harap maklum jika tulisannya masih berantakan.

Sudah terpilih dalam babak seleksi dan masuk tahap proses pembimbingan. Doakan biar terpilih setidaknya lolos dalam 100 peserta terpilih. 😆😆

Mari nikmati!


Aku menapak ke arah senja. Mengharap gulita segera hadir menutup luka. Menyembunyikan tangis dari tatap setiap mata. Siapa yang menyangka, aku yang terlihat tangguh adalah aku yang sebenarnya banyak keluh.

Sunyi. Senja masih jauh sedang fajar masih belum berlalu. Masih ada pagi dan siang yang harus kulalu. Seperti hidup, yang pada kenyataannya hanya berputar pada bangun dari tidur, beraktivitas, hingga kembali pada tidur.

Masih kudengar rintik gerimis. Menemaniku yang tengah terisak dalam tangis. Salah siapa? Adalah aku yang tak pernah mendengar suara-suara. Sebab hanya suaramu yang mencanduku. Hingga menghilanglah suara-suara lain yang sebenarnya lebih mampu mencipta candu, candu akan bahagia.

"Pergi saja selamanya!" teriakku.

"Sejauh apa pun aku pergi, aku akan pulang," balasmu melerai ucapku yang penuh amarah.

Aku mereda. Hanya menunduk, kembali terbujuk. Padahal hati berontak, padahal otak menolak. Tapi kata selalu saja tercegat.

Desau angin menyemilir. Bagai ikut serta menjadi obat, atas panas yang menyerang di dada. Aku luluh.

Aku tak lupa, bagaimana orang-orang di luar sana menyerangku dengan kata-kata mendilemakan.

"Masih banyak laki-laki yang lebih baik darinya. Untuk apa bertahan dengannya?"

Bimbang. Setiap kuingat cercaan demi cercaan terlontar dari mereka tentangmu.

Aku menatap rimbun dedaun. Di sehelainya kulihat kumbang tengah terbang mengitar. Mencari bunga-bunga untuk menyesap manis madu.
Lalu pikirku berarah padamu. Begitukah tentangmu? Kau hanya datang padaku untuk kesesaatan, setelah itu lantas kau pergi. Barangkali mencari bunga-bunga lain yang lebih indah.

"Kau masih tak mempercayaiku?" tanyamu, ketika aku bergulat dalam kebisuan.

"Aku mencintaimu, Gi," bisikmu. Pelukmu menghangati punggungku.

"Harus seperti itu kah caramu mencintaiku?" tanyaku.

"Kau mempermasalahkannya lagi?"
"Sudah kubilang aku dengan mereka hanya sekedar untuk bersenang-senang. Sedangkan denganmu, aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anakku!" tegasmu melanjutkan kata. Melepas hangat-hangat yang sesaat sempat menghipnotis kesadaran.

Aku membalikkan badan. Menatap dalam-dalam kedua matamu. Berusaha mencari ketulusan di sana. Nihil. Aku tak menemukan apa pun. Aku tak mampu membaca makna apa pun.

"Lalu bagaimana jika aku yang demikian?" tanyaku.

"Apa maksudmu?" jawabmu berbalik tanya.
Aku tak segera menjawab. Mencoba kembali menyelinap ke dalam tatapan matamu.

"Jika aku bermain dengan lelaki lain sebagaimana kau bermain dengan wanita-wanita itu. Hanya untuk sesuatu yang kau sebut kenikmatan. Sementara aku tetap hanya memilihmu untuk menjadi ayah dari anak-anakku, apa kau keberatan?"

Ronamu meredup. Layaknya langit yang mendadak menggelap diselimut awan hitam.

Kau melangkah mundur. Entah apa maksud dari semua itu. Tak ada ucap. Kau hanya mendadak mundur menjauh dengan tatapan yang ku pikir itu adalah tatapan kekalahan. Lalu berpaling membelakangiku. Beranjak menjauh. Perlahan.

Aku menatapi bidang punggungmu. Tak mampu memakna setiap rasa yang berdegup di dada.
Aku berpikir mungkin ini sebuah akhir. Sungai di mataku luruh dalam runduk dalam. Dadaku lambat-lambat berguncang semakin hebat.

"Aku mencintaimu," teriakku di tengah tangis yang tak lagi bisa ku bendung.

Sementara itu, kau menghentikan langkah. Satu, dua, hingga tiga detik kemudian kau berbalik arah. Melaju ke arahku. Perlahan. Hingga saat tepat di hadapan. Kau bergumam lirih dalam dekapan.

"Maafkan aku."

Kaohsiung, 6 Agustus 2018

Sort:  

Cinta memang seperti itu,terkadang sangat mudah memaafkan walaupun hati sudah menjerit kesakitan

Posted using Partiko Android

Benar mbak. Cinta gak kenal logika. 😆

😮

Posted using Partiko Android

Senja selalu meninggalkan kisah,

Cinta selalu menyelinap di antara senja menawarkan kita untuk kuat atau lemah

Posted using Partiko Android

Begitulah😆😆