Photo : Pixabay
Aku bukan penikmat kopi. Aku lebih memilih menyeduh teh sebagai teman bersantai. Tapi tahukah? Kini di hadapanku, setiap pagi, tersanding kopi yang tersaji. Apa hanya untuk dilihat? Tentu saja tidak. Aku meneguknya sedikit-sedikit, aku menikmatinya hingga habis.
Aku bukan penikmat buku-buku nonfiksi. Selama ini aku lebih cenderung memilih buku-buku fiksi sebagai teman di kala sepi. Tapi tahukah? Kini, yang selalu kuburu adalah buku-buku nonfiksi. Apa hanya untuk mengoleksinya saja? Tidak, aku tidak hanya mengoleksinya tetapi juga membacanya.
Belakangan aku berpikir, aku tak ingin hanya menjadi penikmat. Aku ingin mengikat setiap apa yang kubaca dan kulihat. Aku ingin ada banyak ilmu yang bisa kudapat. Maka kuubah selera. Tak lagi novel bernuansa drama dan cinta. Tidak. Jika tetap kupilih buku-buku yang demikian maka yang terserap di kepala hanya itu-itu saja.
Aku mencoba untuk membaca yang dulu bukan menjadi selera. Awalnya memang membosankan. Baru sedikit kubaca, lantas ingin segera berpindah ke buku-buku cerita. Dari situ aku mencoba mencari cara. Aku mencari buku-buku sejarah yang tersaji dalam bentuk novel. Dengan begitu aku lebih suka dan lebih bisa menikmatinya.
Tanpa sadar, bermula dari membaca novel-novel sejarah rasa penasaran menjadi berkecambah. Rasa ingin tahuku menjadi besar dan melebar. Akhirnya aku mencari buku-buku sejarah yang bertema sama dengan novel yang sudah membuatku penasaran itu. Ya, aku pilih buku nonfiksi yang isi dan penjabarannya lebih detail dan lebih menyeluruh dari sekedar novel yang hanya mengupas sebagian kisah saja. Semakin lama dan semakin sering kubaca, semakin aku bisa menikmatinya.
Tidak hanya sejarah, aku pun sekarang benar-benar menjadi penikmat bacaan nonfiksi dengan berbagai macam tema yang ada. Nyatanya, untuk belajar menyukai sesuatu itu kita harus lebih dulu mencoba kemudian membiasakannya. Seperti halnya kopi yang kunikmati setiap pagi, bacaan nonfiksi pun kini bisa menjadi kawan sejati.
Selamat membaca!
Like 😉
😙😗
Membaca ibarat membuka jendela dunia
meskipun hanya berupa fiksi.
Iya mbak betul 😗